Bagian 38

1246 Kata

Dia memperlakukanku dengan sangat lembut. Lebih lembut dari dulu-dulu. Seolah kini aku adalah sesuatu yang sangat berharga dan harus dijaga agar tidak tergores sedikit pun. Dapat kurasakan luapan cinta yang begitu besar dari setiap sentuhannya. Aku terharu. Air mata menguntai tak tertahan. Benang, jika sudah putus memang tidak akan sama bentuknya seperti semula. Namun, apa pentingnya bentuk? Jika fungsinya masih tetap sama. Bahkan, kita bisa membuat simpul yang lebih kuat agar fungsinya menjadi lebih baik. Dia menatapku sendu di antara keremangan cahaya kamar. Kabut tak henti menyungkup netra. Bukan pertanda luka, tetapi biasan bahagia yang tak mampu terungkapkan melalui aksara. "Maaf." Lagi-lagi kata itu meluncur dari bibirnya. Entah untuk ke berapa kali. Kami duduk di atas petidur

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN