Gadis Ke Lima Belas.

2066 Kata
Saat ini Joe sudah berada didepan toko Zara yang menyiapkan ribuan baju kekiniaan dan model terbaru, senyuman gadis itu melebar dan dengan sadar langkahnya memasuki perkarangan toko ternama itu. Ia benar-benar tidak sabar untuk memilih baju-baju keluaran terbaru, sedangkan Justin belum juga melepaskan genggamannya pada gadis itu saat mereka masuk kedalam mall, sehingga membuat Joe mengutuk dalam hati kuat-kuat. Ia merasa seperti anak kecil yang sedang ditemani orang tua jika ingin membeli mainan rasanya. Tindakan Justin benar-benar menyiksanya, apa Justin tidak sadar bahwa Joe sedang menahan diri lebih lama lagi untuk memilih dan menyentuh baju-baju yang sudah terlihat didepan matanya sekarang? Justin tersenyum saat mereka berhenti tepat di dalam toko, perlahan ia melepaskan genggaman itu dan menoleh kearah Joe lantas memilih duduk diatas sofa yang sudah di sediakan. “Ambil dan pilih sesuka yang lo mau, gue tunggu disini ya Love,” Jelas Justin dengan senyuman. Joe tersenyum lebar dan mengangguk, lalu langkahnya menjauh dari laki-laki itu untuk memilih baju-baju yang ia inginkan. Justin yang melihat sikap Joe, tak henti-hentinya senyumannya terus berkembang. Joe benar-benar manis. Ia memilih untuk memperhatikan gerak-gerik Joe yang sedang antusias memilih barang-barang hingga baju dari jauh. Jujur saja, entah kenapa Justin memperhatikan Joe seperti ini bisa membuatnya merasakan kepuasaan yang luar biasa. Aneh? Memang, tapi itu benar nyatanya Justin merasakan hal tersebut, dan itu hanya berlaku dengan Joe saja, bahkan kalau di fikir-fikir saat ia bersama mantan istrinya dulu Justin tidak seperti ini. Anna lebih cenderung mandiri, dan jarang mau membeli hal-hal seperti ini baginya itu tidak penting, akan tetapi sikap Joe yang seperti ini mengingatkan dia dengan Jazzy. Sebelas dua belas lah kelakuannya, sama-sama suka shooping dan boros. Sepertinya Justin harus mengatur jadwal untuk mempertemukan mereka berdua lagi, itu ide bagus untuk memperkenalkan Joe kepada Jazzy agar semakin dekat, sebagaimana pertemuan pertama mereka sangatlah baik. Ngomong-ngomong semua barang Zara berkualitas tinggi, Joe sampai bingung ingin membeli apa saja karena pilihannya benar-benar bagus semua, rasanya Joe ingin membeli toko ini. Dan setelah sekian lama kurang lebih satu jam memilih, akhirnya Joe mengambil dress hitam diatas lutut tanpa lengan, dan juga ia mengambil sepatu hak tinggi berwarna keemasan yang tampak terlihat anggun jika dipakai olehnya. “Sudah?” Suara Justin mengejutkan Joe, ia menoleh dan sedikit malu saat sedang memegang dress hitam itu ditangannya. Joe mengangguk, “Sudah,” Justin melihat dress itu, memperhatikan secara seksama sambil bergantian menatap Joe, “Lo bakal jadi cewek tercantik kalau pake baju ini,” bisik Justin tepat di telinga milik Joe. Justin menjauhkan wajahnya, ia tersenyum sambil menatap Joe yang tersenyum kikuk. “Sepatu ini juga mau diambil?” Tanya Justin. Joe mengangguk, laki-laki itu tersenyum kembali. “Mau apa lagi?” Joe diam, namun entah kenapa fikiran anehnya tiba-tiba muncul, ia menarik tangan Justin untuk melangkah ke rak parfume yang ada ditoko itu. Kedua matanya memperhatikan bentuk-bentuk botol yang ada didalam sana. “Mbak boleh minta tolong?” Ucap Joe kepada mbak-mbak pegawai toko yang sedari tadi salfok kepada Justin. Ia sedikit terkejut saat Joe memanggilnya. “Iya kak boleh, mau yang mana?” Masih dengan mata tertuju ke rak parfume itu Joe menggaruk pipinya yang gatal, “Saya pengen parfume yang khusus untuk orang yang berpasangan dong. Ada?” “Oh baik, tunggu sebentar akan saya ambilkan,” Joe mengangguk, lalu tersenyum melihat mbak-mbak itu pergi meninggalkan mereka berdua untuk menunggu parfume yang ia inginkan. “Jadi sekarang mau couple-an terus gitu?” Goda Justin kepada Joe. Joe yang sebenarnya sudah agak salah tingkah itu hanya memutar bola matanya untuk menutupi sikap yang ingin ia kutuk sekarang. “Padahal dari awal lo sendiri yang pengen kita couple-an,” Singgung Joe yang sudah menunjuk kearah baju Justin dan dirinya secara bergantian memakai kedua matanya. Joe tertawa, “Gak apa-apa biar tau kalau kita pacaran,” Joe menatap Justin tidak percaya, “Apa? Pacaran?” Justin mengangguk bangga. “Sejak kapan anjir?” “Hari ini lah,” “Sinting lo,” “Iya gara-gara kamu,“ Goda Justin lagi disertai kekehan geli. “EWH!” Mendengar itu Justin makin tertawa keras, dan membuat semua orang yang sedang berada ditoko melihat kearah mereka dengan tatapan aneh. Joe yang sadar dengan tatapan seperti itu hanya menghela nafas kasar, emang ya segimana udah duda juga kelakuan masih aja kek anak ABG. Heran. “Ini kak, bisa di coba dulu harumnya. Kali aja cocok buat kalian berdua,” Tawar mbak-mbak tersebut yang sudah menyodorkan dua botol parfume berukuran sama. Joe mengambil botol tersebut begitupun Justin, mereka saling menyemprotkan sampel itu ke lengan mereka masing-masing. Harus yang sedikit manis tapi maskulin dan tidak menyengat saat dihirup, Joe suka dengan wanginya. Joe menoleh kearah Justin, “Suka wanginya gak?” Justin diam seperti sedang berfikir, “Lebih suka wangi strawberry di rambut lo sih,“ Ucapnya polos. “Astaga Justin,“ “Iyaiya sorry, gue suka kok. Ambil aja,“ Joe mengangguk lalu kembali menatap kearah pegawai tersebut, “Kita ambil ini ya mbak,“ “Boleh kak, silahkan bayar ke kasir aja ya, akan kami urus dulu barangnya,” Ucapnya ramah. Akhirnya Justin kembali menggandeng tangan Joe dan mengajak gadis itu menuju kasir untuk membayar belanjaan yang pilih, sesampainya Justin tersenyum kearah laki-laki yang tampaknya ia kenal. “Justin, lo gak sadar? Gue udah ngitung cewek yang lo bawa kesini dan ini cewek yang ke lima belas,” Celetuk laki-laki itu begitu saja. Justin langsung membulatkan kedua matanya dan menggeleng kearah laki-laki itu seakan memberikan isyarat kepadanya agar tidak membuka kelakuan bobroknya dulu. Kasir gak ada adab emang. Seharusnya laki-laki itu tidak seharusnya membongkat hal tersebut dihadapan Joe, namun Justin memang mengakui hal tersebut bahwa dirinya sering mengajak gadis-gadis yang ia kencani kesini untuk berbelanja, dan Justin juga tidak masalah jika si laki-laki ini begitu hafal dengan kelakuan bobroknya ini. Joe sempat tertawa dingin mendengarkan perkataan laki-laki itu, “Kelima belas ya? Haha cewek kelima belas,” ucap Joe dingin sambil menatap Justin tajam, perkataan Joe sekarang seperti halnya menyindir Justin yang sedang panas dingin saat ini, sialan! Laki-laki itu juga tertawa, seakan-akan tidak paham dengan situasi tersebut, “Iya mbaknya tuh cewek yang kelima belas, soalnya saya selalu ngitung masalahnya,” “Berarti doi definisi cowok buaya ya mas,” “Banget, ya tapi gak apa-apa sih namanya juga ganteng. Mbaknya juga mau karena Justin ganteng kan ya,” “Sebenarnya yang ngejar-ngejar cowoknya sih mas bukan saya,” “Eh serius? Wahh berarti mbaknya spesial. Iya gak Just?” Tanyanya pada Justin. “Tapi kalau saya cewek yang kelima belas, cukup tau aja si,“ Ucapnya, Justin yang mendengarkan hal itu hanya meringis pelan sambil menggarung tengkuknya yang tidak gatal, mau bagaimana lagi? Aib Justin benar-benar sudah terbuka, padahal niatnya ia ingin menceritakan sendiri kalau Justin ini seperti apa. Sedangkan Joe yang sekarang sudah berubah menjadi diam, entah kenapa hati yang tadinya terasa hangat sekarang berubah menjadi panas dan kesal setelah ia mengetahui kenyataan bahwa dirinya adalah gadis yang kelima belas yang telah dibawa Justin kesini. Sekali lagi yang harus kalian tekan kan, lima belas. Itu bukanlah urutan yang paling sedikit, rasa kesalnya Joe kepada Justin yang hampir menghilang kini muncul kembali, bahkan ia ilfeel dengan laki-laki itu. Pantesaan aja tuh cowok pandai banget gombal, pandai banget nyogok cewek, ternyata emang udah kelakuannya yang b******k. Kasir itu menyerahkan tas karton bertulisan Zara kepada Joe sambil tersenyum, “Tapi kalau dipikir-pikir kayaknya mbak masih muda banget, anak SMA ya? Duh mbak hati-hati aja nih sama Justin, nanti malah di buang kaya yang sebelum-sebelumnya,” Sarannya, namun sarannya itu justru membuat memperkeruh suasana. “Iya mas, saya bakal hati-hati kok. Lagian dia belanjaiin saya gini karena dia punya hutang saya. Ngomong-ngomong, makasih ya mas udah kasih tau hal begini ke saya, saya berterima kasih banget,” Jujur Joe lalu melangkah pergi dari situ. Melihat Joe pergi begitu, Justin langsung mengeluarkan ATM dan beberapa vocher kepada laki-laki itu. “Lo punya mulut bener-bener gak ada remnya,“ Kata Justin kesal, lalu langsung mengambil ATM nya kembali setelah pembayarannya selesai. Namun sebelum itu, Justin memberikan tatapan peringatan kepada laki-laki itu, ia tidak punya waktu untuk berbicara dengan manajer toko saat ini, karena yang lebih penting adalah Joe sekarang. “Love, marah ya?” Tanya Justin yang akhirnya sudah sejajar dengan langkah Joe. “B aja,” Jawab Joe singkat. Justin menghela nafas berat, “Iya, Lo marah,” Justin berspekulasi sendiri. Joe mendesah, “Coba lo bilang, alasan apa yang bisa buat gue marah?“ Joe menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Justin. Justin diam, menatap ekpresi dingin yang ditunjukan oleh Joe sekarang. “Cepet!” Sambung Joe. Justin mengigit bibir bawahnya, “Karena omongan si banci tadi?” Jawabnya ragu. Joe tertawa hambar, “Just please! Lo sama gue tuh gak pacaran, ngapain lo dengan pedenya mikir gue bakal marah dengan omongan gak penting begitu?” Jawab Joe santai. “Tapi kan mulai hari ini kita pacaran,” “Gue kan tidak mengiyakan hal tersebut, lagian ya,” Joe sedikit membenarkan rambut coklatnya, “Lo aja kali yang ngarep banget pengen sama gue,” “Joe, lo kan tau gue cinta sama lo,” Ucap Justin seraya menegaskan hal tersebut kepada gadis itu. Berharap agar Joe benar-benar mengerti akan perasaannya. Bahkan Justin berani bersumpah bahwa dirinya sampai kapan pun tidak pernah bosan segimana setiap hari harus terus mengatakan Aku mencintaimu kepada Joe. Sekalipun Justin tahu, bahwa jawaban Joe nanti pasti akan ada yang membuat hatinya sakit, astaga! Ternyata Justin secinta itu sama Joe. Joe menggeleng, “Tapi gue enggak,“ Tuhkan! Bener-bener nyakitin jawabannya. Alih-alih meringis kesal saat mendengarkan jawaban yang keluar dari mulut Joe, Justin memaksakan tersenyum kearah gadis itu, “Lo cuma belum cinta gue,” Joe memejamkan kedua matanya sejenak lalu membukanya, “Kenapa sih lo kekeuh banget?” Tanya Joe frustasi. “Gue bukannya kekeuh atau semacamnya, gue cuma yakin sama diri gue sendiri aja,” “Just... Cukup,” Pinta Joe yang saat ini jantungnya sudah berdetak tidak karuan. “Just let me love you, lo gak wajib buat mencintai gue, lo cukup membiarkan gue cinta sama lo. Udah itu aja yang gue mau,“ Jelas Justin. Joe diam, ia sedikit terharu dan sedikit terbawa perasaan dengan penjelasan Justin barusan, Joe emang gak yakin dengan hal tersebut, namun saat melihat ekpresi Justin yang seperti itu yang penuh dengan rasa percaya diri dan tulus, cukup membuatnya tersentuh. “Gimana gue mau percaya sama lo, yang jelas-jelas lo tuh buaya yang sering bungkus cewek tanpa mandang umur,” ucap Joe penuh dengan tuntutan “Itu dulu, sebelum ketemu sama lo, sebelum gue menerika perjodohan konyol yang dilakukan Pak Dikta, gue udah berubah kok,” Jelasnya yakin. Joe masih belum puas dengan penjelasan Justin, “Seharunya, lo tuh tau ya gue cewek yang bisa dibilang bad attitude, dan itu bisa merepotkan lo kedepannya,” “Gue gak peduli,“ “Gue juga cewek boros, yang bisa habisin duit lo kapan saja,” “Gue ga peduli, perlu gue kasih ATM unlimited milik gue biar bisa lo pake sepuasnya?” “Gue juga cewek pemales,” “Gue gak peduli Joe, kita cuma perlu sewa asisten rumah tangga kok,” “Terus gue tuh bukan cewek pinter,“ “Gue ga peduli, nanti lo ajarin biar lo pinter,” “Gue juga bukan cewek dari keluarga yang harmonis, gue terlahir dari keluarga yang rusak dan gu-“ “JOE! GUE BENER-BENER GAK PEDULI! KALAU GUE UDAH BILANG CINTA YA GUE BENERAN CINTA SAMA LO!” Bentak Justin frustasi, nafasnya sudah naik turun dan raut wajahnya sudah memerah karena emosi, sontak itu membuat Joe terdiam kaku. “Apapun yang lo jelaskan tentang kekurangan di hidup lo, gue bener-bener gak peduli, sebagaimana lo cacat pun, gue gak masalah,” Justin menatap Joe penuh arti. Namun sejenak Justin memejamkan kedua matanya dan menghela nafas pelan, ia menyadari satu hal bahwa barusan Justin telah membentak Joe di tempat umum dan ia merasakan penyesalan didalam hatinya. “Maaf,” Nada Justin melemah. Joe meneguk air liurnya, “Lo orang yang pertama kali ngebentak gue selama gue hidup 17 tahun didunia,” Kata Joe kecewa. “Gue gak bermaksud,“ Joe menghela nafas pelan, “Yaudah, gue laper,” Rengeknya. Melihat sikap Joe yang kembali seperti semula, senyuman Justin kembali terukir diwajahnya. “Mau makan apa Love?” Tanyanya semangat. “Pengen yang mahal, terus enak,“ Justin tersenyum langas kembali menggandeng tangan Joe, “Serahin semuanya ke gue,” bisiknya tepat pada telinga kiri Joe.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN