Gundah, aku mengempaskan tubuh di atas petiduran, berbaring sembari memejam, menghadirkan bayang dua laki-laki yang bertanggung jawab atas semua kegundahan ini, Haykal dan Mas Harsa. Akan tetapi, ketika bayang-bayang mereka hadir, semua terasa semakin gundah. Mengapa mereka harus datang dalam waktu bersamaan? Dan Mas Harsa, mengapa pula harus membuat drama dengan mutasi ke NTT segala? Aku tidak akan gundah seperti ini jika dia tidak pergi. Huft! Aku mengembuskan napas kasar, merasa lelah dengan semua problema ini. ‘Hah! Safira, tidak bisakah kamu hidup tanpa memikirkan laki-laki dulu? Sendiri untuk beberapa tahun ke depan tanpa kehadiran salah satu dari mereka?’ Aku beringsut, merubah posisi dari telentang menjadi miring menghadap Emyr. Pandanganku tertuju pada wajah polos yang telah