Wajah Irene nampak semakin cantik ketika sedang terlelap. Rambutnya yang berantakan, wajah polosnya, membuat Zayn tak dapat mengalihkan pandangannya. Lelaki itu terus menyusuri setiap bagian wajah itu dengan jarinya. Memainkan bulu mata panjang nan lentik yang menghiasi kelopak mata Irene. Merasa begitu gemas, Zayn menggigit kecil pipi Irene yang merona merah. "Argh! Lepaskan aku, biarkan aku pergi!" Irene meracau sambil memukuli suaminya. "Sayang, ini aku. Kenapa kau memukulku?" Irene terkejut. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya demi memastikan sosok yang saat ini sedang mendekapnya adalah benar Zayn, suaminya. Zayn kemudian membenamkan kepala Irene di dadanya. "Kau masih trauma pasca kejadian kemarin," lirihnya. "Kau membuatku takut Zayn. Aku pikir kamu ...," "Maafkan aku." "Ak