"Mmm ... Ibu sehat?" Aku mencoba mengalihkan topik untuk menepis rasa malu. "Sehat. Alhamdulillah," jawabnya mengangguk. "Gak datang?" "Ibu sudah duluan tadi sore. Bakda ashar." "Gak bareng?" "Gak. Ibu sama Bapak." Dia meletakkan mangkuk yang hanya tersisa kuah, lalu menyeruput air mineral gelas. Aku mengalihkan pandangan keluar. Tertarik oleh suara deru yang terdengar tiba-tiba. Seperti deru air dan angin yang datang bersamaan. "Hujan, ya?" tanyaku sedikit panik. "Sepertinya." Laki-laki itu ikut menoleh. Namun, bedanya ekspresi yang ia tunjukkan biasa saja. "Subhanallah," ucapku ketika deru itu benar-benar berubah menjadi hujan deras. Cuaca sekarang memang tidak bisa diprediksi. "Kenapa?" Ia menatap heran. "Gak bisa pulang." Jika hanya sendiri tidak mengapa basah-basaha