Part 1 - Sepuluh Juta
1. Sepuluh Juta
“Aku akan membayarmu sepuluh juta per bulan. Kuharap kau bisa menggantikanku mengurus tunanganku.”
Ucapan tersebut terdengar dingin dan tanpa emosi. Diucapkan oleh seorang perempuan cantik yang tak lain adalah bosnya sendiri.
Ekspresinya datar. Tak terlihat keraguan terpancar dari netra coklat bening miliknya.
“A-apa maksud Ibu?” Ia tergeragap. Perasaan bingung hinggap di dirinya.
Selena tak paham, mengapa tiba-tiba bos besarnya itu memanggilnya dari lantai dasar menuju ruangan VIP yang hanya boleh didatangi oleh para petinggi perusahaan tempatnya bekerja.
Sebagai seorang pegawai kasta rendah, ia tak mengira akan berurusan dengan salah satu petinggi Navy Corps.
Sebuah perusahaan ternama di negara adidaya ini. Siapa yang tidak mengenal Justin, sang CEO sekaligus pemilik beberapa perusahaan raksasa termasuk Navy Corps ini.
Perempuan yang sedang berbicara dengan Selena adalah tunangannya. Meski begitu mengapa ia meminta Selena sesuatu yang tidak masuk akal menurutnya.
Melihat perempuan rendah ini meragu, Alana menaikkan tawarannya dua kali lipat.
“Apa sepuluh juta terlalu kecil buatmu?” Alisnya mengernyit. Heran karena perempuan di depannya tak semudah yang ia duga.
Selena masih tercekat. Ia dihantui perasaan bingung yang terus berkecamuk dalam d**a. ‘Ada apa sebenarnya?’ Ia membatin, namun tak berani menyuarakan isi hatinya.
“Gimana kalau dua puluh juta plus apartemen dan supir antar jemput. Kau bersedia?”
Mendengar penawaran yang luar biasa hebat itu, Selena terperangah. Takut jika perempuan di hadapannya ini berusaha menjebak dirinya.
“Ng ... anu ... “ Selena bergetar takut.
“Pokoknya kau mau terima pekerjaan ini atau tidak?” bentak Alana semakin tak sabar. Ia mulai gelisah. Jika perempuan kasta rendah ini menolak tawarannya, ia tak punya pilihan lain.
Sejujurnya ia tak suka dengan Justin, lelaki buta dan lumpuh yang akan menikah dengannya.
Dulu Alana begitu memujanya. Justin pria bermata perak yang luar biasa tampan. Hingga kecelakaan itu mengambil seluruh kemampuannya.
Justin lumpuh. Dokter mengatakan ia selamanya akan memakai kursi roda. Alana tak mempermasalahkan itu, tapi buta ...
Ia tak terima jika Justin mengalami kebutaan karena serpihan kaca mobil merobek kedua iris matanya. Menyebabkan Justin kesulitan melihat.
Bayangan menikah dengan lelaki buta dan lumpuh membuat hidup Alana seketika hancur.
Untung saja Daniel menyelamatkan dirinya dengan memberinya ide tersebut. Ia bisa membayar seseorang untuk menyamar menjadi dirinya.
Sehingga ia tetap resmi menikahi Justin dan berpura-pura peduli pada lelaki itu, kemudian ia bisa tetap memakai semua harta Justin.
Alana pun mengikuti saran Daniel—sahabat terbaiknya sekaligus sepupu Justin yang menjadi saingan terbesarnya selama ini.
Harapan Alana hanya ada pada perempuan lugu ini.
Selena menelan salivanya, gugup. Jika benar apa yang dikatakan perempuan itu dia akan digaji dua puluh juta per bulan hanya untuk mengurus tunangan bosnya.
Artinya gaji dia sebulan delapan kali lipat dari gajinya sebagai cleaning service gedung. Itu pun belum dipotong cicilan pinjaman yang ia pakai untuk mengurus ibunya yang sakit.
“Ja-jadi, apa pekerjaanku, Bu?” Tak punya pilihan lain, Selena terpaksa menerima tawaran tersebut.
“Menyamar menjadi diriku dan mengurus tunanganku. Mudah sekali bukan?” Alana mengatakannya dengan lugas, seolah tak itu bukan masalah baginya.
“A-apa?!? Menyamar?” Selena membelalakkan matanya, tak percaya. “Ibu pasti bercanda!” sergahnya, tak yakin. “Bagaimana bisa saya menyamar jadi Ibu? Lihat saja penampilan saya? Tunangan Ibu pasti curiga,” ucapnya tak percaya diri.
Dilihat dari sudut mana pun, penampilan Selena dan Alana bagaimana langit dan bumi. Meski sekilas wajah mereka hampir serupa, tapi tidak dengan gaya berpakaian mereka.
Selena selalu mengenakan pakaian sederhana yang sopan. Sedangkan Alana suka dengan pakaian yang terbuka dan modis.
Alana mendesah menghadapi gadis lugu yang duduk di hadapannya. Kalau bukan karena ide gila Daniel, Alana takkan melakukannya. Tapi ia tak bisa melepaskan Justin begitu saya. Pria itu sangat berharga, kecuali keterbatasannya saat ini.
Kecelakaan itu telah merebut cahaya dari matanya. Alana menyesal karena telah menyebabkan kebutaan pada Justin meski bukan itu maksudnya. Sekarang? Pria itu terpuruk dalam kegelapan abadi.
Alana mencintai Justin. Tapi ia tak bisa hidup dalam kegelapan bersama Justin. Karena itulah, ini adalah satu-satunya cara untuknya tetap bersama Justin, sekaligus menjalani hidup sesuai keinginannya.
Dan saat ini hanya sosok gadis lugu yang duduk gugup di hadapannya ini adalah jalan keluar terbaik untuknya. Alana tak punya pilihan lain selain memaksa perempuan ini menerima tawarannya. Bagaimana pun caranya.
“Aku akan mengubah penampilanmu menjadi terlihat seperti diriku. Sedikit banyak kau harus menghapal tanggal-tanggal penting selama kau menyamar menjadi aku. Pokoknya kau harus totalitas mengubah dirimu. Aku akan mengajarimu. Gimana? Apa kau tertarik?”
“Tapi, Bu ... ?”
“Untuk sementara kau akan tinggal di apartemenku sebelum kau kupindahkan ke apartemen lain. Jadi orang-orang nggak akan mencurigai kita. Selama itu pula aku akan pergi ke luar negeri. Kau paham?”
“Kalau begitu sampai kapan aku harus menyamar menjadi Ibu?”
“Sampai waktu yang belum ditentukan. Hingga aku memutuskan kembali padanya. Kau mengerti?”
Selena tercekat sambil menelan salivanya berkali-kali, menghilangkan kegugupannya. Menurutnya ini merupakan ide gila!
Menyamar menjadi bosnya dan berpura-pura menjadi tunangan perempuan itu merupakan ide gila. Tapi Selena tidak punya pilihan kecuali menerima ide gila bosnya yang berwajah nyaris serupa dengannya.
Tapi kehidupan mereka jauh berbeda. Alana dilahirkan dalam keluarga yang sejahtera dan kaya raya. Ia merupakan gadis manja, putri Tuan Aldrich yang kaya raya. Sedangkan dirinya hanya seorang putri dari keluarga miskin.
Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun lalu akibat kecelakaan. Sedangkan ibunya tengah sekarat karena penyakit kanker yang dideritanya.
Selena bekerja dua kali lipat lebih keras dari orang lain. Selain karena biaya pengobatan kanker yang tidak murah, ia juga harus membayar cicilan utang yang ditinggalkan ayahnya sebelum beliau pergi.
Rumah satu-satunya yang ia tempati adalah warisan dari ayahnya. Berada di pinggiran kali yang kotor dan penuh sampah. Selena bahkan tidak mampu membayar biaya sewa listrik, sehingga ia terpaksa menumpang listrik dari tetangganya yang baik hati.
Ia hanya perlu membayar biaya semampunya. Meski begitu ia tetap harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
“Jangan kelamaan berpikir! Aku butuh jawabanmu sekarang juga! Ya atau tidak?” bentak Alana tak sabar melihat kegalauan gadis yang entah mengapa bisa berwajah begitu mirip dengannya.
Ia pun pernah curiga apakah ia memiliki saudara kembar? Tapi menurut papa dan mamanya, mereka tidak pernah memiliki saudara kembar, tapi mengapa wajah gadis ini begitu mirip dirinya? Aneh sekali! Ia menertawai fisik perempuan lusuh yang duduk di hadapannya dengan sikap gugup.
“I-iya, Bu. Saya bersedia,” jawab Selena terbata-bata.
“Bagus. Mulai besok kau harus siapkan pakaianmu. Eh, nggak usah! Kau buang semua pakaianmu dan tinggal di apartemenku. Kita akan mulai belajar menjadi diriku. Kau mengerti?”
“I-iya, Bu!”
“Hentikan cara bicaramu yang gagap itu mulai sekarang! Kau harus percaya diri sepertiku dan menjadi aku apa adanya. Kau paham?”
“Paham, Bu!” jawab Selena dengan nada lantang.
“Tenanglah Selena. Jika kau berhasil kali ini, aku akan memberimu bonus satu milliar!”
“Hah?” Selena nyaris tak mempercayainya. “Sa-satu miliar?” Ia bahkan tidak bisa menghitung ada berapa banyak nol yang mengiringi nominal uang tersebut.
Uang itu cukup untuk membiayai semua perawatan dan operasi ibunya sampai sembuh. Ditambah sangat cukup untuk melunasi utang-utangnya.
“Iya. Hanya sampai calon suamiku pulih dan aku menikah dengannya. Sampai saat itu kau harus tetap berpura-pura menjadi diriku. Kau mengerti ‘kan?”
“Iya, Bu. Saya mengerti!”
“Bagus.”
Selena keluar dari ruangan bosnya dengan perasaan campur aduk. Antara bingung, senang, atau sedih. Ia tak tahu harus mengekspresikan apa atas tawaran yang ditujukan Alana kepadanya.
Di satu sisi ia senang karena ia akan menerima gaji yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya. Di sisi lain, ia merasa bingung karena ia tak mau menipu calon suami perempuan itu. Dan terakhir, ia sedih karena harus tinggal terpisah dengan ibunya untuk sementara waktu.
Meski begitu, ia punya uang cukup untuk membayar biaya perawatan rumah sakit ibunya. Mungkin sesekali ia bisa datang mengunjungi rumah sakit. Asalkan ia punya uang cukup untuk membiayai ibunya selama di rumah sakit.
“Oke. Kita akan mulai besok. Kuharap kau sudah siap dengan segala sesuatunya. Ini hapalkanlah, besok aku akan mengetes semuanya. Kau mengerti?”
Alana melemparkan berkas berisi catatan tanggal-tanggal penting antara dirinya dan tunangannya. Penyamaran Selena sangat penting baginya, Alana tidak akan membiarkan siapa pun tahu kecuali dirinya dan gadis itu sendiri.
“Iya, Bu.”
“Dan satu hal lagi. Aku nggak mau ada seorang pun yang tahu tentang penyamaranmu kecuali aku dan Daniel. Kau mengerti?”
“Mengerti, Bu.”
“Bagus. Sekarang pergilah!”
Selena pun akhirnya beranjak dari kursi pesakitan itu. Menghela napas lega saat ia sudah berada di luar ruangan bos besarnya.
Ia harus menjalani pekerjaan ini demi uang satu miliar itu. Dengan begitu, ia akan hidup nyaman dengan ibunya, sekaligus membuka bisnis kue yang selama ini ia cita-citakan seumur hidupnya.
***