Lose her V‼️‼️

1823 Kata
Hujan mengguyur jalanan. Joe bangkit dari duduknya mendekat pada jendela besar yang membatasi apartemennya dan dunia luar. "Hujan," cetus Joe, lalu tersenyum hangat kepada Justin yang sedang melihatnya, pandangan gadis itu kembali menatap hujan deras dengan kedua tangan yang masih memegang s**u strawberry yang di berikan oleh Justin. "Terkadang gue bingung, kenapa gue bisa sesuka itu sama hujan, kamu suka hujan?" Tanya Joe kepada Justin, lelaki itu bangkit berjalan untuk mendekat ke arah Joe, sehingga jarak mereka saat ini hanya satu langkah saja. "Enggak," "Kenapa?" Tanya Joe heran. "Hujan hanya untuk orang-orang yang hobi menyembunyikan kesedihan mereka, dan aku gak suka itu," jelas Justin sebari menatap wajah Joe dari samping. Joe menoleh membalas tatapan lelaki itu. Sejak ciuman tiba-tiba yang di lakukan Justin kemarin, membuat mereka sedari tadi saling diam dengan waktu yang lumayan lama, bersyukur hujan turun. Sehingga Joe bisa memecahkan ke heningan yang membuat kecanggungan di antara mereka berdua. Justin tertawa kecil, lalu menggeleng pelan. Joe mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa sih?” "Aku cuma heran, kenapa aku bisa sayang sama bocah macem kamu ya?" Jelas Justin sebari tertawa. Benar kok kali ini Justin tidak bohong, sebagaimana dirinya selalu berdebat dengan diri sendiri membuat ia yakin bahwa laki-laki itu sangat menyayangi Joe, karena apa yang ia rasakan sekarang. Sebelumnya belum pernah Justin rasakan sebagaimana dulu dirinya menyukai Anna. Kedua mata Joe melebar, tidak terima dengan sikap Justin yang sudah mulai kumat kembali bahkan ucapan yang selalu ia lontarkan secara asal, ya tuhan! Baru saja kemari doi bikin Joe jantungan, sekarang udah bikin naik darah aja. "Ya terus? Aku kan gak minta kamu buat suka sama aku, apalagi sayang. Seumur-umur gak pernah tuh aku mohon-mohon ke cowok, yang ada malah ke balikannya," Jelas Joe bangga. Iya itu benar, selama dirinya hidup, Joe tidak pernah memohon sesuatu kepada seseorang terutama pada laki-laki. Please! Bagi dirinya harga diri tuh nomer satu. Mendengar tuturan Joe entah kenapa Justin tersenyum, lelaki itu melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah gadis itu sehingga tidak ada jarak yang tersisa di antara mereka berdua. Saat Joe akan melangkah mundur, dengan sigap Justin menahan tubuh mungilnya sehingga tubuh mereka saling menempel yang hanya di batasi pakaian yang mereka gunakan masing-masing. Joe panik, namun gadis itu masih bisa mengontrol ekpresi paniknya. Lagi? Hobi banget sih ni orang bikin olahraga jantung. "Belum pernah mohon-mohon ke cowok ya?," Suara serak Justin terdengar. jelas di telinganya dan Joe yang mendengar itu sedikit bergidik geli. Tangan kiri Justin mengambil s**u kotak strawberry yang berisi setengah itu dari tangan Joe, lalu menaruhnya di atas meja. Kemudian tangannya menyentuh lembut paha Joe, sehingga Joe memejamkan kedua matanya. "J.. Just mau ngapain?," Tanya Joe saat jari Justin bermain-main pada di atas kulit lembutnya. Justin tidak menjawab, yang ada laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke pada Joe, sehingga deru nafas mereka saling beradu. "Just-" “Aku boleh gak sih bersikap egois?” Kali Ini Justin bertanya. Namun posisi mereka masih sama dan tidak berubah sama sekali. “Egois dalam rangka apa?” Suara Joe bergetar, gadis itu benar-benar di landa kegugupan yang luar biasa karena posisi yang sangat dekat sekaligus intens seperti ini. Percayalah ini kali pertama Joe sedekat ini dengan laki-laki. “Egois karena aku pengen banget kamu,” Jawabnya sebari mengecup sekilas bibir milik Joe. “Bukannya aku udah punya kamu ya?” Justin terkekeh pelan mendengar perkataan Joe yang kelewat polos itu lantas jari-jarinya yang tadi membelai lembut di pangkal pahanya sekarang beralih ke wajah gadis itu. “Kamu polos banget ya Joe, bikin aku pengen nerkam kamu,” Justin menatap ke arah bola mata Joe dengan tatapan yang tidak bisa gadis itu pahami. Akan tetapi entah kenapa jauh dari lubuK hatinya Joe paham dengan maksud dari laki-laki yang berada di hadapannya. Gadis itu tau, mungkin hal ini adalah kesalahan fatal yang Joe lakukan dengan Justin sekarang. Karena gimana pun hubungan badan di luar pernikahan bukan lah hal yang baik. Tapi apa boleh buat? Justin calon suaminya, tidak masalah bukan jika harus melakukan hal semacam ini? Lagi pula bila terjadi sesuatu Justin akan bertanggung jawab. Laki-laki itu mencium benda kenyal berwarna merah muda di wajah Joe, tetapi ciuman ini berbeda dari sebelumnya, ini adalah ciuman panas yang mampu membuat Joe terbius akan yang Justin lakukan kepadanya. Persetan dengan harga diri yang selalu Joe junjung tinggi sejak dulu, gadis itu sudah terbuai dengan rayuan maut Justin. Tidak peduli bagaimana ke depannya nanti, yang jelas ia ingin menikmati surga duniawi yang akan di berikan oleh laki-laki itu. ••••••••••••••••••••• Hari ini pun tiba, hari yang saat ini Joe hindari. Mental gadis itu tidak setebal yang orang lain pikir, maka dari itu Joe masih berdiam diri di dalam mobil sebari melihat orang yang berdatangan ke sekolahnya. Sejak tadi banyak notif yang masuk, membuat gadis itu berdecak pelan dan membuka room chat yang isinya bisa kalian tebak siapa. Geng kurbel (5) Niru bct : JOEEE!!! LO DIMANA??? GUE SAMA YANG LAIN UDH DI SEKOLAH LO BEGO! Vira mak lampir : bisa gak lo gak lari dari kita-kita? Kita semua butuh penjelasan dari lo. Abyyy alim : Vira kumat deh, udah jangan terlalu nuntut gitu, mungkin Joe butuh waktu. Farsya : Joe, kita semua gak bakalaj ngejudge kamu sembarangan kok, kita semua bida omongin ini baik-baik kan? Apa emang kamu lagi on the way? Kita tunggu di kantin ya. Membaca itu Joe menghela nafas, dia tahu bahwa selama ini Joe salah merahasiakan hal ini ke sahabat-sahabatnya, namun bukan itu maksud Joe, seperti yang Joe bilang kan? Dia tidak ingin di anggap lemah oleh orang lain. Jovanka L : tunggu, bentar lagi gue nyampek. Joe pun membalas room chat tersebut, lantas menoleh ke arah Justin yang sedari tadi sudah menatapnya. Sejak malam itu, Joe merasa Justin lebih cenderung berbeda dari sebelumnya, ah tidak! Justin masih tetap sama seperti yang dia kenal. Senyum-senyum tidak jelas tanpa ada yang menarik. Kalau kalian bertanya-tanya apakah Joe sudah merelakan mahkota gadis itu kepada Justin, yang jelas jawabannya sudah Joe benar-benar memberikan seluruh hidupnya kepada calon suaminya tanpa ragu dan tanpa ada penyesalan sedikit pun. Karena baginya Justin adalah pasangan hidupnya sampai ia tua nanti. "Gila ya lo?" Tanya Joe melihat Justin yang sudah menatapnya dengan senyuman. Justin menghela nafas kesal, "Kamu bisa gak sih so sweet dikit gitu? Ngomong aku kamu kek, apa kek, hobi banget ceplas-ceplos lo - gue gini. Masa iya nanti pas udah nikah ngomong nya tetep begini." Mendengar itu, wajah Joe bersemu, dasar Justin, kenapa sih hobi banget bikin orang baper gak jelas. "Dah lah, aku mau masuk, hari ini aku juga mau tampil," Joe mengambil tasnya dan sedikit membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan. "Bentar, maksudnya tampil? Ada acara apaan?" Tanya Justin heran. Joe memberhentikan gerakannya, lantas menepuk jidatnya pelan, lupa memberitahukan kepada Justin bahwa sekolahnya mengadakan OPEN HOUSE setiap setahun sekali. "Duh gimana ya buat jelasinnya, susah banget. Bentuknya kek pensi gitu tapi bukan pensi. Apa ya.. ck! Ah kalo kamu pengen tau masuk aja aku gak bisa jelasin," ucap Joe panjang lebar, kemudian Justin mengetuk jidat Joe dengan kedua jarinya, gadis itu meringis, melayangkan sumpah serapah kepada Justin. "Kasar mulu jadi cewek, aku jamah di sini kicep yang ada," canda Justin, mata Joe melebar dan menggeleng cepat sehingga membuat Justin tertawa gemas. "Yaudah Aku ikut masuk kalo gitu," sambung nya, Joe mengangguk berniat membuka pintu mobil, namun sebelum itu Joe langsung terkejut dengan ucapan Justin barusan. "Bentar, maksud kamu apaan nih?" Tanya Joe yang otaknya baru konek. Justin berdecak pelan, lantas membuka kancing kemejanya dan akhirnya ia lepaskan di hadapan Joe tanpa memperdulikan gadis itu. "Heh om m***m ngapain sih!" Justin melirik Joe sekilas, menggeleng kesal karena gadisnya itu sedikit berisik dan mengganggu pendengaran nya, padahal jelas-jelas tadi malam Joe melihat seuruh tubuh laki-laki itu. Justin mengambil hoddie berwarna putih di belakang tempat duduk mobil, setelah itu ia kenakan. "Bisa gak sekali kalau ngomong jangan pake urat? Udah tau ganti baju masih aja kamu tanya ngapain, bego kamu bener-bener udah akut ya Love," Sindir Justin. Joe memukul kepala Justin pelan, "Enak aja kalau ngomong," "Lah orang bener," Kekeh Justin tidak peduli. "Terus lo ngapain ganti baju? Bukannya praktek," Kali ini Joe bertanya kepada Justin yang sedang berkaca di spion dalam mobil Justin yang baru saja menbenarkan rambutnya langsung menatap ke arah Joe "Males, mending lihat lo tampil, kali aja lo tampil sexy dance, itu kan hal yang gak bisa gue lewatin," goda Justin sambil menaikan kedua alis matanya naik turun. "Sexy Dance ndasmu, orang cuma nyanyi doang. Awalnya sih grup vocal, tapi kata Gisha sol..eh!" Justin memicingkan kedua matanya menyelidik, membuat Joe salah tingkah karena gadis itu keceplosan menyebutkan nama itu di hadapan Justin. Mampus sudah, bisa-bisa perang dunia ketiga makin cepet aja nih. "A..anuu.. maksud aku, Gilang gak mau tampil mangkanya nyuruh aku nyanyi sendiri, gitu," jelas Joe yang masih berusaha bersikap normal. Oke maafkan gue kali ini ya Lang. Justin diam, lelaki itu masih berfikir dan berusaha menyelidik, melihat Justin yang seperti itu membuat Joe langsung bertindak tanpa fikir panjang. Iya, Joe mencium sekilas bibir Justin, dan Justin sedikit terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Joe. Baguslah jantung Justin saat ini benar-benar berdisko ria. Memang, tadi subuh saat Joe ingin minum, dan kebetulan Justin masih tertidur pulas di sebelahnya, gadis itu langsung membuka ponsel dan membaca beberapa notif yang belum ia buka sedari tadi. Dan saat pesan Gisha yang menanyakan keadaannya sekaligus memberitahu bahwa hari ini Joe lebih baik tampil sendiri karena alasannya. Ya untuk membuktikan bahwa sebenarnya Joe tidak seperti yang orang-orang pikir. Justin berdehem pelan, menyisir rambut dengan jari, dan tersenyum tipis kepada Joe. Tunggu, apakah Justin sedang salah tingkah? Joe terkekeh, berhasil. Setidaknya itu sangat berpengaruh sekali terhadap Justin. Namun kemudian, Joe sadar bahwa ia akan melewati sesuatu yang mungkin memberatkan hati dan mentalnya kembali. Sebenarnya Joe tidak pernah bersikap seperti ini, tetapi karena kemarin, entahlah jiwa insecure gadis itu berasa tergejolak seketika. "Just," panggil Joe, Justin menoleh, saat ini mereka saling tatap, sedangkan Joe memasang wajah cemas dan khawatir. Joe tidak nyaman dengan keadaan yang ia alami saat ini. "Kalau Aku jalan sama Kamu terang-terangan begini, di tambah di luar rame banget," Joe mengalihkan pandangannya, dan menatap keluar jendela yang sudah cukup ramai itu. "Apa ga apa- apa? Aku.... gak bisa," Justin menghela nafas, tangannya membelai rambut coklat Joe lalu turun ke pipi gadis itu. "Selama ada aku, gak usah takut. Tunjukin ke mereka kalau Joe yang nyablak sekaligus gak tau malu itu kuat. Dan buktiin ke mereka, kalau masalah beginian gak ngaruh sama sekali di diri kamu, show them who's the real Joe," jelas Justin mantap. dan itu mampu membuat Joe tersenyum lebar ke arah Justin lantas memeluk tubuh laki-laki itu erat. Apa yang Joe rasakan kepadanya benar-benar nyata, ia benar-benar menyayangi Justin sekarang, tanpa terkecuali. “Makasih ya,” Ucap Joe. “Anytime Love,” Jawab Justin seraya mencium pucuk kepala gadis itu •••••••••••••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN