Sepeda motorku berlalu beberapa meter. Dari balik spion, kulirik Mas Harsa yang terus memperhatikan kami. Rautnya tampak sendu. Jujur, ada sedikit rasa bersalah karena aku lupa mengabarinya sejak awal. Akan tetapi, biarlah. Masih ada lain minggu di mana aku akan sibuk dengan kuliah. Jadi dia akan leluasa menghabiskan waktu bersama Emyr. "Masuk, Ra." Haykal segera menyilakan ketika motor yang kami kendarai memasuki pekarangan rumahnya. "Iya." Aku mengangguk sembari melepas helm, lalu mengikuti langkahnya dari belakang. Sementara Emyr dengan manja menggelayut dalam gendongannya. "Sepi?" tanyaku ketika tidak kulihat Bu Mun menyambut kedatangan kami. Jangankan menemukan sosok wanita berwajah penuh kasih itu, suara lembutnya pun tidak kudengar. "Ibu ada di dalam. Duduklah, aku panggilka