Part 24

2131 Kata
Leo melangkahkan kakinya dengan perasaan tak menentu. Antara takut, ragu, geli, dan juga kesal semuanya bergabung menjadi satu. Bagaimana tidak, satu kali pun Leo tidak pernah membayangkan jika ia harus menggombali seorang laki - laki, apalagi seorang Tante - Tante yang pada dasarnya merupakan seorang laki - laki. Kalau diibaratkan dengan sebuah mimpi, mungkin menurut Leo apa yang terjadi padanya hari ini adalah mimpi terburuknya. Hari tersialnya! “Beneran nih? Aku harus ngegombalin dia? Mana kata Luna harus beneran lagi. Harus pake kata - kata yang bikin baper. Kalau dibandingkan dengan tadi, kayaknya lebih baik aku ngegombalin si Bapak - Bapak galak deh dari pada ini. Meski keduanya sama - sama menyeramkan dan bikin merinding, tapi yang ini serem - serem geli! Lanjut, nggak. Lanjut, nggak. Lanjut, nggak, lanjut! Oh my god! Jadi aku beneran harus lanjut nih?” ucap galau Leo, seraya terus melangkahkan kakinya maju menuju target yang baru saja Luna pilihkan. Menggunakan kelima jari tangannya sebagai penentu, membuatnya mendapat pilihan untuk terus lanjut. Mau tak mau membuatnya terus melanjutkan langkah, sembari memikirkan kata - kata manis apa yang akan ia ucapkan nanti. Mengingat salah satu persyaratan yang Luna ajukan, isi gombalan yang Leo sampaikan harus betul - betul merupakan gombalan manis yang membuat si pendengar terbawa perasaan. “Nasib, nasib! Hobi ngegombalin cewek - cewek cantik kok jadinya malah gini. Apes banget sih!” ucap Leo kembali mendumel pelan, saat dirasa jaraknya dengan jarak target hanya tinggal beberapa langkah lagi. “Ekhem. Halo, Bang. Selamat pagi!” sapa Leo sesampainya ia di sebelah kanan target. Seorang laki - laki berperawakan tinggi yang terlihat manis dengan warna kulitnya yang berwarna sawo matang, namun tampak menyerupai seorang perempuan dengan rambut panjang terurainya, baju dan rok panjangnya, riasan wajah serta postur tubuhnya. Awalnya Leo ingin menyapanya dengan sebutan Tante girang. Namun tak jadi dikarenakan ia yang tak bernyali tinggi. Mendengar kalimat sapaan dari arah samping kanannya, ditambah lagi dari suaranya saja sudah terdengar jelas sekali bahwa si penyapa merupakan seorang laki - laki, membuat target yang awalnya sedang fokus dengan ponsel pintarnya itu menoleh cepat ke arah sumber suara. Dengan tatapan penuh binar, dan dengan gaya menggoda. “Eh ada si ganteng. Manggilnnya jangan Bang dong. Nggak liat SAYA ini perempuan? Hehe. Panggil nama aja ya? Perkenalkan, nama saya Cantika. Perempuan yang cantik, sesuai dengan namanya kan?” ucap target yang mengaku sebagai Cantika itu seraya mengulurkan tangannya ke arah Leo untuk berkenalan. Dan jangan lupakan nada suaranya yang terdengar sangat mendayu - dayu itu. “Nama saya Leo. Iya, kamu cantik seperti namanya. Hehe.” Leo, tentu saja tak bisa abai. Dengan sangat berat hati ia menyambut uluran tangan Cantika. Keduanya berjabat tangan, dengan durasi yang cukup lama dikarenakan Cantika yang terus menahan tangannya. Tak hanya menahannya, Cantika bahkan sesekali meremas - remas punggung tangan serta telapak tangannya. Membuat Leo langsung didera panas dingin, dan merinding seketika. Seakan sedang berjabat tangan dengan makhluk halus saja! “Maaf, Cantika. Tangan saya,” ucap Leo pada akhirnya. Karena setelah ia berusaha menarik tangannya sendiri, Cantika masih tetap menahan tangannya. Alhasil keduanya saling tarik menarik. Membuat Leo kesal dan memilih untuk langsung bersuara saja. “Oh iya. Maaf ya, Abang Leo yang ganteng. Abis tangan kamu besar dan gagah sih. Saya jadi keenakan megangnya,” ucap Cantika yang hanya bisa Leo angguki dengan kaku. Meski dalam hati ia merasa merinding sekaligus geli. “Astaghfirullah. Bang, Bang. Kalau situ cewek tulen sih nggak papa deh mau dipegangin seharian juga. Kalau ini bukannya seneng aku justru geli! Bulu kuduk juga rasanya udah berdiri semua ini. Awas aja kamu, Lun! Berani - beraninya ngerjain aku sampai kayak gini,” ucap Leo dalam hati, dan mulai menyiapkan diri untuk langsung menuju inti. Karena jujur, Leo sudah merasa tak sanggup lagi untuk terus berbasa - basi. “Mau ngomong apa sih, Ganteng? Hehe. Kok dari tadi keliatannya kayak yang mau ngomong sesuatu, tapi nggak jadi - jadi. Ngomong aja.. nggak usah grogi gitu.. nggak usah takut, hehe,” ucap Cantika kembali, seraya menyentuh pelan dan dengan penuh kelembutan lengan tangan Leo, saat dilihatnya Leo sudah hendak berbicara namun seperti tertahan. Berakhir dengan laki - laki itu yang sudah membuka kedua bibir, kemudian kembali menutup tanpa ada satu kata pun yang keluar. Jujur saja, yang sedari tadi menahannya agar tak memulai aksinya adalah rasa gelinya sendiri. Leo masih tidak menyangka. Ia yang bahkan sering kali mendapat julukan sebagai sang perayu ulung itu oleh teman - teman perempuannya, kini akan merayu seorang Tante jadi - jadian? Bagaimana jadinya kalau para gebetannya itu tahu apa yang ia lakukan saat ini? Bisa hancur reputasinya! “Luna, Luna. Apa sih yang sedang kamu lakukan ke aku? Kok aku mau - maunya ya kamu giniin? Dan aku, kenapa hari ini aku seolah - olah sedang mempermalukan diriku sendiri ya?” tanyanya heran dalam hati. “Eh, iya maaf. Saya sepertinya lagi grogi deh, hehe,” ucap Leo membuat - buat alasan. “Mmm, kamu tau nggak Cantika, kalo sekarang aku pergi ke apotek, pasti hanya satu obat yang akan aku beli.. Kamu tau nggak apa itu?” ucap Leo pada akhirnya, yang tentunya berhasil membuat Cantika langsung menatapnya dengan pendar mata penuh binar. “Aduh, ini gue lagi nggak salah denger nih? Ini si Abang ganteng sekarang lagi usaha buat gombalin gue? Mimpi apa gue semalem? Sebenernya sekarang gue apa dia sih yang lagi kesambet? Tapi masa bodoh ah! Dari pada pusing - pusing karena nggak nyangka, lebih baik gue nikmatin aja,” ucap heran Cantika dalam hati, namun diakhiri dengan senyum lebar kegirangannya. Lebih memilih untuk menikmati dengan senang hati, dari pada memusingkan diri dengan memikirkan yang tak pasti. “Obat yang akan kamu beli ya, Bang? Mmm, apa ya? Nyerah deh. Aku nggak tau.” Setelah terlihat lama berpikir, Cantika menjawabnya dengan raut wajah bingung. Berbeda dengan suasana hatinya yang kini sedang berbunga - bunga, menanti jawaban dari Leo yang ia tebak pasti akan membuatnya merasa tersipu dan terbawa perasaan. “Nggak tau?” “Iya, Abang ganteng. Aku nggak tau,” jawab Cantika dengan nada suara yang sengaja ia buat mendayu - dayu. Membuat Leo merasa merinding seketika saat mendengarnya. “Jawabannya adalah, obat rinduku padamu..” “Ah, Abang! Paling bisa deh kalau buat Cantika baper. Ngegombalnya pinter banget! Cantika nggak nyangka hehe,” ucap Cantika senang dan semakin bersemangat untuk menggoda Leo. Bahkan intensitas tangannya untuk menyetuh lengan Leo saat ini sudah lebih sering dan lebih berani jika dibanding tadi. “Hehe. Ngegombal ya? Hari gini ngegombal, aku sih orangnya nggak suka ngegombal, Cantika!” “Ah, masa sih, Bang?! Yang tadi bukannya lagi ngegombal ya? hehe. Kenapa gitu Bang, Abang nggak suka ngegombal?” “Ya gimana, ya? Karena menurut Abang, wanita semanis, secantik, sebaik, seimut, seunyu - unyu, sepintar, dan seindah kamu rasanya nggak pantes kalau Abang gombalin..” Cantika semakin terlihat baper dan kegirangan dibuatnya. Ia bahkan terlihat sangat antusias untuk kembali mendengar kata - kata manis lain yang akan diucapkan Leo kepadanya. “Hehe, nah itu tadi apa, Bang, namanya kalau bukan lagi ngegombalin Cantika? Hehe. Lagi, Bang. Lagi!” “Aduh! Kok si Tante - Tante ini malah jadi ketagihan sih? Kalau kayak gini ceritanya, gimana caranya aku bisa pergi?” ucap Leo dalam hati, yang kini sudah merasa horor dengan suasana mereka saat ini. Bagaimana tidak, Cantika kini bahkan sudah berani memegang tangannya lama. Memegang seraya mengayunkannya sesuka hati. Leo bersikeras untuk mengamankan tangannya pun kini sulit. Si Tante menahannya dengan sekuat tenaga. “Lagi ya? Oke satu kali lagi. Mmm, Cantika lebih suka kopi atau mocca?” “Kopi atau mocca ya? Cantika lebih suka kopi sih, Bang. Emangnya kenapa?” “Nggak papa. Aku juga suka kopi soalnya. Kopinang kau dengan bismillah, hehe,” ucap Leo yang diakhiri dengan kekehan kakunya. Padahal di dalam hatinya, rasanya ia ingin muntah sekarang juga setelah selesai mengucapkan kalimat itu. “Aku barusan ngomong apa sih? Kok rasanya mual banget ya.. Pengen muntah!” ucapnya geli dalam hati. Mendengar kata - kata manis itu, tentu saja berhasil membuat Cantika yang sudah merasa baper, semakin terbawa perasaannya. Kini tingkahnya semakin agresif kepada Leo. Level menggodanya sudah semakin tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. Ia kini sudah berani merangkul lengan tangan Leo dengan begitu mesra. Membuat Leo semakin merasa tak nyaman dan ingin segera menghilang saat itu juga. Namun sepertinya akan susah. Mengingat bagaimana reaksinya saat ini setelah mendengar gombalan manisnya, “Ulalaaa. So sweet banget sih, Bang. Cantika mau dipinang.. nggak papa deh dipinang hanya dengan bismillah aja. Nggak usah pake perhiasan, nggak perlu banyak uang.. dengan hanya bismillah Cantika rela seratus persen kalau yang meminang itu Abang!” Cantika berucap riang saking senangnya. Dengan nada suara super manja, yang diucapkan dengan volume yang lebih keras dari pada sebelumnya. Ditambah ia yang kini sudah akan memeluk tubuh Leo yang sudah menegang karena tak nyaman itu, membuat banyak pasang mata mulai menatap dan memerhatikan mereka. “Ehhh. Jangan dipeluk!” “Nggak papa. Mau peluk..” “Aku bau keringat. Badan aku basah abis selesai olahraga..” “Nggak apa - apa.. Cantika justru makin suka. Laki - laki yang berkeringat karena selesai olahraga, menurut Cantika sangat seksi!” “Aduh! Salah ngomong aku.” “Bukan hanya soal bau keringat, Cantika.. Tapi kan katanya Cantika itu wanita tulen ya? Berarti kita bukan muhrim. Nggak boleh deket - deketan gini apalagi pelukan. Jadi agak kesanaan dikit ya. Agak menjauh. Lagi panas juga soalnya.” Keduanya saling berusaha. Cantika yang berusaha untuk memeluk tubuh Leo erat, dan Leo yang berusaha membebaskan diri agar bisa terbebas dari jangkauan Cantika, bahkan ingin segera pergi dari tempat itu. Mengingat keberadaannya saat ini sudah seperti tontonan gratis bagi orang - orang di sekitarnya. Banyak pasang mata yang memerhatikan mereka. Tertawa dengan begitu puasnya, bahkan ada beberapa yang sepertinya sedang merekamnya. Membuat Leo ingin menangis saja rasanya. Ingin segera pergi dan menghilang dari tempat itu. “Cantika agak sanaan dikit ya. Tolong lepasin tangan aku. Aku bener - bener nggak nyaman. Malu diliatin banyak orang!” “Nggak papa. Abang ganteng nggak usah malu! Pasti kalau aku lepasin tangan aku, Abang ganteng mau kabur kan? Nggak, Cantika nggak mau! Abang ganteng jangan pergi! Katanya mau pinang aku dengan bismillah?” Rasanya amat sangat menyesal Leo menggombali Tante jadi - jadian ini. Cantika benar - benar tidak ingin melepaskannya. Membuat Leo harus memutar otak agar bisa segera pergi dari sana. “Mmm, aku mau kentut lho. Menjauh ya! Aku kalau kentut bau banget soalnya.” “Nggak papa! Kalau Abang ganteng mau kentut, kentut aja. Sebau apa pun Abang kalau kentut, pasti akan selalu wangi menurut Cantika.” “Ampun dah! Kalau udah gini gimana caranya aku bisa pergi? Aku harus beralasan apa lagi? Mana tangannya megang tangan aku kenceng banget lagi. Ya Allah.. tolong bantu hamba, Ya Allah.. Tolong selamatkan hamba..” ucap Leo dalam hati, yang kini sudah mulai merasa frustasi. Tak jauh dari keberadaan Leo dan Cantika saat ini, Luna dan ketiga temannya sedang mengamati mereka dengan seksama. Memerhatikan serta mengamati mereka dari jauh. Berbeda dengan Luna yang sejak tadi tak henti - hentinya tertawa. Ana, Clarissa, dan juga Rayhan kini mulai merasa kasihan terhadap Leo. Ya meskipun pada awalnya ketiganya pun ikut tertawa bersama Luna, namun entah kenapa semakin ke sini, semakin melihat raut wajah dan gestur tak nyaman yang Leo tunjukkan, mereka mulai merasa kasihan terhadap laki - laki bernasib malang itu. “Lun.. kayaknya kita harus bantuin Leo deh. Dia kayaknya udah nggak nyaman banget,” ucap Ana memberi usulan. “Setuju. Dia kayaknya udah tersiksa banget deh sekarang. Kasian!” ucap Clarissa menyetujui. “Hahaha. Nggak papa biarin aja. Dia masih keliatan aman kok. Lagian bukan hanya aku yang terhibur karena ulah dia. Tuh, liat! Yang lain juga keliatannya happy banget karena ulahnya. Membuat orang bahagia kan juga berpahala, jadi ya biarin aja. Kalau dia udah merasa nggak nyaman, pastinya dia berusaha pergi dong dari sana. Tapi buktinya dia masih betah - betah aja tuh.” Tolak Luna yang berhasil membuat ketiga orang temannya yang lain saling bertukar pandang. “Ini nggak boleh kita biarin gitu aja!” pikir ketiganya dalam hati. “Saya setuju dengan ucapan Ana dan Clarissa barusan. Leo sekarang sepertinya sudah merasa nggak nyaman. Dia bukannnya nggak berusaha untuk pergi, tapi emang si Tante - Tante itu yang keliatannya nahan si Leo untuk pergi. Kamu bener, Lun. Membuat orang bahagia itu baik. Tapi kalau harus mempermalukan diri sendiri seperti itu, ditonton oleh banyak orang, ditertawakan, bahkan direkam, dengan Leo yang sebenarnya nggak mau kan melakukan itu? Kita sama - sama tau kalau apa yang dia lakukan bukan karena kemauannya. Menurut saya sih nggak baik ya. Saya akan tetap menolongnya,” ucap Rayhan yang sepemikiran dengan Ana dan Clarissa. “Mmm, kayaknya kamu udah berlebihan deh, Lun, ngerjainnya. Ya udah yuk, guys, kita tolongin Leo!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN