Bimbang

1920 Kata
Langkah Justin memasuki ruang tamu rumahnya yang dulu, dia sengaja ke sini hanya untuk menemui Gisha. Akan tetapi Gisha yang baru saja pulang memakai motor vespa miliknya, melihat mobil Justin yang terparkir di depan gerbang rumahnya langsung mendengus kesal. Laki-laki itu menghela nafas panjang, ia tahu maksud Justin datang ke sini itu apa, yang jelas hal tersebut berhubungan dengan Joe. Itu sudah pasti bukan? Setelah Gisha memarkirkan motornya dengan rapih laki-laki itu melangkah memasuki ruang dan pandangannya langsung melihat Justin yang sudah duduk di atas sofa ruang tamu. Gisha tidak ingin ada pertengkaran lagi di sini, cukup! Dia sudah benar-benar lelah dengan keadaan dan melayani sikap kakaknya yang terkadang seperti ke kanak-kanak an. “Mau apa lagi?” Tanya Gisha to the point, tubuhnya langsung ia jatuhkan di atas sofa dan kedua matanya menatap Justin. Sedangkan Justin, laki-laki itu juga membalas tatapan Gisha, pandangannya memperhatikan wajah Gisha yang sedikit babak belur akibat ulahnya sendiri. “Kayaknya gak harus gue jelasin lagi,” Justin menjawab lantas menyenderkan tubuhnya. “Lo...sesayang dan se-cinta itu sama Joe?” Justin melemparkan pertanyaan, pandangannya kembali teralih kepada Gisha. Mendengar pertanyaan konyol tersebut yang keluar dari mulut Justin membuat dirinya tertawa pelan. “Rasa yang gue punya buat dia, itu benar-benar besar di banding rasa sayang dan cinta lo sekarang,” Justin diam dirinya masih bingung dengan perasaannya sendiri, sebenarnya apa sih yang dia rasakan untuk Joe? Akan tetapi Justin benar-benar menginginkan bahkan tidak ingin kehilangan gadis itu. Atau Justin hanya sekedar obsesi saja kepadanya? Justin menggeleng membuang fikiran aneh tersebut. Tidak, Justin tidak akan mempermainkan hati Joe seperti wanita yang pernah dekat dengannya, gadis itu pelabuhan terakhir Justin. “Kayaknya tebakan gue benar,” Tembak Gisha tiba-tiba. Justin kembali memandang Gisha yang sudah tersenyum puas. “Just, sebenarnya gue gak mau sombong, tapi asal lo tahu sebelum ketemu lo pun, tempat Joe pulang cuma ada dua,” Gisha memasang raut wajah seriusnya. “Yang jelas gak ada nama lo di sana,” Gisha bangkit dari duduknya, berniat meninggalkan Justin di tempat. Tunggu, ia masih belum paham dengan apa yang di maksud Gisha barusan. “Maksud lo apa?” Tanya Justin langsung dan itu membuat Gisha memberhentikan langkahnya dan kembali menatap ke arah Justin. “Intinya tempat pulang Joe untuk mengerahkan keluh kesah dan kebahagiaan dia bukan lo, secara teknis dia ga percaya atau...” Gisha menggantungkan ucapannya. Justin diam menunggu lanjutan ucapan adiknya, lantas Gisha mengalihkan pandangannya dari Justin. “Atau memang Joe gak mencintai lo seperti yang lo bayangkan?” Lanjutnya lagi. Mendengr tuturan Gisha Justin tertawa. Apa dia bilang? Tidak mencintainya? Astaga mana bisa Joe menolak pesona dan sampai tidak jatuh cinta dengan dirinya! Buktinya saja Joe sudah sangat benar-benar membutuhkan dirinya di hidup gadis itu. “Please! She’s said “She Love Me,”” Kekeh Justin seraya bangga dengan dirinya sendiri. Bahkan Gisha pun juga tertawa kecil, tapi tawaan laki-laki itu seperti halnya meremehkan lawan bicaranya. “Kaya nya lo ga sepenuhnya mengenal Joe ya Just,” Langkah Gisha mengarah ke arah tembok dan menyenderkan tubuhnya di situ, “Lo ga lupa kan kalau Joe itu bisa bilang cinta tapi di dalam hatinya sebenarnya enggak? Di tambah lagi..“ Gisha melipat kedua tangannya di depan d**a bidang miliknya, “Joe tuh mudah baper dan gampang bosen juga, tapi kalau sudah bucin banget dia bakal susah move on. Ya contohnya gue, lo menyadari itu kan?” “Joe itu perasaannya mudah terombang-ambing, mudah di manipulative dan dia orangnya gak tegaan sekaligus gak enakan orangnya mangkanya dia gampang di begoiin cowok. Gue kira lo udah mengenal baik seorang Jovanka Lovata karena lo banyak kacung-kacung yang bisa di andalkan, ternyata hal sekecil itu pun lo gak tau,“ Setelah sekian lama mereka berpisah tempat tinggal, baru kali ini mereka berdua kembali berbincang cukup lama dan yang bisa melakukan hal tersebut hanyalah Joe. Iya topik pembahasan mereka berdua kali ini hanya Joe seorang, tidak ada yang lain. “Joe itu abu-abu Just, butuh perjuangan untuk bisa memahami gadis itu. Karena bagaimana pun di dalam diri dia rapuh, dan mentalnya udah gak baik lagi. Mangkanya, Joe itu harus mempunyai pasangan yang tepat untuk sisa hidupnya nanti,” “Diri gue pun yang notabenenya sudah mengenal Joe dengan baik saja masih ragu buat hidup semati sama dia. Karena gue takut gak bisa buat dia happy ke depannya. Apalagi lo yang baru beberapa bulan kenal dia udah berani ngajak Berumah tangga hanya karena perjodohan konyol yang di buat Dikta. C’mon Just! Lo harusnya tau sebenci apa dia dulu sama bokapnya!” “Mungkin pikiran lo sekarang lo bisa bikin Joe happy selama hidupnya nanti hanya dengan uang aja kan?“ Gisha tertawa lagi, kepalanya menggeleng pelan sambil menatap Justin remeh. “Joe memang hobi shooping bahkan makan, tapi bukan itu yang dia mau selama ini. Kalau lo nganggep kaya gitu, sama aja rumah tangga lo sama Joe bakal gagal ke depannya, gue jamin gak akan lama. Harusnya lo yang sudah tahu rumah tangga itu seperti apa gak harus bersikap gegabah seperti ini kan Just? Jangan jadi bego mendadak cuma karena lo tertarik sama dia. Gue akuiin daya tarik Joe memang kuat banget!” Dan Justin mendengar penjelasan panjang Gisha membuat dirinya diam seribu bahasa. ••••••••••••••••••••••••••••••• Setelah selesai melakukan percakapan panjang dengan Gisha beberapa jam yang lalu, membuat Justin berfikir sejenak. Cinta ya? Entah kenapa setelah percakapan panjang tadi membuat Justin sedikit ragu dengan perasaannya sendiri. Kedua tangannya mengacak-acak rambutnya asal, dan Jessica yang menyadari kebimbangan Justin sedari tadi hanya bisa menatap atasannya itu. “Bapak ada masalah lagi?” Tanya Jessica hati-hati. Justin melirik gadis itu dengan kedua matanya sekilas kemudian mengangguk pelan. “Joe ya?” Tebaknya dan langsung membuat Justin menyenderkan tubuhnya di kursi. “Keliatannya, Joe masih butuh Gisha di hidupnya,” Ucap Justin frustasi, kenapa dia jadi melow begini sih? Jessica menghela nafas kasar, tanpa butuh pengakuan dari Joe sendiri pun ia sudah tahu bahwa Joe masih membutuhkan bahkan masih mencintai Gisha, selama beberapa hari Jessica melihat kebersamaan mereka berdua, dirinya sudah tahu bahwa kedua manusia tersebut saling melengkapi. Ya, walaupun Jessica sedikit bisa menilai bahwa Joe masih mempunyai seseorang yang dia butuhkan. “Sebenarnya buat ikut campur hubungan kalian itu bukan ranah saya, tapi...” Jessica menggantungkan ucapannya sedangkan Justin sudah menatap gadis yang di hadapannya dengan serius. “Kalau memang bapak benar-benar mencintai Joe dan yakin ingin menjadikan dia sebagai pasangan hidup dan ibu dari Jazzy, seharusnya bapak bisa membuat Joe nyaman lebih dari dirinya bersama dengan Gisha bukan?” Justin menghela nafas panjang, justru itu! Itu yang Justin fikirkan dan bingungkan. Dia harus bersikap seperti apa lagi agar Joe benar-benar nyaman dan percaya sepenuhnya kepada Justin. Di tambah lagi secara tidak langsung laki-laki itu sudah menghianati Joe dari belakang akibat dirinya berhubungan secara diam-diam bersama Kayla. Sial! Dia melupakan hal tersebut, setelah Justin melakukan hal hina seperti itu. Kayla masih berusaha menghubunginya bahkan gadis itu bersikap nekad akan datang ke Jakarta untung menemui Justin. Baiklah, ini benar-benar runyam dan membuat kepalanya menjadi pening. Kenapa dirinya kemarin bersikap ceroboh sih? Sial!!! ••••••••••••••••• Gisha tau, bahwa dirinya sekarang seperti tokoh n****+-n****+ remaja yang menunggu seseorang yang ia cintai di depan rumah. Sayangnya Gisha hanya menunggu Joe di seberang apartemen yang kebetulan ada warung kopi di sini. Gisha hanya ingin memastikan bahwa Joe sudah baik-baik saja. Ya walaupun pasti baik-baik saja juga karena sudah ada Justin yang menemani gadis itu. Ngomong-ngomong soal di sekolah kemarin mengapa Gisha menghilang, karena Justin tiba-tiba saja datang ke sekolah untuk menjemput Joe. Itu mengurungkan niatnya untuk menemui Joe di depan ruang kepala sekolah. Gisha ingin tahu, apa yang terjadi di dalam sampai larut seperti ini karena setelah berbincang dengan Justin tadi, laki-laki itu bilang ingin menemani Joe setelah ia melakukan praktek di rumah sakit, dan Justin pun tidak tampak batang hidungnya, okay! Tolong buang pikiran ngaco lo Gish! "Lo yakin gak masuk aja?" Gisha menoleh, sesosok Nakula dan Satya yang menemaninya sedari tadi itu akhirnya membuka suara. "Gak usah, ada Justin di sana. Gue yakin bakal aman," Satya berdecak, cowok itu menggeleng seraya tersenyum picik, "Tapi sayang, mata dan hati lo berkata sebaliknya." Pandangan Gisha jatuh kepada Satya yang sudah menghisap rokok nya yang entah sudah keberapa kali. Sebenernya sejak dulu Gisha selalu tidak paham dengan Satya. Cowok itu selalu bersikap sensi bila dengannya, sampai-sampai Gisha pernah introspeksi dirinya, apa Gisha mempunyai salah kepada Satya atau tidak. Tapi baginya selama ini, Gisha benar-benar tidak mempunyai masalah pribadi dengan Satya. Nakula yang mengerti dengan situasinya. Berdehem pelan, dan tangan kanan lelaki itu menepuk pundaknya pelan. Sedangkan Satya, memutar bola matanya jengah dan melempar putung rokok kesembarang arah. "Kalau Joe sampek kenapa-kenapa, lo abis sama gue," ucap Satya, lantas bangkit meninggalkan Nakula dan Gisha. Nakula menghela nafas, ia tahu bahwa Satya khawatir dengan gadis itu. Bagaimana pun Satya sadar diri dengan keadaannya saat ini. Ia bukan siapa-siapa di antara Justin dan Gisha. Maka dari itu Satya tidak bisa bersikap lebih. "Gak usah lo masukin ke hati," jelas Nakula saat Satya sudah tidak di antara mereka berdua lagi. Gisha diam, sebenarnya sejak dulu Gisha hanya menebak saja bahwa Satya menyukai Joe, tetapi karena Gisha pernah Menyinggung hal ini kepada Joe. Joe hanya tertawa mendengarnya. Karena katanya Satya memang seperti itu, tidak kepada Joe saja, bahkan kesemua teman-temannya. Satya kalau sudah khawatir selalu berlebihan. Itu yang Gisha tahu dari Joe. Tapi oh ayolah!! Gisha cowok begitupun Satya, ia tahu jelas bagaimana seorang cowok menyukai seseorang. "Satya suka kan sama Joe?" Tanya Gisha. Nakula diam, cowok itu enggan menjawab karena itu sudah bukan wilayahnya, bagaimanapun Nakula tidak ada hak untuk menjawab, walaupun Nakula tahu jawabannya. "Kayaknya gak seharusnya gue jawab hal pribadi temen gue ke orang lain," Gisha terkekeh, menggeleng tidak percaya, lucu memang. Tapi entah mengapa firasat Gisha menyatakan bahwa Satya benar-benar menyukai Joe. "Besok Joe perform, menurut lo di batalin aja apa gimana?" Ah iya! Gisha lupa bahwa besok OPEN HOUSE sudah mulai, dan sekolah lain pun bisa leluasa masuk untuk menikmati acara yang dibuat sekolah. Tapi acara ini berbeda dengan tahun sebelumnya, karena sekarang semua orang sedang di hebohkan dengan beredarnya foto Joe bersama Justin ditambah data-data pribadi Joe, sehingga membuat semua orang menilai Joe adalah anak gagal atau anak rusak. Gisha menghela nafas, bingung harus mengambil sikap, karena jika Joe tetap tampil, pasti akan kejadian yang mungkin memalukan dan itu bisa membuat Joe sakit hati. Tapi kalau tidak, sebenarnya waktu seperti ini ada keuntungannya, karena Joe bisa membuat klarifikasi dan menunjukan bahwa Joe tidak sepenuhnya anak rusak seperti rumor-rumor itu. "Mungkin emang terlalu beresiko, tapi hal begini kan bisa ngebuktiin kalau Joe gak seperti yang orang pikir kan?" Jelas Gisha. Nakula yang mendengar itu, tersenyum seraya menepuk pundak Gisha berkali-kali. "Oke juga ide lo," Gisha terkekeh, lalu menggeleng pelan. "Gish," panggil Nakula. Gisha menoleh, melihat kearah Nakula yang sudah memasang ekspresi serius sekaligus cemas. "Sebenernya gue gak mau bilang ini, tapi karena gue gak tahan lihat Joe hidupnya gini terus, gue pengen lo take care her self, karena gimanapun cuma lo dan Justin yang mungkin bisa bikin dia bangkit lagi. You know? She deserves to be happy," Ucap Satya Tiba-tiba dengan raut wajah serius. Cukup sudah, kalimat yang barubsaja di lontarkan oleh Satya sudah menunjukan bahwa dirinya benar-benar menyukai gadis itu, ah tidak! Lebih tepatnya sangat mencintai Joe. Dan Gisha memaklumi hal itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN