Di kamar Naura. Naura masuk ke kamarnya lalu menutup dan mengunci pintu. Naura meletakkan tasnya lalu segera berbaring di atas tempat tidur. Perasaannya sungguh sakit dengan sikap saudara ayahnya. Kali ini ia tidak bisa menahan emosi dan air mata. Karena menyangkut masa depan hidupnya. Kehidupan percintaan, kebahagiaan. Sudah dua tahun Naura merasakan kesedihan dan kehilangan sendirian. Hanya asisten pribadi, dan orang kepercayaan ayahnya yang menemaninya. Itupun ia tidak berani bicara terlalu terbuka kepada mereka tentang perasaannya. Naura tidak ingin membebani mereka dengan masalah dirinya. Mereka sudah tua, sudah saatnya untuk pensiun, dan bersantai di rumah saja. Karena itu Naura memilih memendam semuanya sendirian. Rasa pedih dalam hati tak bisa ia luapkan kepada siapa-siapa. Tidak