"Bagaimana hasil tes darahnya, Dok?" tanyaku ketika jam visit dokter pagi ini. Sudah enam hari Emyr dirawat. Setiap hari selalu diambil darah untuk dianalisis laboratorium. Setiap hari itu pula dia selalu histeris menolak, menangis kencang. Belum lagi ketika infus macet. Melihatnya meronta sakit sekaligus takut, rasanya hatiku nelangsa. Hampir setiap saat minta pulang. Beruntung Mas Harsa begitu sabar menghiburnya, menggendongnya keliling taman atau koridor rumah sakit. "Sudah bagus, Bu. Naiknya signifikan. 172.000 per mikroliter darah. Sudah di atas batas minimal normal." "Alhamdulillah. Berarti sudah boleh pulang, Dok?" Mas Harsa yang menyahut. Dia sudah seminggu ini mangkir dari kebun. Memang bisa ditukar dengan hari cuti setahun. Namun, sebelumnya dia juga sudah beberapa kali mang