Part 13 - Seperti Bukan Alana

1632 Kata
Part 13 - Seperti Bukan Alana Ada yang aneh dengan istrinya. Berdasarkan informasi akurat yang diberikan Rayner padanya, seharusnya Alana bukanlah wanita yang gemar memasak. Ia ingat betul bagaimana sikap Alana bahkan ketika sedang menyiapkan kopi untuknya saat malam pertemuan mereka dulu. Alana sangat tidak kompeten. Dia gadis ceroboh apalagi dalam kegiatan memasak yang Justin ketahui sangat dibencinya. Selain itu, sikap Alana dalam bekerja begitu luwes dan cekatan meskipun dia termasuk kriteria gadis manja dan menyebalkan. Tapi Alana memiliki prinsip, itulah yang Justin ketahui saat pertama kali mereka mengobrol sebelum akhirnya obrolan mereka berlanjut ke kesepakatan bisnis. Aroma roti panggang dan telur mentega menguar di sekelilingnya. Membuat penghuni dalam perut Justin berdemo minta dikasih asupan gizi. “Apa kau yang membuatkan sarapan?” tanya Justin dengan nada dingin. “Kemana Reinata?” Reinata adalah perempuan muda yang Justin pekerjaan untuk membuatkannya sarapan. Dulunya Reinata adalah simpanannya, sebelum akhirnya Justin menghukumnya karena telah berbohong mengenai statusnya. Alis Selena mengerut bingung karena ia bahkan tidak menemukan seorang gadis bekerja di dapur besar itu pagi ini. “Aku tidak melihatnya?” “Sudahlah, kau tidak usah pikirkan!” Justin mengacuhkan ucapannya sendiri. Selena menyiapkan roti panggang dan telur serta meneteskan madu di atas piring lelaki yang telah menjadi suami pura-puranya itu. “Makanlah. Aku sudah menyiapkannya untukmu,” ucap Selena berusaha ceria walau semalaman ia menangis menyesali kebohongannya. Justin mengambil sendok yang tersusun rapi di sebelah kanan dan kiri piringnya. Dengan lihat lelaki itu memotong roti dan telur. Bukannya menyantapnya, lelaki itu justru menyodorkannya pada Selena yang termangu melihatnya hendak menyuapinya. Wajah Selena seketika memerah melihat sikap romantis Justin terhadapnya. Namun Selena salah menduga, karena ucapan Justin berikutnya membuatnya jatuh terperosok seketika. “Makanlah duluan! Biar kupastikan kau tidak menaruh racun di makananku!” Astaga, mengapa Justin begitu defensif terhadapnya. Ia memang jahat karena telah menipunya, tapi bukan berarti ia rela menaruh racun di makanan Justin. Ia bukan wanita psikopat yang kejam membunuh korbannya. Selena mendesis mengetahui sikap dingin Justin terhadapnya. Akhirnya ia terpaksa memakan roti dan telur buatannya yang disodorkan Justin. “Kau lihat? Aku masih hidup dan bernapas,” Selena sengaja menggoda Justin dengan mengembuskan napas ke telinganya yang sensitif. Justin melempar peralatan makannya hingga membuat benda itu berdenting akibat gesekan antar kaca dan besi. Ia marah karena embusan napas itu membuat inti tubuhnya menegang. Penyebabnya lagi-lagi perempuan asing ini. Harusnya Alana tidak memberikan efek apapun terhadap tubuhnya. Nyatanya tubuhnya sendiri mengkhianatinya. Justin mau tak mau harus menerima kekalahannya. “Jangan pernah melakukan itu lagi, Alana! Kau mengerti?” Suara bentakkan Justin terdengar keras. Namun anehnya Selena sama sekali tidak merasa takut. Ia justru merasa Justin hanya mencoba menggertaknya, walau bukan itu maksud lelaki itu terhadapnya. “Maaf Justin, jika aku menyinggungmu.” Suara Selena terdengar sendu sekaligus merasa bersalah. Anehnya lagi, Justin merasa marah karena ia menyesal telah membuat gadis itu kecewa. Sial! Justin memekik dalam hati. Ia pun berbalik pergi dengan kursi rodanya. Menenangkan emosinya yang tak stabil di awal pagi. *** Di kantor, Justin yang hanya bisa mendengar merasa aneh dengan cara Alana mempresentasikan rencana kerja mereka kepada para investor. Alana bersikap seolah-olah ia paham betul apa yang sedang perusahaan jalankan. Dengan luwesnya, Alana meyakinkan para investor agar mempercayakan uang mereka pada Navy Coorporation. Lagi-lagi, Justin dibuat terkejut dengan laporan Rayner sore itu yang menyatakan nyaris semua investor tertarik menanamkan investasi mereka pada Justin melalui induk usaha Navy Corps. “Apa kau yakin?” Justin masih belum bisa mempercayainya. Namun ucapan Rayner yang lugas mengatakan sebaliknya. “Nona Alana pandai melobi mereka, Tuan. Ia mendekati para investor satu per satu dengan caranya yang aneh.” Alis Justin yang hitam pekat mengerut keheranan. Tak mengerti maksud ucapan asistennya itu. “Cara yang aneh apa maksudmu?” “Dia memberikan demo singkat cara kerja Navy Corps sehingga para investor yakin dengan perusahaan kita. Mereka langsung menyuruh pengacara mereka membuatkan perjanjian kerjasama dengan perusahaan kita.“ Tubuh Justin seketika menegang mendengar sikap yang ditunjukkan Alana sama sekali tidak terlihat seperti Alana si gadis manja yang cuma tahu berpesta. “Apa kau yakin dia istriku?” Justin mulai meragukan istrinya sendiri. “Yakin, Tuan. Aku sudah memastikannya sendiri,” jawab Rayner tanpa keraguan sedikit pun. Tapi, Rayner sudah mengonfirmasi identitasnya. Gadis itu memang Alana. Hanya saja firasatnya mengatakan hal yang sebaliknya. Alana bukanlah Alana. Lalu siapa? Untuk saat ini Justin belum menemukan jawabannya. Mungkin suatu saat nanti, Justin akan membuktikan bahwa firasatnya tidak pernah salah. *** Kesuksesan Alana palsu terdengar sampai ke telinga Daniel yang terkejut melihat kemampuan gadis boneka itu dalam merayu para investor. Nyaris semua investor yang hadir di rapat tersebut, rela menginvestasikan uang bernilai fantastis di perusahaan yang Justin bangun. Sedangkan ia terseok-seok, mencari investor lain yang akan membantunya lepas dari jerat utang perusahaan yang semakin membengkak. Sore itu Daniel sengaja mengunjungi kantor Navy Corps untuk menemui Selena. Semenjak menikah Justin membawa gadis itu ke mansion pribadinya yang tidak pernah Daniel jejaki. Jadilah ia di sini, di salah satu basement tempat Selena memarkirkan mobil Alana. Melihat mobil yang dikenalnya dan plat yang spesia khas Alana, Daniel yakin gadis itu akan segera muncul di sana. Untuk ukuran gadis yang memiliki uang miliaran dan fasilitas fantastis, Selena termasuk gadis hemat. Daniel bahkan mengecek, saldo di Black card yang diberikan Alana khusus untuknya, masih utuh. Menandakan bahwa Selena sama sekali belum menggunakannya. Daniel melihat gadis itu berjalan di kejauhan menuju mobil mewahnya. Ia menekan klakson mobil, mengejutkan Selena. “Astaga, kau membuatku kaget!” Selena benar-benar kaget melihat kemunculan Daniel yang tiba-tiba. “Masuklah!” Daniel sengaja membukakan pintu untuk gadis itu. Awalnya Selena ragu, namun ia terpaksa mengikuti perintah lelaki itu. Daniel tersenyum puas melihat Selena sudah duduk di kursi penumpang mobilnya. “Jangan terlalu jauh. Aku tidak mau Justin mencurigaiku.” Daniel terkekeh melihat sifat Selena yang sekarang sudah nyaris terlihat mirip seperti Alana ketika sedang berbicara dengannya. “Kau mengerti?” Kepercayaan diri Selena yang telah lahir membuat Daniel hampir tidak mempercayai kalau gadis ini bukanlah Alana yang ia kenal. Melainkan orang lain. Tapi Daniel merasa ia seperti sedang bersama Alana. “Kita mau kemana?” Selena bertanya lagi karena Daniel tidak memberinya petunjuk ke mana mereka akan pergi. “Santai saja, Selena. Aku tidak akan menculikmu. Aku hanya ingin mengajakmu makan malam. Kuharap kau tidak keberatan. Iya ‘kan?” “Di restoran cepat saji saja. Aku tidak mau berlama-lama.” “Wow, tidak usah terburu-buru begitu Selena. Toh Justin bisa menunggu. Tapi tidak denganku!” Ada sedikit nada ancaman tersirat dari ucapannya barusan. Selena yang hendak mencari cara melepaskan diri dari lelaki itu, hanya bisa pasrah tatkala lelaki itu membawanya ke sebuah restoran mewah nan elegan yang hanya dapat dikunjungi oleh para kalangan bangsawan, pejabat elit, dan pengusaha kaya raya, serta miliuner. Meski berasal dari kalangan rendah, Selena tahu tempat makan istimewa ini. Ia tak pernah mengira akan menginjakkan kaki di restoran yang menjadi tempat favorit para orang kaya. “Dan,” Selena berusaha memanggilnya. Sayangnya lelaki itu terus berjalan mengabaikan ketidak nyamankan Selena saat memasuki restoran mewah tersebut. Setelah disambut ramah oleh seorang resepsionis, salah seorang pelayan segera muncul. Membawa mereka melewati lorong luas dan terhenti di sebuah ruangan VVIP bertuliskan nama Edyson di depannya. “Silakan Sir.” Dengan sopan pelayan tersebut memberi isyarat melalui tangannya. “Duduklah!” Daniel menepuk kursi yang ada di sebelahnya. Selena mengikuti perintahnya tanpa banyak protes. “Kau mau memesan sesuatu?” “Air putih saja!” Sahut Selena tak mau pusing memikirkan pesanan yang tak ia ketahui apa itu namanya. Bahkan membacanya saja sudah membuat kepalanya sakit. “Baiklah.” Daniel kemudian memesankan beberapa hidangan kepada pelayan dan tentu saja segelas air putih sesuai pesanan Selena. Tumben sekali sikap lelaki itu begitu lembut akhir-akhir ini. Membuat Selena harus waspada terhadapnya. “Ada apa?” Malas berbicara basa-basi, Selena langsung ke pembahasan yang akan Daniel bahas bersamanya. “Tidak ada! Aku hanya ingin makan berdua denganmu saja.” ‘Aneh,’ sahut Selena dalam hati. Sejak kapan lelaki ini tertarik ingin makan berdua dengannya? Selena bersikap waspada dan menatap lelaki itu penuh curiga. “Jangan menatapku begitu, Selena,” tutur Daniel merasa risih melihat tatapan curiga gadis itu. “Tenang saja. Kita hanya makan malam.” Selena menurunkan kewaspadaannya. Merasa tenang setelah Daniel menjamin bahwa tidak ada yang patut diwaspadai darinya. Hidangan akhirnya muncul. Para pelayan dengan sigap menatap semua pesanan yang Daniel pesan. “Makanlah! Aku memesan semua makanan ini untukmu!” Selena terkesiap melihat beragam jenis makanan yang tersaji di hadapannya. Ia melirik curiga pada Daniel yang terus memaksanya menyantap semua hidangan yang dipesannya. “Ayo,” Ia teringat pada racun yang Justin curigai pagi ini. Mungkinkah Daniel juga memberinya hal yang sama? Tapi tidak mungkin! Jika ia mati, Alana akan menderita. Selena yakin Daniel pasti telah memikirkannya. Tapi apa maksud Daniel mengajaknya makan malam berdua? Daniel bukan tipikal lelaki yang ramah. Mereka juga tidak saling akrab. Tapi mengapa? “A-apa maksud semua ini?” tanya Selena gugup. Ia menelan salinannya kasar. Daniel memperhatikan leher gadis itu saat ia menelan salivanya. Tertarik untuk menyentuh kulitnya yang pucat. Mencium aroma tubuh Selena yang persis seperti aroma parfum Alana. Hasratnya memuncak. Sial! Daniel memaki dirinya sendiri karena terbawa suasana yang membuat akal sehatnya lenyap. Misinya kali ini adalah meyakinkan Selena untuk ikut bekerjasama dengan perusahaannya. Ia semakin serakah karena menginginkan gadis itu untuk dirinya. “Selena, bekerjalah untuk perusahaanku dan tarik semua investor itu ikut bersamamu.” “A-apa maksudmu?” tanya Selena tak mengerti. “Lepaskan topeng ini dan jadilah dirimu sendiri. Aku akan siap menerimaku bekerja sebagai tangan kananku.” Daniel perlahan mendekat tanpa peringatan. Selena terdiam sambil menenangkan detak jantungnya yang berdegup tak terkendali. Ia menahan napas sejenak begitu lelaki itu berjarak beberapa senti darinya. Ia bahkan bisa mencium aroma mint dari nafasnya. Tak berani melihat apa yang akan terjadi padanya selanjutnya. Ia hanya bisa memejamkan mata. Pasrah. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN