Bagian 19. POV Harsa

1378 Kata

"Rencana apa, sih, Mas? Perasaanku jadi tidak enak. Pasti bukan sesuatu yang menyenangkan," Santi bertanya merengut, mengandung kesan curiga. "Iya. Buat penasaran saja," sahut Ibu. "Kita bicara di luar saja. Bapak juga harus tahu," ucapku. "Untuk apa bapakmu ikut?" protes Ibu. Sepertinya masih sangat marah atas perbuatan lelaki itu. "Iya. Aku juga malas," timpal Santi. Aku menghela napas perlahan dan dalam. Ternyata rumit mengurusi keluarga sendiri tanpa Safira, "Bapak juga masih bagian dari keluarga ini," sahutku, "Saya tunggu di luar." Melangkah gontai, aku menuju ruang keluarga di mana kami biasa menonton televisi bersama. Bapak masih termenung di sana. Acara TV hanya numpang tayang, sementara sangat jelas terlihat bahwa pandangan Bapak kosong, tidak mengarah pada kotak ajaib i

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN