Mereka Kakak Beradik

1813 Kata
Sudah satu jam Joe berkutat dengan soal-soal yang dihadapannya, sesudah Justin mengajarkan dan memberikan rumus termudah pun tetap saja Joe tidak bisa, karena saat ini dirinya merasa kepalanya benar-benar ingin meledak membuat Joe mengacak-acak rambutnya frustasi. Sekarang pukul sudah menunjukan jam dua siang dan Joe belum juga mandi, duh! Benar-benar hari bolos yang buruk. Sedangkan Justin menunggu sambil sesekali melirik ke arah Joe yang masih sibuk berkutat dengan soal kimia yang dia buat, lantas lelaki itu tertawa kecil. “Sudah? Hampir satu jam loh Baby Girl, masa gak kelar-kelar ngerjaiin tugasnya,” “Bacot banget sih! “ keluhnya sambil melirik Justin yang sudah tertawa terbahak-bahak. “Sopan dikit dong sama calon laki lo, masa iya lakinya pinter bininya g****k,” “Lo bener-bener cari mati sama gue?” “Wetsss! Santai-santai, tapi emang fakta kan gue calon laki lo?” Goda Justin membuat Joe melemparkan penghapus ke arah lelaki itu dan berhasil mengenai wajah tampannya, bukannya marah lelaki itu lagi-lagi tertawa. “In your dream!” Ujar Joe, apa-apaan dia? Sifat kepercayaan dirinya benar-benar membut Joe semakin muak rasanya. “Halah! Bilang aja mau, gak ada yang bisa nolak gue soalnya,” “Berisik b*****t!” teriak Joe kesal. ======================= Joe berjalan guntai di lobby sekolah sambil menghiraukan sapaan murid lain, hari ini Joe benar-benar tidak ada semangat untuk sekolah, karena jam pelajaran pertama adalah kimia. Ya walaupun tugas sudah dikerjaan dengan bantuan Justin, tetap saja Joe tetap tidak semangat untuk mendengarkan penjelasan guru tersebut. Dengan telinga yang sedang memakai airpods, Joe tidak sadar bahwa Gisha sudah berjalan tepat disebelahnya, karena sebulan lagi jabatan ketua osisnya akan pindah ke murid kelas sebelas. Ia tidak keberatan bila bolos pelajaran hari ini. Lagipula ada juga yang akan ditanyakan oleh Gisha tentang beberapa hari yang lalu, dimana Joe di hampiri oleh seseorang yang Gisha kenal. Tanganya menyentuh pundak Joe, membuat gadis itu tersentak dan menoleh, pandangannya melihat Gisha yang sudah tersenyum lebar, membuat Joe memutar bola matanya jengah. Ngomong-ngomong akibat kejadian kemarin, membuat Joe benar-benar muak sekaligus ilfeel dengan Gisha. Tapi sebisa mungkin Joe bersikap baik walaupun sebenernya sudah malas bila bertemu dengannya lagi. Atau bisa dibilang Joe sudah bisa move on? Coba dipikir-pikir lagi, memang sebelumnya dua bulan ini Joe sedikit termehek-mehek walaupun tidak didepan banyak orang, pasti jelas dong cewek kalau putus dengan seseorang yang sudah menjalin hubungan sangat lama ada terbesit rasa sedih. Tetapi semenjak Justin datang, tepat saat lelaki itu memeluk Joe di lobby rumah sakit membuat Joe sepenuhnya bisa melupakan Gisha. Hebat! Justin benar-benar membawa pengaruh baik bagi Joe, soraknya dalam hati. “Hari ini lo mau bolos gak?” Tanya Gisha to the point. Joe menaikan sebelah alis matanya aneh, yang barusan dia dengar tidak salah kan? Dua bulan coy! Gisha bersikap seolah-olah tidak kenal dengan Joe dan memutuskannya secara sepihak lalu ia mendadak menjalin hubungan dengan Alin. Sekarang kenapa bisa cecunguk ini bersikap biasa saja, seakan-akan tidak ada masalah diantara mereka berdua? Ngehe banget. “Gue sibuk,” Ucapnya singkat lantas meninggalkan Gisha seorang diri dan Joe berlari kecil ketika sudah menaiki anak tangga untuk menuju kelasnya. Pukul menunjukan jam 1 siang, dimana ini adalah jam istirahat kedua, membuat Joe enggan kekantin untuk yang kedua kalinya, karena dia benar-benar tidak ada mood untuk keluar, Satya dan Arga jangan ditanya, kedua sahabatnya sudah berlomba-lomba kekantin sejak lima belas menit yang lalu. Dan sekarang hanya Joe dan beberpa teman kelasnya yang berdiam diri di kelas. Saat Joe ingin menikmati tidur siangnya, tiba-tiba saja suara ponsel nya berdering membuat gadis itu berdecih sebal, sebab ia tahu siapa lagi kalau bukan Justin yang hobi menganggu waktu berharga nya seperti kemarin. “Apa sih apa!” kesal Joe, disebrang sana suara tawa terdengar membuat Joe menghembuskan nafasnya kasar. “Enggak, Cuma mau mastiin, gimana tugas kimianya dapet seratus gak?” tanya Justin, Gila! Joe pikir lelaki itu akan menanyakan Joe sudah makan apa belum tapi ternyata dugaannya salah besar! “Ya! Dan tuh guru malah ngira gue nyalin tugasnya Ray, gila kali,” “Emang benerkan sebelumnya begitu?” “Tapi gak sampek seratus ya,masih gue akal-akalin biar keliatan wajar,” Cetusnya kesal. Justin tertawa,”Udah gue pesenin go food, terus rekening dan saldo OVO juga udah gue isi,” “Dasar ada maunya!” Justin tertawa, “Kangen,” “Gue enggak,” “Kok gitu?” Tanya Justin dengan nada yang sedih. Joe mengulum senyumnya saat mendengar perubahan nada laki-laki itu, benar-benar menggemaskan. “Lo jelek soalnya,” Dustanya. “Eh serius? Duh kayaknya gue perlu facial lagi deh,” Joe membelalakan kedua matanya, apa dia bilang? Facial? Tunggu! “Lo sering Facial juga?” “Enggak, mancing doang. Soalnya gue punya vocher gratis la-“ “Dasar buaya hobinya nyogok te-“ Belum juga selesai ngomong tiba-tiba saja seseorang menaruh bingkisan diatas meja membuat Joe sedikit mendongak sehingga sesosok Gisha sudah ada di hadapannya. “Kenapa?” Tanya Justin di sebrang sana. Joe diam tidak menjawab, gadis itu hanya menatap datar kearah seseorang yang berdiri dihadapannya. “Gue matiin dulu ada urusan,” Justin mengerutkan dahinya saat mendengar perkataan Joe yang sedikit aneh, “Yaudah selamat makan, Mungkin makanannya udah nyampek, Happy Lunch baby girl!, " Sambungan terputus, sekarang pandangan nya jatuh kepada Gisha yang sudah berdiri di hadapan Joe. Tanpa mempedulikan Gisha yang sudah memasang ekpresi datar juga, gadis itu sibuk dengan makanan yang dikirim oleh Justin. Namun sebelumnya Gisha langsung duduk tepat disebelahnya sehingga gadis itu sedikit tersentak. “Gue tau Joe, gue tau orang yang berhasil bikin lo berpaling dari gue,” Lelaki itu menghela nafas sambil menatap kearahnya dengan ekspresi yang tidak Joe mengerti. “Justin Kenzo, lebih tepatnya dia adalah kakak kandung gue,” Joe diam, detak jantung nya saat ini berasa berhenti mendadak saat mendengar pernyataan yang baru saja Joe tahu, tidak-tidak! Baru kemarin Justin menceritakan kehidupan lelaki itu, yang membuat Joe kurang lebih tahu dan paham, tapi sekarang? Kenapa ini bisa terjadi? ======================= Saat jam pelajaran terakhir Joe memilih bolos, pikirannya saat ini benar-benar diganggu oleh pengakuan Gisha saat istirahat tadi. Apa-apaan, bahkan nama lelaki itu tidak ada marga “Kenzo" mengapa ia dengan percaya dirinya berbicara seperti itu? Dengan tas yang sengaja ia bawa, dan sekarang ia berada diwarung Bi Iis yang bertempatan dibelakang sekolah. Gadis itu menyeruput teh manis hangat yang ia pesan tadi dengan pandangan kosong, tanpa sadar sebuah tangan menyentuh pundak gadis itu sehingga Joe sedikit tersedak. “Lo gila! Kalo gue mati kesedak gimana anjing!” namun saat menoleh, Joe terdiam, melihat sesosok wajah yang sudah lama ingin ia hindari, tiba-tiba sudah ada dihadapannya. Lelaki itu tersenyum lembut, dan duduk tepat di sebelah Joe, “Udah lama gue pengen banget ketemu lo,” Ucapnya dengan nada bersahabat. Itu David, kakak tirinya, ah ralat! lebih tepatnya Joe memilih menganggap dia bukan siapa-siapa baginya. Joe diam, sengaja tidak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun karena baginya itu sangat menyakitkan untuk berbicara dengan seorang yang menghancurkan kehidupan Joe. “Gue kesini gak lama kok, Cuma mau ngasih tau kalo hari Minggu ini, lo harus dateng kerumah gue buat bahas warisan bokap,” Jelasnya tanpa basa basi. See? Dengan percaya dirinya dia ngomong seperti itu dihadapan Joe? Sial! Joe benar-benar pening saat ini. “Gue saranin bawa pengacara,” Tangannya menyentuh kembali pundak Joe dan menepuknya pelan, membuat gadis itu menoleh dengan tatapan datarnya. “Gue duluan,”Sambungnya lagi lantas beranjak pergi meninggalkan Joe yang sedang menahan emosinya. Saat suara mobil terdengar menjauh. Joe mengambil gelas teh manis miliknya dan langsung membanting ke sembarang arah, tidak peduli dengan Bu iis yang sudah mengomel kepada Joe sekarang, namun tiba-tiba suara seseorang terdengar dari indera pendengaran Joe, “Nanti saya ganti bu,” Ucapnya, membuat Joe mendongakkan pandangannya, disana Justin sudah tersenyum lembut kearah Joe, seperti sudah paham dengan suasana yang barusan terjadi. Tangannya menyentuh lengan mungil gadis itu, menuntun agar Joe segera bangkit dari duduknya dan pergi dari sini, namun sebelum itu Justin mengeluarkan uang sekitar 5 lembar uang merah dari sakunya dan memberikan kepada bu Iis. “Ayo pulang,” Bisik Justin lembut sebari menggandeng tangan Joe, yang mampu membuat emosi Joe sedikit mereda. Dan lagi-lagi membuat Joe sedikit terhanyut akan sikap Justin yang bisa membuatnya nyaman. ======================= Satu jam sejak kejadian tadi, saat ini mereka berada di ruang tengah apartemen Joe, penuh dengan keheningan yang membuat Joe sedikit canggung, ditambah lelaki disebelahnya itu adalah kakak dari mantan kekasihnya. “Masih lo pikirin masalah tadi? Kan udah gue urus,” celetuk Justin. Ngomong-ngomong masalah David, Justin sudah mempersiapkan dua pengacara untuk Joe nanti. Namun bukan itu yang sedang menganggu pikiran Joe saat ini. Gadis itu menoleh, alih-alih menatap Justin lekat, membuat Justin sedikit berdehem pelan salah tingkah. “Ada apa?” tanya Justin pelan, Joe menghela nafas, pandangannya ia alihkan kehadapan televisi yang menyala. “Lo sama Gisha ada hubungan apa?” Ucap Joe yang malas berbasa basi, membuat Justin diam sejenak. “Gisha Kenzo Ramada?” Tanya Justin memastikan, Joe sedikit mengangguk ragu, karena setau Joe nama Gisha hanya Gisha Ramada tanpa ada embel-embel Kenzo. “Dia adek gue,” Jawab Justin jujur. Joe menggeleng, pernyataan Justin benar membuat Joe lemas, bagaimana bisa lelaki yang bisa dibilang calon suaminya ini adalah kakak dari mantan Joe yang hampir susah ia lupakan? Dunia benar-benar sempit. “Mantan lo kan?” Tanya Justin lagi. Joe menoleh menatap Justin bingung,”Kok lo bisa tau?“ Justin hanya terkekeh pelan, moodnya sedang berubah sekarang. “Gue kan udah pernah bilang, segela tentang lo gue tau,” Joe hanya menghela nafas panjang, pikirannya berkecamuk. Entah kenapa skenario kehidupannya begitu rumit begini sih? “Gue Cuma gak kebayang, kalo kita nikah Gisha bakal jadi adek ipar gue,” “Ya terus kenapa?” ucap Justin yang masih tidak mengerti dengan arah pembicaraan Joe sekarang. “Kok kenapa sih? Ya jelas kenapa-kenapa lah! Gisha itu satu-satunya cowok yang gue percaya tapi dia juga berhasil ngebuat gue nangis waktu dilobby rumah sakit tempo lalu,” Joe kelepasan, ia tidak bisa mengontrol omongannya sekarang. Salah satu sikap jelek yang Joe punya. Justin diam, pikirannya sedikit mencerna tiap kata Joe saat ini, lantas Justin bangkit, sedikit membenarkan jas hitam yang melekat ditubuhnya. “Gue duluan, ada paraktek setengah jam lagi,” Bohong, Justin bohong karena jadwal peraktek lelaki itu jelas sudah selesai tadi saat pukul jam 2 siang. Joe diam tidak membalas, dan membiarkan Justin melangkah menjauh, namun sebelum Justin membuka pintu, Joe memanggil lelaki itu, membuat langkahnya terhenti dan berbalik menghadap Joe. “Hari minggu gue pengen lo ikut buat nemenin gue,” “Lo udah ada dua pengacara dari gue, lagian itu acara keluarga,” cetus Justin, suaranya dingin sehingga Joe sedikit meringis mendengarnya, karena sebelumnya Justin belum pernah bersikap seperti ini kepada Joe. “Lo keluarga gue, ralat! Tapi calon suami gue, maka dari itu lo harus ada disitu,” tegas Joe, namun Justin hanya mengangguk dan langsung keluar dari apartemen dengan perasaan hangat setelah Joe berucap seperti tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN