Part 25

2126 Kata
Luna, Clarissa, dan juga Rayhan segera berembuk bersama guna memikirkan cara apa agar ketiganya berhasil membantu Leo menjauh dari jangkauan Cantika. Meninggalkan Luna di tempatnya seorang diri dengan berbagai pikirannya. “Kita harus apa untuk bantuin Leo? Selain si Tante itu kayaknya nempel banget dan terlalu agresif ke Leo, di sana juga rame banget. Kita nggak boleh gegabah,” ucap bingung Ana mengawali kegiatan berembuk mereka. “Saya sih niatnya mau ngomong baik - baik aja. Bilang jujur sama si Abang itu kalau Leo itu teman kita, dan dia sedang mendapatkan hukuman dari temannya untuk menggoda si Tante. Terus minta baik - baik sama si Abang buat ngelepasin Leo dan ngebiarin dia buat ikut pergi sama kita. Tapi kalau menurut kalian nggak boleh gegabah, saya sih ngikut.” Rayhan yang memang terkenal orang yang lurus dan sedikit polos, mengutarakan niat awalnya untuk langsung berkata jujur saja. “Kalau kayak gitu sih kayaknya susah, Ray. Si Abang itu bisa aja jadi marah - marah sama kita. Karena kita panggil dia Abang, dan karena kita udah jadiin dia sebagai target untuk Leo gombalin. Bakal rame dan makin ribet sih kayaknya. Jadi baiknya kita harus pake cara lain. Tapi apa ya?” Sanggah Clarissa, tidak setuju dengan ide yang Rayhan utarakan, seraya mengedarkan pandang matanya ke arah Ana dan Rayhan agar kembali memikirkan ide terbaiknya. “Aku ada ide!” Setelah beberapa detik berlalu, Ana berhasil memecah keheningan dengan berita baiknya. Mengabarkan Clarissa dan juga Rayhan bahwa dirinya kini memiliki ide. Mendengar itu, tentu saja membuat Clarissa dan Rayhan kini tersenyum lebar lagi cerah. Karena mendapatkan ide dalam keadaan darurat, dengan meraka yang entah kenapa tiba - tiba merasa buntu akan ide, seakan menemukan oase di tengah gersangnya padang pasir. Di tengah kebingungan serta kepanikan mereka dalam misi penyelamatan Leo, yang tentunya harus dilakukan dengan segera. “Serius?” tanya Clarissa tak percaya yang langsung Ana angguki dengan penuh semangat. “Serius dong! Hehe.” “Kamu memang bisa diandalkan, Na. Jadi apa idenya?” tanya Clarissa penasaran, seraya mendekatkan diri ke arah Ana. Begitu pun dengan Rayhan, saat dilihatnya Ana memberikan kode dengan kedua tangannya agar mereka merapatkan posisi. Bermaksud untuk membisikkan bagaimana idenya, agar tidak diketahui oleh orang lain. Tentunya Rayhan tetap menjaga jarak amannya meski harus mendekat. Yang terpenting suara bisikkan Ana masih bisa terdengar olehnya, meski jaraknya dengan Ana tak sedekat jarak antara Ana dan Clarissa. “Tapi idenya agak gimana gitu. Kita kasih tau sama si Abangnya, dan yang menonton mereka dari tadi kalau Leo itu agak - agak orangnya. Maksudnya kesehatan mentalnya kadang nggak stabil. Kalau lagi bener ya sama kayak yang lain. Sadar. Tapi kalau lagi nggak stabil, Leo bisa bertindak apa aja. Semaunya, bahkan terkadang aneh dan diluar akal sehat kita. Layaknya orang gila. Hmm, sebenernya aku juga nggak yakin sih kalau kalian berdua akan setuju. Pasti kalian ngerasa aneh dan nggak yakin kan sama ide aku barusan? Aku juga awalnya mikir gitu. Nggak yakin sama apa yang barusan aku jelasin. Tapi beneran deh, hanya itu yang sekarang aku pikirin. Mau nyari ide lagi pun aku nggak yakin bakal dapet dalam waktu cepet, sedengkan kita butuh idenya sekarang juga. Tuh, Leo.. dia kayaknya udah tersiksa banget deh,” ucap Ana menjelaskan idenya, yang ternyata respon pertama dari kedua orang pendengarnya memang sesuai dengan apa yang ia perkirakan. Mereka terlihat terkejut, merasa aneh dan tak yakin. “Hehe. Gimana ya? Aku sih percaya sama kamu. Meski kalimat pertama yang aku ucapin dalam hati setelah denger apa ide kamu tadi, apa nggak ada ide lain? Tapi ya udah lah. Betul apa kata kamu. Kita udah nggak punya banyak waktu. Jadi yuk, bismillah. Kita buat dramanya harus maksimal aja supaya keliatan meyakinkan.” Clarissa, ia tak pernah meragukan ide Ana. Meski di awal menurutnya ide itu kurang nendang, namun ia yakin bahwa ide Ana tidak pernah mengecewakan. Mengingat sejak awal mereka dekat dulu, Ana sudah dikenal dengan gadis yang cantik lagi pintar. Idenya selalu brilian meski terkadang out of the box. Tidak diragukan lagi dan tidak pernah mengecewakan. Sampai - sampai berhasil membuat Clarissa dan Luna begitu penasaran kala itu. Sebenarnya Bundanya Ana mengidam apa saat sedang mengandung Ana? Sebenarnya diberi makan apa saja Ana sejak kecil? Apa makanan yang Ana makan, berbeda dengan apa yang Luna dan Clarissa makan? Dan berbagai pertanyaan lainnya yang berhasil mereka temukan jawabannya beberapa tahun silam. Di saat ketiganya mengikuti sebuah seminar. Pada saat itu si pemateri menjelaskan bahwasanya setiap individu dengan individu yang lain itu berbeda. Masing - masing memiliki keunikan, potensi, dan bakat tersendiri. Namun semuanya sama - sama spesial. Seperti halnya, semua perempuan itu pada dasarnya cantik. Tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Dan juga, dari sudut mana kita menghargai dan mensyukuri apa yang sudah tercipta. Mau berkulit putih, kuning langsang, sawo matang, atau pun hitam, semuanya cantik. Yang berkulit sawo matang dan hitam, cantik? Iya. Mereka cantik dengan wajahnya yang manis. Begitu pun bakat. Semuanya memiliki bakat spesialnya masing - masing. Ada yang pintar dan cerdas dalam berpikir, ada yang kreatif, ada yang pandai bernyanyi, ada yang jago dalam memasak, ada yang pandai dalam merias diri, ada yang pandai dalam hal bela diri, menulis, menggambar, berjualan, dan lain sebagainya. Pada kesimpulannya, setiap orang itu spesial dan memiliki bakat yang berbeda. Hanya saja, tidak setiap orang mampu menyadari bakat yang dimilikinya. Kita sering kali harus berusaha untuk menggali dan menemukan bakat yang kita miliki. “Kalau kamu gimana, Ray?” tanya Ana malu - malu. Namun dalam hati, tentunya ia sangat berharap kalau Rayhan pun sama setujunya dengan Clarissa. “Saya juga setuju.” “Aku juga setuju!” ucap seseorang dengan suara lantang dan penuh semangat, yang suaranya berasal dari balik pohon yang mereka belakangi. Kebetulan ketiga orang itu sedang berembuk di belakang pohon. “Luna!” ucap Ana dan Clarissa penuh antusias, saat dilihatnya Luna lah yang muncul dari balik pohon tersebut dengan senyuman lebarnya. Ketiganya pun saling berpelukan erat setelah jarak di antara mereka telah dekat. “Aku kira kamu nggak akan ikut gabung, Lun, buat bantuian Leo,” celoteh Ana yang juga diangguki oleh Clarissa. “Hehe, awalnya memang begitu. Tapi masa di saat kalian sedang mengumpulkan pahala dengan cara membantu orang, aku justru bergelung dengan rasa kesalku sama si dia seorang diri. Kan rugi ya? Hehe. Lagi pula apa yang kamu bilang tadi sepertinya bener, Na. Aku kayaknya udah keterlaluan deh sama si Leo. Dan semoga aja dengan bergabungnya aku sama kalian untuk bantu dia, bisa menebus rasa bersalahku.” “Ahhh senengnya kita kembali kompak. Ya udah yuk kita mulai beraksi. Semoga berhasil!” ucap Ana penuh semangat, yang disambut dengan begitu semangat pula oleh ketiga orang di sekitarnya. “Semangat!” “Jangan lupa bismillahnya!” “Siap!” Dan keempat orang itu mulai menjalankan misi dadakan mereka. Keempatnya berjalan dengan langkah cepat menuju tempat di mana kini Leo berada, dan mulai beraksi sesuai dengan skenario yang telah mereka susun sebelumnya. “Alhamdulillah, Ya Allah.. akhirnya kita berhasil menemukan Leo,” ucap Luna berseru senang, setelah tibanya ia, Ana, dan juga Clarissa di hadapan Leo dan Cantika dengan cara berlari dengan panik. “Aku seneng banget, Guys! Kamu dari tadi ke mana aja sih, Leo? Kok bisa - bisanya memisahkan diri dari kita?” tanya Ana di hadapan Leo, yang tentunya berhasil membuat orang yang ditanya mengernyitkan kening heran. “Ini orang - orang pada kenapa sih? Akhirnya menemukan aku gimana? Aku dari tadi ke mana aja? Hello! Bukannya aku sekarang ada di sini mereka tahu? Mereka pantau? Yang bener aja!” ucap Leo bingung dalam hati. “Rayhan! Cepat tangkap Leo! Pegang kuat - kuat kedua tangannya! Jangan sampai dia kabur lagi. Sudah cukup selama beberapa jam ini dia membuat kita semua panik,” ucap Clarissa memerintah Rayhan, yang semakin berhasil membuat kebingungan Leo semakin bertambah. Rayhan pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Clarissa. Sesampainya ia di hadapan Leo, ia langsung berusaha mengambil alih Leo dari tangan Cantika. “Leo, Leo. Kamu bikin repot kita aja. Untuk kita berhasil nemuin kamu di sini. Kalo enggak, saya yakin kita pasti akan kena semprot orang tua kamu! Maaf ya, Bang saya ma—“ “Abang? Saya perempuan. Nama saya Cantika!” Cantika yang sedari tadi memilih diam sambil menyimak, mengeluarkan suaranya tak terima saat Rayhan memanggilnya dengan sebutan Abang. “Psttttt.” Luna, Ana, Clarissa, dan juga Leo terlihat menahan tawa saat mendengar itu. Rayhan ini sudah diperingati sejak awal agar tak memanggilnya dengan sebutan Abang, tetap saja nakal. Dimarahin kan jadinya?! “Ehh, maaf, Bang! Eh salah. Maaf, Mbak Cantika. Saya nggak tau, hehe,” jawab Rayhan yang padahal dari penampilannya saja sudah terlihat kalau Cantika meski jati dirinya lelaki dia berpenampilan layaknya seorang perempuan. “tolong lepasin temen saya ya, Mbak. Biar saya saja yang menjaga dia agar tidak kabur. Teman saya ini, Leo, dia tingkat kewarasannya labil. Kadang waras, kadang juga agak – agak. Mmm, maaf. Gila,” ucap Rayhan yang diakhiri dengan menggerakkan jari telunjuknya miring di depan wajahnya. Memberikan kode bahwa sanya Leo terkadang tidak waras alias gila. Mendengar itu tentu saja bukan hanya Cantika saja yang terlihat syok, namun Leo juga. Ia bahkan sampai memelototkan matanya ke arah Rayhan saat laki - laki itu berhasil merebutnya dari Cantika yang langsung memisahkan dan menjaga jarak dari Leo setelah mendengar informasi tersebut. “Si Rayhan ngomong apa lagi? Aku gila? Enak aja! Orang aku waras, sehat wal afiat dari ujung kepala sampai ujung kaki gini disebut gila. Ngajak berantem ini anak!” ucap Leo dalam hati. “Rayhan maksud kam—“ “Iya, Mbak Cantika. Leo ini gila! Dia kadang suka gila kalo ketemu perempuan yang tingkat kecantikannya melebihi ambang batas,” ucap Luna cepat, memotong ucapan Leo yang akan berusaha menjelaskan kondisinya yang sebenarnya. “Lun! Kamu ini ngo—, Awww!“ “Iya. Leo ini kadang suka nggak waras. Dia terkadang bertingkah seperti orang gila saat bertemu perempuan cantik. Dia ini memang gila!” Kini Ana yang berucap, seraya menginjak keras salah satu kaki Leo yang berada di dekatnya. Memintanya untuk diam. “Kamu kalau pengen selamat dari si Tante jadi - jadian ini mendingan nurut deh sama kita. Ini kita buat drama kayak gini supaya kamu bisa lolos dan menjauh dari dia,” bisik Clarissa pelan yang posisinya saat ini sedang berada di belakang tubuh Leo, kemudian perlahan maju mendekati Cantika seraya berkata, “alhamduliilah Mbak nggak papa. Dia ini kadang suka gila, Mbak. Mbak tau gila kan? Kadang suka nggak waras. Saya sempet denger waktu itu. Kalau erornya dia udah kelewat batas, dia bisa nyulik seseorang terus udah nggak bisa ditebak deh gimana kelanjutannya. Mbak tau sendiri kan tingkah orang gila kadang nggak masuk akal. Nggak bisa ditebak!” Yang berhasil membuat Cantika merinding seketika. “Hehehe. Ada sayang – sayangnya Abang Leo. Pada ke mana aja sih? Tapi nggak papa Abang Leo senang karena kalian berempat semuanya akur. Dan kamu.. Abang kangen banget sama kamu!” ucap Leo senang, dengan gerakan tubuh serta raut wajah yang entah ia buat seperti apa saking anehnya, kemudian memeluk Rayhan yang sedaro tadi memegang erat kedua tangannya. “kamu, istri pertama Abang yang paling cantik! Oh ya, kalian berempat.. istri pertama, istri kedua, pacar pertama, dan pacar kedua.. Abang Leo yang super ganteng ini mau kenalin calon pacar Abang yang ketiga. Atau calon istri aja ya? Hahaha. Namanya Cantika! Dari pertemuan pertama aja dia keliatannya udah sayang banget sama Abang. Apalagi kalau udah resmi jadi pasangan Abang. Pasti sayangnya makin - makin! Iya kan, Sayang?” ucap Leo semakin melantur, seraya menatap Cantika dengan tatapan penuh minatnya. Ia bahkan sesekali mengedipkan sebelah matanya, memonyongkan kedua bibirnya, dan lain sebagainya. “Idih! Merinding gue dengernya! Kirain dari tadi ngegombalin gue karena kesambet apaan! Tumben aja ada orang waras ngegombalin gue sampe segitunya. Pake acara bilang mau dipinang dengan bismillah segala. Taunya bukan hanya kesambet! Ternyata gila! Mending gue kabur dari pada terus berhadapan dengan orang gila,” ucap Cantika dan tanpa berlama - lama lagi, ia langsung menghilang dari kelima orang itu. Pergi secepat yang ia bisa, seraya sesekali terlihat sedang merasa merinding di sela - sela kegiatan berjalannya . Mungkin saat teringat bagaimana Leo tadi menggombalnya, dan mengetahui kenyataan bahwa ternyata ia tadi digombali oleh orang gila. “Yashhh! Kita berhasil guys! Akhirnya Leo bisa bebas, wkwk.” “Tapi harus banget ya bilang kalau aku ini orang gila? Nggak ada skenario lain apa?!” “Yang penting kan berhasil, Leo! Wkwkwk.”Dan kelima orang itu pun tertawa puas secara bersamaan. Saking puasnya sampai tak berhenti - berheti. Membuat mereka - mereka yang sedari tadi hanya menjadi penonton menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Menatap aneh ke arah kelima orang itu. Pikir mereka, “kayaknya bukan hanya orang itu yang gila. Tapi kelima orang itu semuanya sama - sama gila!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN