Bab 6 : Menuruti Song Hari

1527 Kata
Di sisi lain, Jaehyun tengah mondar mandir seorang diri di rumah. Sudah sejak tadi pria itu terlihat gelisah. Pikirannya terus memikirkan soal persyaratan yang diajukan almarhum kakeknya guna membatalkan pejodohannya dengan Hari. Sebenarnya, pria itu sudah memiliki satu rencana tersendiri. Ia bisa membawa Eunbi untuk dikenalkan sebagai calon istrinya, lagipula mereka memang sudah menikah. Meskipun hanya kawin kontrak. Tapi ia juga tahu sikap Song Hari. Ia tahu luar dalam soal gadis itu, ia takkan mungkin dengan mudah membiarkan Jaehyun memutuskan pertunangan, apalagi perjodohan mereka. Ia terlalu mengenal Song Hari seperti ia mengenal dirinya sendiri. Gadis itu terobsesi dengan dirinya, ia bahkan takkan segan menyingkirkan siapa saja yang menghalangi langkahnya untuk mendapatkan apa yang ia mau. Jaehyun sendiri mulai sadar akan sikap obsesi Song Hari di saat keduanya berumur lima belas tahun. Iya, Hari juga Jaehyun memang sudah mengenal sejak kecil. Keduanya bahkan pernah berteman begitu baik saat kecil sampai mereka menginjak usia empat belas tahun. Dulu sewaktu Jaehyun dan keluarganya masih tinggal satu rumah dengan sang Kakek, ia menjadi tetangga dekat keluarga Song. Maka tidak heran jika Jaehyun kecil bisa berteman baik dengan Hari saat itu, bahkan waktu Jaehyun kecil lebih banyak dihabiskan bersama Song Hari daripada bermain bersama teman sebayanya yang lain pada saat itu. Sebenernya bukannya Jaehyun yang tidak mau bergaul atau membuka diri dengan anak lainnya, hanya saja si gadis Song selalu menempel padanya dan memintanya untuk hanya bermain bersama dirinya saja. Bahkan pernah saat itu Hari melabrak seorang anak perempuan di depan Jaehyun saat ia tahu jika Jaehyun tengah bermain bersama anak lain. Gadis yang dulunya selalu berambut pendek itu tidak segan mendorong tubuh anak perempuan lainnya dan berteriak. Mengatakan jika tidak ada yang boleh bermain bersama Jaehyun selain dirinya. Dan karena hal itu pulalah banyak anak-anak pada saat itu menjauhi Jaehyun dan enggan bermain dengannya meski Jaehyun sendiri berusaha untuk bergabung. Jika dulu Jaehyun yang tidak dapat bermain bersama anak-anak lainnya maka kini justru anak-anak tersebut yang menjauh dengan sendirinya karena Song Hari. Karena alasan itu pulalah Jaehyun masih belum bisa membatalkan perjodohannya sekalipun ia telah menikah dengan Kwon Eunbi. Ia tentu tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk menimpa Kwon Eunbi. Meski ia belum memilki perasaan apapun dengan wanita itu, tapi anak dalam kandungannya lah yang membuatnya khawatir. Bagaimana pun, wanita itu mungkin benar-benar tengah mengandung buah hatinya. Lagipula, Jaehyun bukan pria se berengsek itu untuk mengorbankan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri. Terlalu berlebihan memang untuk dikatakan mengorbankan, tapi Jaehyun tahu jika ia benar-benar membawa Kwon Eunbi untuk ia jadikan alasan guna membatalkan perjodohan, maka Song Hari takkan segan untuk mencelakai wanita itu. Dan tentunya Jaehyun tidak ingin hal itu terjadi, ia harus memikirkan cara lain. Cara yang lebih halus namun tetap ampuh juga mematikan. "Aishh," Jaehyun menggerutu sebal sembari mengacak rambutnya sendiri dengan agak kuat. Ia kembali mendudukan diri di sofa sambil menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara kasar. "Bagaimana caranya aku memutuskan perjodohan konyol itu? Aku benar-benar tidak bisa menikah dengan Hari." Otak Jaehyun terputar keras, mencoba mencari cara sampai kemudian satu suara dari ponselnya mengalihkan fokusnya lebih dulu. Dering ponsel mengalihkan fokus Jaehyun. Dalam layar panggilan tertera nama Song Hari di sana sebagai pemanggil, pria itu membiarkan panggilan itu hingga beberapa kali. Rasanya ia benar-benar sedang malas untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Song Hari. Sebenarnya Jaehyun selalu bersikap seperti itu jika menyangkut soal Hari. "Ada apa?" tanya-nya dingin. Jaehyun diam saat ia mendengar suara Hari dari seberang panggilan. "Tidak, bisakah kau pergi sendiri? Aku sibuk," jawab Jaehyun tegas. Ada jeda beberapa saat untuk Jaehyun diam mendengar sahutan Song Hari dari ujung panggilan, sampai kemudian pria bermarga Han itu menarik nafas frustasi diiringi u*****n tanpa suara dari dirinya. "Baiklah, kita bertemu di perusahaanku. Di studio lima. " Tanpa berpamitan atau menunggu persetujuan, Jaehyun segera mengakhiri panggilannya dengan Song Hari. Pria itu sejenak berdiam diri sebelum kemudian menghela nafas kasar lagi dan beranjak menuju kamarnya untuk bersiap. Dengan bergegas, pria itu beranjak turun dengan agak tergesa. Kaki panjangnya ia bawa bergegas melangkah ke arah mobilnya yang terparkir di pelataran rumah miliknya. Butuh waktu sekitar sepuluh menit bagi Jaehyun mengendari mobil miliknya dengan kecepatan sedang sampai mobil hitam miliknya kini sudah terparkir apik di depan area parkir perusahan. Dengan gerakan malas Jaehyun melangkah keluar dari dalam mobil, pria itu lebih dulu diam di samping mobilnya berpikir sekali lagi haruskah ia benar-benar menemui Song Hari atau tidak. Pada akhirnya Jaehyun kembali melanjutkan langkah, ia menyapa dengan ramah beberapa karyawan ataupun artis-artis yang tanpa sengaja berpapasan dengannya. Pria bermarga Han itu memasuki lift dengan santai, baru saja Jaehyun akan memencet tombol pada lift seseorang lebih dulu menyelipkan satu kakinya di antara pintu lift. Dengan setumpuk dokumen dan berkas yang ada di dekapan, Jihoon masuk ke dalam lift yang sama dengan Jaehyun. Pria bermarga Lee itu terlihat kerepotan hingga tidak sadar jika ada Jaehyun di sana. Ia baru menyadari atensi pria itu saat Jihoon berbalik, hendak berterima kasih saat Jaehyun membantunya memencet tombol lift. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jihoon penasaran. Sebelumnya memang Jaehyun sempat mengatakan pada Jihoon jika ia mungkin akan mengambil cuti hari ini dan menyerahkan jadwal take vocal padanya. "Ada urusan," sahut Jaehyun dengan nada malas. Jihoon tertawa, ia sudah cukup hafal dengan karakteristik seorang Han Jaehyun. Ia hanya akan bersuara malas pada dua hal, pertama saat ia tengah kesal dan kedua saat ia dipaksa melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan. Dan Jihoon juga bisa menyimpulkan jika saat ini Jaehyun tengah mengalami keduanya, hanya ada satu nama di kepala Jihoon yang bisa sampai membuat Jaehyun merasa demikian saat datang ke kantor. Omong-omong, bagaimana Jihoon bisa berpikir demikian? Karena menurut penglihatan seorang Lee Jihoon, selama hampir tiga tahun ia bekerja sama dengan Han Jaehyun. Pria itu selalu terlihat bersemangat tiap datang ke Kantor. Memang Jaehyun itu orangnya agak menyebalkan di beberapa kesempatan, tapi ia akan terlihat begitu tekun juga semangat saat bekerja. Terlebih saat ada projek rekaman ataupun pembuatan lagu baru, meski harus terjaga semalaman tapi Jaehyun tidak pernah sampai terlihat semalas beberapa saat yang lalu. Hal itu hanya akan terjadi jika ada hal yang berkaitan dengan dirinya dan Song Hari. Begitu sepengetahuan Lee Jihoon. Jaehyun tiba di studio lima dan di dalam studio sudah ada Hari yang tersenyum menyambutnya. Wanita itu menggerai rambut panjang lurus yang membuat penampilannya sedikit berbeda dari biasanya. "Ada apa?" tanya Jaehyun tanpa basa-basi. "Aku membawakanmu oleh-oleh. Ibu baru saja kembali dari Perancis, ah sekalian aku ingin mengajakmu berjalan-jalan mumpung musim gugur belum terlalu dingin, mau 'kan?" Meski Hari mengatakan semua itu dengan ceria, tapi tanggapan yang ia dapatkan dari pria di hadapannya bisa dibilang cukup mengecewakan. "Aku sibuk. Aku harus melakukan rekaman untuk peserta didik yang akan debut," kilah Jaehyun. Sebenarnya, itu hanya alasan agar ia bisa terbebas dari Hari. "Ada Jihoon yang akan menggantikanmu. Ayolah, mau ya," mungkin jika orang lain melihat Hari yang saat ini tengah melakukan aegyo, maka dengan cepat akan mengiyakan ajakam gadis itu. Namun lain hal untuk berlaku bagi seorang Han Jaehyun. Pria itu sudah kebal dengan segala macam bentuk rayuan si gadis Song. Lagipula ia sudah paham betul bagaimana perangai gadis itu yang sebenarnya. Ia tidak terlihat seperti apa yang orang lain lihat, tapi tidak juga seperti apa yang orang lain pikirkan. Setidaknya itu menurut Han Jaehyun. "Tidak. Kau hanya memintaku datang menemuimu karena ada hal penting, katakan apa itu." Hari mendengkus, ia menyilangkan dua tangannya di depan tubuh dengan bibir mengerucut saat lagi-lagi Jaehyun bersikap dingin padanya. "Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan, sudah lama kita tidak keluar berdua. Lagipula, kau itu jarang sekali punya waktu berdua denganku, aku ini tunanganmu, loh." Jaehyun memalingkan wajah sembari menghembuskan nafas malas, ia memang tidak menyukai Song Hari tapi ia juga tidak bisa melihat wanita dengan ekspresi sedih. Jaehyun mengakui ia lemah dengan itu, sekalipun itu adalah Song Hari. Melihat wanita dengan ekspresi sedih membuatnya jadi teringat akan sang Ibu. Setelah perdebatan dengan hati juga pemikirannya sendiri, maka di sinilah Jaehyun dan Song Hari Pada akhirnya. Taman pinggir kota. Dengan terpaksa Jaehyun menuruti keinginan Hari untuk menemani gadis itu berjalan-jalan, keduanya berjalan pelan di antara banyaknya pohon dengan daun yang mulai menguning dan gugur, juga dengan Hari yang bergelayut manja di lengan Jaehyun sembari sesekali menyenderkan kepalanya di bahu pria itu. "Lihat, daunya berwarna jingga. Cantik bukan," ujar Hari riang sembari menunjuk beberapa pohon di sekitar mereka. Deheman kecil jadi respon Jaehyun kemudian, beberapa kali ia mencoba untuk menyingkirkan kepala si gadis Song dari bahunya meski ia terus saja menempel kemudian. Lelah, pada akhirnya Jaehyun membiarkan Hari bersandar pada bahunya, ia lebih memilih untuk menikmati pemandangan sekitar dalam diam. Matanya sibuk menjelajah sekeliling, berusaha mengurangi rasa bosan mendengar ocehan Song Hari yang serasa tiada habisnya bagi Jaehyun. Sampai kemudian tanpa sengaja mata bulat Jaehyun menangkap sekerumun orang yang berada tidak jauh dari mereka. Beberapa dari mereka terlihat seperti staff dan para kru yang tengah melakukan rekaman. Apa tengah ada syuting atau semacamnya? Mencoba memperjelas pandangan, mata Jaehyun menyipit, mata pria itu menajam begitu netranya menangkap sosok tidak asing di antara kerumunan orang tersebut. Meski belum terlalu yakin, tapi Jaehyun merasa familiar dengan sosok mungil dengan mantel berwarna coklat selutut yang ia kenakan. Wanita itu terlihat seperti Kwon Eunbi. Tapi apa benar ia adalah Eunbi? Atau hanya Jaehyun yang salah lihat?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN