Duduk di atas kursi roda, Devandra terdiam di balik jendela. Menatap gamang ke arah berarak awan yang sedikit mendung. Mengabaikan buku n****+ yang sedang dibacanya. Pikiran Devan mengambang mengenang apa yang terjadi di Jogja waktu itu. Ketika pertama kali Devandra menyatakan cinta di bawah guyuran air hujan. Saat itu semua ucapan cintanya hanya kepalsuan belaka. Namun, seiring berjalan waktu, entah sejak kapan rasa itu berubah menjadi cinta yang sesungguhnya. Menghadirkan duka yang menyayat hati ketika melihat Crisy meneteskan air mata. Masih membekas dengan jelas bagaimana ia berlari mengejar Crisy setelah mendapat ucapan selamat atas pertunangannya. Dengan rasa bimbang juga bingung harus berkata apa, ia turun dari panggung mencari keberadaan gadis itu. Sampai kemudian dilihatnya Cris