Prolog
Plak!
Crisy menampar wajah kekasihnya yang kebingungan. Pria itu tertangkap basah tengah memadu kasih dengan sekretarisnya sendiri. Semua pemandangan menjijikan itu secara tak sengaja dilihat oleh Crisy ketika sedang meeting di salah satu hotel di Jakarta.
“Cris, maaf ini—”
“Ayo, Rio, kita tinggalkan sampah ini.” Crisy menarik tangan Rio untuk menjauh dari tempat itu. Hatinya terlalu sakit menerima pengkhianatan Kenzo. Padahal seminggu yang lalu Kenzo sempat melamarnya. Mengajaknya untuk melihat-lihat koleksi pakaian pengantin di butik langganan keluarga Pratama itu.
Namun, semua mimpi yang dibangun Crisy pun hancur dalam sekejap mata ketika Kenzo menghancurkan kepercayaannya begitu rupa. Ia masih mendengar Kenzo memanggilnya dan mencoba mengejarnya setelah mengenakan pakaiannya kembali, tapi Crisy mengabaikkannya dan terus berlari dari sana disusul Rio yang menjadi saksi kehancuran cinta sahabatnya.
Rio menarik Crisy dalam dekapannya, membiarkan gadis itu menangis sejadi-jadinya meluapkan seluruh emosi dalam dirinya. Sejatinya Rio ingin sekali menghajar Kenzo, tapi Crisy melarangnya. Merasa sudah tak ada lagi yang bisa dilakukan, Rio pun memilih menjadi satu-satunya sandaran bagi Crisy setelah seluruh keluarga gadis itu meninggalkannya. Rasa simpatik bercampur rasa sayang membuat Rio memilih menjadi pelindung yang setia untuk Crisy.
“Kenapa dia lakukin ini ke gue, Rio? Apa karena gue nggak mau menyerahkan tubuh gue sebelum sah menjadi istrinya? Bukankah dia sudah melamar gue, Rio, lalu apa susahnya untuk menunggu sebentar lagi agar dia bisa memiliki gue seutuhnya.”
“Sudah, Cris … dia itu sampah. Harusnya lo bersyukur karena Tuhan sudah menunjukkan kebejatannya sama lo sekarang. Bagaimana kalau lo beneran nikah sama dia terus dia selingkuhin lo, apa lo mau?”
Crisy menggeleng dalam pelukan Rio. Selama ini hanya laki-laki itulah tempatnya bersandar dan mengadukan keluh-kesahnya. Jika saja Rio tak memiliki seorang kekasih maka harusnya sekarang ia tak akan pernah terluka oleh Kenzo. Namun, semua itu hanyalah angan semata, sebab antara Rio dan Crisy tak akan pernah ada jalinan yang lebih dari sekedar sahabat. Meskipun seandainya ada setitik rasa di hati mereka berdua, mereka tetap tak akan mengkhianati kepercayaan seorang gadis manis bernama Aulia yang sudah menemani hari-hari Rio selama satu setengah tahun lamanya. Seorang gadis yang kini menatap diam ke arah mereka berdua dari ambang pintu rumah Rio. Sementara Rio dan Crisy masih saling berpelukan tanpa menyadari kehadirannya.