Waktu Bertiga

1801 Kata
Tepat pada Jumaat sore menjelang malam, suara ponsel milik Joe berdering, membuat gadis itu yang sedang asik memakan beberapa cemilan sambil menonton televisi mengambil ponselnya. "Halo?" Joe menempelkan ponsel merah mudahnya di telinga kanan. "My baby girl," suara serak itu terdengar begitu manja. Siapa lagi kalau bukan Justin. Laki-laki itukan selalu bersikap berlebihan. Semenjak kejadian semalam di club, entah kenapa sikap Justin benar-benar manja kepadanya, dimana ia mengungkapkan kejujuran tentang apa yang ia rasakan kepada Justin. Joe mendengus pelan sambil membuang sampah makanannya menuju kearah dapur. "Ada apa?" ucapnya lembut. “Gue udah ada diluar apartemen sama Jazzy nih. Kita mau ngajak lo makan malam diluar." Joe mengerutkan dahinya. Lantas mengambil hoodie berwarna hitam dan Ia mulai keluar dari gedung apartemen dan berjalan ke depan tepat kearah jalan raya. Dari jauh ia sudah melihat sebuah Lamborgini hitam mengkilat terparkir di sudut jalan. Senyum Joe mengembang saat kaca mobil itu terbuka, dengan cepat gadis itu melangkah serta menyebarangi jalan yang agak sepi sore ini. Justin yang melihat tampilan Joe hatinya berdegup kencang, sebagaimana pakaian gadis itu sangat sederhana, celana pendek diatas lutut hoodie hitam oversize sehingga celana yang ia kenalan tidak terlihat belum lagi rambut coklat aslinya yang ia kuncrit memakai jedai dengan asal-asalan, itu tingkat kecantikan diatas rata-rata bagi Justin. Yatuhan! What’s wrong with you Justin? “Cantik banget, jadi makan cinta,” Goda Justin saat Joe sudah masuk kedalam mobil disertai Jazzy yang sudah duduk tepat di atas pangkuannya. “Gak usah kumat, ada anak kecil,” “Jazzy, kamu gak masalah kan nak kalau Daddy godaiin Bunda didepan kamu?” Tanya Justin to the point. Mendengar pertanyaan Justin kepada Jazzy seperti itu membuat Joe membulatkan kedua matanya. Gila ni orang. “Is okay dad, aku udah tau kalau Daddy memang hobi menggoda perempuan,” Jawabnya jujur sebari menyenderkan tubuh mungilnya kedada Joe. Mendengar jawaban Jazzy, Justin sedikit mengerucutkan bibirnya, kenapa bisa sih Jazzy terlalu jujur untuk hal ini? Yang niatnya untuk membuat Joe tersipu malu, yang ada malah kebalikannya. Dengan ekpresi yang sudah berubah menjadi dingin itu menandakan bahwa Joe marah saat ini, poor Justin. “Love, aku-“ “Gak usah banyak bacot deh, jalan aja mobilnya,” Potong Joe, dan Justin hanya menghela nafas panjang lalu menancapkan gas mobilnya. Ngomong-ngomong Jazzy tampak terlihat cantik hari ini, dengan rambut panjang yang diikat menjadi dua disertai baju dress berwarna putih, membuatnya semakin imut. “Yang ikat rambut Jazzy siapa? Cantik banget hari ini,” Tanya Joe. Jazzy tersenyum saat Joe memperhatikannya, gadis kecil itu tipikal orang yang senang dipuji dari hal sekecil apapun. “Cantik ya Bun?“ Tanya Jazzy memastikan sambil memainkan jari-jari lentik milik Joe. Joe mengangguk mantap, “Cantik banget! Emang siapa yang ngerapihin rambut kamu ini?” “Daddy dong!“ Jawab Jazzy semangat, Joe melirik Justin sekilas dengan sudut matany, sedikit tidak percaya bahwa Justin tipikal daddyable banget ternyata. Udah lah goals abis! “Oh iya? Hebat!“ Respon Joe namun mampu membuat Justin tersenyum tanpa Joe dan Jazzy sadari. “Next time izinin bunda buat nata rambut kamu ya,” Pinta Joe dan itu membuat Jazzy mengangguk dengan semangat kembali. “Aku tunggu,” Ucap Jazzy. Justin yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua lagi-lagi tersenyum, dugaannya memang tidak pernah meleset Joe dan Jazzy benar-benar cocok bila disatukan. “Ngomong-ngomong kita mau makan malam dimana?” Tanya Justin “SUSHI!” “SUSHI!” Joe dan Jazzy menjawab secara bersamaan, dan itu membuat Justin tertawa keras, yatuhan lucu banget! “Baiklah, akan Daddy turuti semua keinginan Princess dan Queen hari ini,“ Kata Justin. Jazzy bersorak senang sedangkan Joe hanya tersenyum sebari jari-jarinya memainkan rambut Jazzy yang lembut. Jujur, Joe mangakui satu hal bahwa Jazzy adalah gadis kecil yang sangat cantik yang pernah ia temui seumur hidupnya. Biasanya kan anak-anak seumuran segini rata-rata gak serapih, sewangi dan gak terswat seperti Jazzy kalau dia seorang piatu. Karena jarang ada seorang ayah yang bisa memperhatikan penampilan anak sedetail ini. Meskipun Joe tidak pernah tau wajah bahkan ketemu ibunya Jazzy-Anna, tapi Joe yakin bahwa ia sangat cantik, dan seandainya Anna masih hidup, Joe yakin bahwa mereka berdua akan terlihat seperti Mom-Daughter goals di dunia ini. Perjalanan terasa begitu cepat, karena sekarang mobil Justin berada diperkarangan parkiran restoran Jepang. Sejak diperjalanan tadi, Joe sesekali mengambil beberapa selfie dengan Jazzy didalam mobil, gadis kecil itu sepertinya memiliki hobi yang sama dengannya, apa jangan-jangan ia juga menyukai berbelanja? Baiklah! Ini ide bagus untuk menguras kantong milik Justin sesekali. Justin yang memperhatikan mereka berdua sejak tadi hanya tersenyum senang, sesekali ia juga ingin masuk ke frame kamera dan alhasil mereka mengambil beberapa foto bersama. Dan Justin menyadari satu hal, bahwa Joe benar-benar menyukai Jazzy, itu adalah langkah awal yang sangat baik bukan? Selesai makan malam dengan menu yang Joe dan Jazzy inginkan, Jazzy merengek ingin memakan es krim Macflurry kali ini, alhasil Justin pun menuruti keinginan Jazzy dan kebetulan MCD bersebelahan dengan restoran Jepang yang mereka singgah tadi. Dengan tangan kanan Justin yang menggendong Jazzy lalu tangan kirinya menggenggam tangan milik Joe, tanpa menunggu lama akhirnya Justin membeli dua es krim Macflurry untuk Jazzy dan Joe dengan rasa yang sama oreo. Dengan rasa senang Jazzy bersorak sekaligus mengucapkan terimakasih kepada Justin, laki-laki itu tersenyum sebari mencium kening Jazzy lembut. “Makannya jangan belepotan ya,” Ucap Justin. Jazzy mengangguk, “Aku makannya sambil main ayunan itu ya Dad!” Pinta Jazzy sambil jari telunjuknya mengarah kearah taman bermain yang disediakan di depan MCD. “Daddy dan Bunda nunggu disini ya,” Jazzy tersenyum lebar, langkahnya menjauh seraya meninggalkan Joe dan Justin berdua yang berdiri tak jauh dari posisi Jazzy bermain. Justin menyodorkan es krim satunga, dengan senang hati Joe mengambil dan memakannya, “Makasih,” Justin tersenyum, tanpa permisi tangan laki-laki itu meraih pundak Joe agar merapat dengan tubuhnya, gerakan itu membuat Joe tersentak, namun Joe tak bisa menolak karena bagaimanapun sentuhan Justin terasa hangat baginya. “Gue yang harusnya bilang gitu,“ Ucap Justin. Joe mngerenyit tidak mengerti, gadis itu tetap fokus memakan es krimnya dan ia menoleh kearah Justin yang sudah menatap lurus kearah depan, tepatnya menatap Jazzy yang sedang bermain. Joe berusaha menahan degup jantungnya yang sudah tidak beraturan akibat melihat wajah Justin dari samping segimana posisi mereka sangat dekat sekarang. Dengan lekukan wajah yang sempurna, hidung mancung bahkan Joe pun akhirnya menemui satu hal bahwa Justin dan Gisha benar-benar mirip jika dipandang dengan sedekat ini. “Makasih buat apa?” Perlahan Justin menoleh kearah Joe, menatap lekat kearah manik matanya yang berwarna coklat, Joe menahan nafasnya dan sebisa mungkin mengontrol wajahnya setenang mungkin. “Udah bikin Jazzy seneng,” Ucap Justin, ia mengeratkan rangkulannya kepada Joe, setelah tau bahwa Joe sudah selesai memakan eskrimnya, tangan Justin menyentuh kepala gadis itu, memaksakan Joe agar kepalanya bersandar di bahu kekarnya. Joe meneguk ludahnya dalam-dalam, mereka melakukan skin to skin sekarang ya sebagaimana hanya di lapisi dengan baju masing-masing, tapi itu mampu membuat Joe lagi-lagi salah tingkah dan kali ini bulu kuduknya berdiri karena merinding. Ia tidak menjawab obrolan Justin lagi, bibirnya terasa kaku sekarang, entah karena efek posisi mereka yang berdekatan sekarang? Astaga! Kenapa sih Justin bisa banget bikin Joe merasakan gejolak-gejolak aneh didalam dirinya? “Seminggu lagi Jazzy ulang tahun,” Justin kembali membuka suara tanpa mengurai rangkulannya sedikit pun. Dan Joe tidak mempermasalahkan itu, yang awalnya tubuh gadis itu menegang saat perlakuan Justin yang tiba-tiba. Sekarang sudah melemas seolah mengikuti naluri dalam hatinya. “Serius? Bagus dong,” “Gue punya beberapa rencana, kayanya ngerayaiin ulang tahun Jazzy di tempat les baletnya itu ide bagus kan?” Tanya Justin kepada Joe, tetapi sebelumnya Justin melemparkan senyuman kepada Jazzy yang tadi sempat melembaikan tangan kepadanya. Joe mengangguk, “Yang pasti bakal jadi pesta ulang tahun yang meriah,” Joe sedang membayangkan hal aneh sekarang, pikiran absurdnya telah berfikir yang tidak-tidak, seperti halnya persiapan apa yang Justin lakukan untuk ulang tahun anak gadis kecilnya, apalagi Justin adalah orang kaya, ayolah ia seorang CEO dari rumah sakit ternama dan bergengsi di kota milenial Jakarta ini. “Gue pengen lo datang,” Kali ini Justin menoleh kearah Joe dan menatap gadis itu dengan penuh harap. Joe merasakan bahwa kedua lututnya melemas saat Justin menatapnya dengan tatapan seperti itu, gimana mau nolak coba? Anjir lah! Bisa-bisanya sih Joe gampang mleyot dengan hal sepele kek gitu? “Bakal dateng kok, tenang aja,“ Justin lagi-lahi tersenyum, kali ini dengan senyuman lebar sehingga gigi rapihnya terlihat. “Gue seneng dengernya. Joe tertawa kecil, gadis itu menatap kearah Jazzy yang masih sibuk bermain. “Rasanya pengen cepet nikahin lo,“ Joe langsung menoleh kearah Justin, gadis itu menggeleng tidak percaya, bagaimana bisa Justin sekonyol ini? “Gak usah ngarep lo,” Angkuhnya, namun Joe sedang menutupi rasa malunya secara mati-matian sekarang. “Lah, bukannya kemarin bilang gue calon laki lo ya?” Goda Justin, sikap menyebalkannya itu kembali muncul. Dengan cepat Joe mensikut perut Justin. Laki-laki itu mengerang pelan namun disertai tawaan pelan, lantas tanpa sengaja kedua matanya melihat Jazzy yang sudah tergeletak dipinggir prosotan. “JAZZY!” Teriak Justin panik dan itu mampu membuat Joe terkejut. Bersamaan dengan itu Joe mengikuti pergerakan Justin untuk menghampiri Jazzy. Joe membulatkan kedua matanya lantas memekik tertahan saat melihat Jazzy yang bibirnya sudah membiru disertai darah yang keluar dari hidungnya. Justin buru-buru menggendong tubuh Jazzy dan memeluk tubuh mungil gadis itu erat-erat. “Kenapa Jazz? Kenapa tiba-tiba begini?” Tanya Justin walaupun tau tidak akan ada yang bisa menjawabnya sekarang. Joe mengikuti pergerakan Justin lagi yang sudah terburu-buru membawa Jazzy kedalam mobil. “Just, biar gue yang gendong,” Tawarnya dengan nada tenang walaupun aslinya degup jantung gadis itu sedang tidak karuan. “Enggak, biar gue aja. Lo yang nyetir,“ Justin merogoh kantongnya lantas melemparkan kunci mobil kearahnya, dengan cepat Joe menangkap kunci tersebut. “Kita kerumah sakit gue,” Joe lagi-lagi terkejut dengan tindakan Justin yang menyuruhnya untuk mengendarai mobil dengan posisi sedarurat ini. “Please! Ngebut aja gak apa-apa. Gue tau lo dulu seneng banget balap liar,“ Mendengar itu Joe kembali terkejut, rasa panik dan rasa terkejutnya berasa menghantam secara bersamaan, bagaimana bisa Justin mengetahui hal itu juga? Bahkan Gisha pun tidak tahu hal itu. Justin benar-benar tidak bercanda tentang dirinya yang pernah bilang kalau ia benar-benar tahu segala tentang hidup Joe. Sial! Sepanjang perjalanan konsentrasi Joe sedikit terganggu saat Justin terus menerus melakukan nafas buatan kepada Jazzy karena ia bilang bahwa nafas Jazzy sempat tidak ada beberapa detik. Laki-laki itu terus menerus menepuk pipi Jazzy secara bergantian agar Jazzy membuka matanya, namun hal itu tidak membuahkan hasil karena tubuh mungil Jazzy semakin dingin, bibirnya semakin pucat biru. Jazzy berada di fase kritis secara tiba-tiba. Joe berusaha mengabaikan rasa paniknya dan kembali fokus mengetir kali ini ia benar-benar mengendarai mobil diatas rata-rata dan ia sudah tiga kali menerobos lampu lalu lintas, fikirannya saat ini hanya satu yaitu Jazzy. Gadis itu harus selamat bagaimanapun keadannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN