Pernah suatu ketika, aku memanjat pohon di belakang rumah Pamanku. Martin yang senang sekali melihatku menderita dan tidak akan melewatkan satu pun kesempatan untuk mengerjaiku, melontarkan batu-batu kecil menggunakan katapelnya. Meski kecil, batu-batu itu terasa seperti sengatan dan sangat menyakitkan. Aku tidak tahu Martin suka bermain katapel, dia lebih suka bela diri dengan tangan kosong. Tapi saat itu tidak ada satu pun lemparannya yang meleset dari tubuhku. Aku berusaha bertahan dengan tangan gemetar, tapi kaki-kaki kecilku tergelincir di dahan yang licin. Aku jatuh dan mendarat dengan punggungku, terbaring di tanah berusaha keras bernapas, berusaha melakukan apa saja agar paru-paruku kembali terisi udara. Itulah yang kurasakan sekarang, cengkeraman lengan kuat ini seakan berusaha