Bolos

1847 Kata
Hampir satu jam Justin menunggu Joe didepan kamar apartemennya, gadis itu masih tidak keluar sekalipun saat Justin menelfonnya berkali-kali namun tetap tidak ada kabar. Membuat lelaki itu akhirnya nekat membuka kunci kode kamar Joe, sesudahnya ia masuk dan menyalakan saklar lampu, karena semua ruangan masih gelap menandakan bahwa penghuninya belum bangun. Justin menggeleng seraya tersenyum, benar-benar pemalas tapi apa boleh buat sekarang sudah jam tujuh pagi dan setau Justin sekolah Joe masuk tepat pukul setengah delapan. Langkahnya berjalan kearah pintu yang terdiri papan tempel dengan tulisan Jovanka Room. Menandakan itu adalah kamar milik Joe, Justin menarik knop pintu dan pandangannya mendapatkan Joe yang masih tertidur pulas. Buku berserakan dimana-mana, menandakan bahwa Joe semalam mengerjakan tugas sekolah, saat tangannya meraih buku tersebut Justin lagi-lagi terkekeh melihat soal-soal kimia yang belum terisi dan menurut Justin ini adalah pelajaran termudah, oh ralat! Semua pelajaran bagi Justin memang mudah. Tangannya membolak-balikan buku milik Joe, nilai dibawah 50 tertera disetiap buku membuat Justin terheran heran, apakah gadis ini niat sekolah atau tidak? Masalahnya ini nilainya gak ada diatas KKM semua loh. Lantas Justin langsung menarik selimut Joe membuat gadis itu tersentak kaget, dengan wajah bangun tidur ditambah baju tidur bermotif Stitch dan rambut coklatnya yang sedikit acak-acakan justru penampilan Joe terlihat cantik berkali- kai lipat pagi ini. Sial! Justin benar-benar tergila-gila dengan pandangan sekarang. “Heh lo ngapain ke sini?” “Jemput lo,” Joe mengucek kedua matanya, “Biasanya kan yang jemput gue dua kacung-kacung lo,” “Mereka lagi ada urusan,” Joe berdecak malas, ia menatap Justin sekilas. “Tau gak sih?” Gantungnya. “Gue mager sekolah,” Ucap Joe santai sambil menarik selimut kembali dan berusaha kembali menikmati mimpi indahnya. Namun dengan cepat Justin menarik selimut Joe dan menaiki tubuh Joe sehingga jarak mereka sangat dekat membuat Joe melotot dan menahan nafasnya. Gila! Gila! Ganteng banget! Tunggu! Apakah Justin menaiki tubuhnya? Dengan cepat Joe menendang alat vital milik Justin dan membuat respon lelaki itu berteriak kesakitan lalu jatuh kesebelah tubuhnya. “Jangan coba-coba m***m sama gue!” Tekan Joe yang wajahnya sudah memerah. “Demi tuhan! Gue cuma mau bangunin lo buat sekolah,” ucapnya yang masih menahan rasa sakit yang luar biasa. Sial! “Gue kan mager sekolah, jadi sekarang lo boleh keluar dari apartemen gue,” Usir Joe, tapi bukan Justin namanya jika menuruti kemauan seseorang yang membuat dirinya nyaman bila didekatnya. Justin berangsur duduk dan menatap kearah Joe, “Ya kalo lo mager sekolah gue disini,” “Lo kerja bego!” “Ya kalo gue mager juga gimana?” Tanya Justin yang mengikuti nada perkataan gadis itu. “Ah! serah deh gak peduli, tapi... Gue laper,” Jelasnya pelan sambil tersenyum lebar kearah Justin yang tertawa. Membuat Joe memutar bola matanya jengah dan bangkit dari tempat tidurnya meninggalkan Justin dikamar. “Gue belum makan dari semalem tau,” Gadis itu membuka lemari es yang tidak ada sedikit pun makanan disana, hanya beberapa botol alkohol dan Joe sedang tidak minat untuk meminumnya. Ia sadar tiga hari ini ia tidak ada uang, dan tiga hari hidupnya di biayai oleh Justin. Justin keluar dari kamar, lelaki itu juga membuka lemari es miliknya, lalu mengambil wishkey dan meminumnya langsung dari botol. Joe yang melihat itu merasa Justin tidak sopan, tolong ya! Ini apartemen milik Joe, kenapa jusi Justin seolah-olah ini rumahnya sih? “Gak tau diri banget jadi orang,” Sindir Joe malas. “Udah gausah ngomel, udah gue pesenin go food,” jelasnya tanpa melihat kearah gadis itu yang sudah terlihat senang dari mimik wajahnya. Tetapi dengan cepat ia merubah ekpresinya menjadi datar walaupun dalam hatinya senang karena makanan sebentar lagi akan datang, ia masih memandang Justin yang sibuk memainkan ponselnya dan sesekali meminum wishkey lagi. “Lo seriusan gak apa-apa gak kerja?” Tanya Joe memastikan. “Ini gue lagi bilang ke asisten gue, kalo gue ga praktek hari ini,” “Loh kok?” “Buat nemenin lo lah pe'a!” Jawab Justin gemas. Joe memanyunkan mulutnya sebentar, kaki jenjangnya berjalan kearah ruang tv, lantas duduk dan menyalakan tv tersebut. Justin mengikuti Joe, dan duduk tepat disebelahnya, kali ini jas navy yang ia pakai tadi ia lepas dan hanya tertera kemeja putih yang lengannya sudah ia gulung. Melihat tangan Justin yang dipenuhi tatto, membuat Joe terkejut dan menghadap kearah lelaki itu. “Lo? Astaga sebanyak apa sih tuh tatto?” Justin yang tadinya menikmati acara di tv, pandangan nya jatuh kepada Joe yang meminta penjelasan, tubuhnya juga sekarang sudah menghadap kearah gadis itu. “Mau liat? Gue buka ya,” ucapnya sambil membuka kancing kemejanya perlahan, dengan sigap Joe memegang tangan Justin dan melarangnya laki-laki itu membuka baju disini. “Gila lo ya?!” Ucap Joe panik. Justin terkekeh, “Katanya penasaran,” “Ya gak usah buka baju juga, dikata ngapain-ngapain lagi,” Jelasnmnya keki, membuat Justin tertawa. “Geer, siapa juga yang mau nidurin lo, body kerempeng gitu,” “Lo!” ucapnya tidak terima “Apa? Fakta!” Ucap Justin tidak mau kalah, Joe diam dan kembali menghadap kearah depan, sedangkan Justin masih nyaman dengan posisinya yang menatap Joe. Tetapi sesuatu terbesit dipikiran Joe, karena jujur gadis itu juga ingin tahu kehidupan Justin yang sedang duduk disebelahnya ditambah kenapa ia bisa menjadi seorang duda beranak satu. Lantas gadis itu kembali menatap kearah Justin yang sedang menatapnya dengan pandangan yang tidak Joe pahami. “Lo gak mau cerita gitu? Tentang lo kek apa kek. Masa lo doang yang tahu kehidupan gue. Kan gak adil banget,” Jujurnya. Justin menaikan sebelah alis matanya, tangannya menyisir rambut coklat Joe asal. Mendapat perlakuan Justin yang tiba-tiba membuat Joe menahan nafasnya karena jantungnya lagi-lagi berdegup kencang akibat perlakuan Justin barusan. “Mau tau darimana?” “Semuanya, kehidupan lo, terus kenapa lo bisa jdi duda beranak satu,” Justin sempat diam berfikir, bingung akan mulai dari mana, dengan tangan yang masih bermain-main dirambut Joe, lelaki itu menghela nafas. “Gue liar,”membuat Joe memfokuskan kepada Justin. “Dari gue seumuran lo, gue liar. Gonta ganti cewek, clubbing, balap motor sama mobil, tawuran juga, ya intinya sebelas dua belas lah sama lo, tapi yang jelas gue gak g****k aja,” Joe meninju perut Justin pelan, kesal? Jelas! Seenak jidat Justin mengatakan bahwa joe adalah bodoh, walaupun faktanya benar, tapi Joe benar-benar tidak terima. “Sampai masa kuliah pun masih begitu, dan waktu gue nikah itu sih menurut gue kesalahan aja sih,” Gadis mengerutkan keningnya tidak mengerti, namun saat Justin akan melanjutkan ceritanya suara bell apartemen terdengar membuat Justin bangkit dan menyuruh Joe menunggu. Beberapa detik kemudian Justin kembali dengan beberapa bingikisan yang membuat Joe tersenyum lebar, makanan telah datang, yang terdiri dari nasi padang, es krim Macflurry matcha, thai tea matcha dan juga beberapa gorengan, sial! Justin benar-benar terbaik hari ini. “Mau makan dulu apa lanjut gak nih?” Sambil menikmati es krim dan gorengan, Joe menyuruh lelaki itu lanjut bercerita, untuk masalah makan biar nanti saat sesi cerita selesai mereka bisa makan bersama-sama. “Gue punya sahabat, namanya Anna. Pergaulan dia sama persis sama gue, lulusan kedokteran juga sama kaya gue, dan waktu ada party, Anna lagi pacaran sama cowok yang mati ditangan gue dita-“ “Wow! Wow! Tunggu bentar, maksud lo mati di tangan lo maksudnya apa nih! Jangan bikin orang gagal paham,” potong Joe tiba-tiba, Justin mengedikan kedua pundaknya. “Ya lo tau lah dengan gue yang sekarang koneksi gue banyak, apapun tentang lo juga tau, jadi ya gue nyewa pembunuh bayaran buat bunuh tuh cowok karena gak mau tanggung jawab atas apa yang ia perbuat,” “Lo psikopat,” Ucap Joe sambil memicingkan kedua matanya,”Terus habis dibunuh gitu gimana? Pasti ada kasus dong ga mungkin polisi diem aja,” Justin terkekeh, tangannya mencubit pipi pelan gadis itu gemas, “Lo bener-bener bego apa gimana? Hukum Indonesia tuh tumpul ke atas, tajam ke bawah,” Joe mengangguk mengerti, bagi Joe, Justin adalah lelaki sinting yang rela melakukan hal apapun agar seseorang yang tidak dia suka musnah dalam sekejap, begitupun sebaliknya. Apa yang ia sukai dia juga harus me “Terus,” pinta Joe sambil menyeruput thai tea green teanya akibat es krim yang tadi sudah habis. “Jadi ya gue nikah atas dasar buat tanggung jawab aja dan Jazzy kasarannya dia tuh anak tiri gue tapi tetap gue sayang sama dia lebih dari apapun,” “Sekarang Anna kemana?” “Ah iya Anna meninggal waktu Jazzy umur 2 tahun, gara-gara anemia, udah sih kurang lebih gitu,” Joe mengangguk paham, “terus terus apa lagi,” ucap Joe antusias. “Mau tau? serius?” Joe mengangguk karena kisah Justin bagi Joe benar-benar sedikit drama tapi entahlah Joe senang mendengarkannya. “Gue sering tidur sama berbeda cewek tiap minggunya,” “Maksud lo? berhubungan badan gitu?” “Iya dong,” ucapnya bangga, Joe menoyor kepala Justin membuat lelaki itu meringis kesakitan. “Lo mah asli, buaya banget!” “Dih orang mereka kok yang mohon-mohon pengen gue tidurin, anak SMA seumuran dan di bawah lo juga ada, jadi jangan salahin gue lah! Gue cuma melayani hasrat mereka saja,”” “Tapi lo puas kan dapet yang rapet terus?” Tanya Joe kesal, entah kenapa lagi-lagi Joe tiba-tiba bersikap seperti ini, tapi yang jelas mendengar tuturan Justin yang tadi Joe tidak suka, belum lagi sikap buruk Justin yang lain juga, yang baru ia ketahui beberapa waktu yang lalu. “Ngomong-ngomong, lo masih rapet gak?” Goda Justin dengan kekehan nakalnya. Joe melotot dan langsung memukul lelaki itu dengan bantal, sedangkan Justin hanya tertawa sambil memohon ampun. Dan hari ini, benar-benar membuat mereka berdua terasa nyaman walaupun didalamnya ada perdebatan. ================================ Sesudah makan Joe kembali asik menonton tv, sedangkan Justin lelaki itu ke kamar Joe dan mengambil tas sekolah gadis itu. Saat sudah kembali lagi keruang tv, Justin menyodorkan buku kimianya membuat Joe mengerenyit bingung. “Kerjaan nih, gini aja gak bisa,” suruh Justin. “Ogah, nanti aja gue liat punya temen gue,” Justin melotot, mengambil bantal kecil dan melemparkan kearah Joe, sedangkan Joe tidak peduli dan masih memefokuskan pandangan nya kearah tv. “Lo mau gue tidurin? Lo ga nurut, gak segan-segan loh badan lo gue telanjangin,” Ucap Justin bercanda. Joe segera menoleh, kesal dengan anceman Justin, gadis itu langsung mengambil buku tersebut dan melihat beberapa soal kimia. Lantas Joe menghela nafas kasar, “Gue tuh gak bisa kimia sama sekali,” Justin duduk bersebelahan bersama Joe, mengambil buku itu dan memperhatikan soal tersebut baik-baik, “Yang lo bisa apasih?“ Tanyanya frustasi, “Ini gampang banget gila! Masa iya lo gak bisa sama sekali? “ “Lo dari pada banyak bacot mending lo aja yang ngerjain tugas gue, ribet banget jadi orang!” kesal Joe. “Oh tidak bisa, siniin remotnya,” Justin langsung mematikan tv sehingga Joe menoleh kearah Justin dan menjambak rambut lelaki itu, Justin hanya meringis dan menyuruh Joe fokus untuk belajar kimia bersama. “Gue yang bakal ngajarin lo, jadi jangan banyak ngeluh," Suruh Justin tegas dan mampu membuat Joe diam dan menurut perkataan Justin yang baru saja ia lontarkan. Sial! Kenapa Joe terkontrol olehnya sih?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN