Bab 7 : Kekasih Pura-pura

1338 Kata
"Cut!" seruan itu terdengar seiring dengan Jinwoo yang melakukan adegan terakhir untuk syuting iklan yang telah dilakoninya. "Kerja bagus semuanya, terima kasih untuk hari ini!" ucap sang sutradara sambil bertepuk tangan. Dengan gesit Eunbi menghampiri Jinwoo, ia mengelap dahi pria itu yang sedikit berkeringat dengan tissue. Menyadari si wanita Kwon yang terlihat kewalahan untuk mengelap dahinya karena tinggi badan mereka yang agak jauh, Oh Jinwoo justru terkekeh kecil. Pria itu masih memperhatikan Eunbi sesaat sebelum kemudian ia mengambil beberapa lembar tissue baru dari wanita itu dan mengelap dahinya sendiri. "Biar aku saja," katanya lembut. Eunbi mengangguk kaku. Tak lama, wanita itu menyodorkan satu botol minuman isotonik tepat di depan Jinwoo. "Minumlah, kau pasti haus." Tanpa menunggu dua kali, Jinwoo segera menerima kemudian menenggak minuman tersebut. Sebenarnya ia tidak terlali haus, tapi karena itu dari Kwon Eunbi maka ia akan meminumnya. Jinwoo sendiri tidak tahu kenapa ia bisa melakukan hal itu, ia hanya merasa jika dirinya senang menerima apapun bentuk perhatian dari Eunbi. Yah, meskipun hal itu terhitung wajar karena ia yang bertugas sebagai asisten pribadinya sekarang. Tapi entah kenapa bagi Jinwoo itu terasa berbeda. Ia terlalu sulit untuk menjelaskan perasaanya sendiri karena sebenarnya ia juga tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan. "Terima kasih," katanya sembari mengusak surai Eunbi lembut.  Pria itu tidak tahu jika tindakan kecilnya itu mampu membuat wajah Eunbi jadi semerah tomat juga degub jantungnya yang mulai menggila dengan perlahan. "Jinwoo-ssi, bisa kemari sebentar?" teriak Sutradara yang di-iyakan dengan cepat oleh Jinwoo. Eunbi menghembuskan nafas lega begitu Jinwoo berlalu ke arah sutradara. Wanita itu menarik juga menghembuskan nafas beberapa kali, mencoba menetralkan detak jantungnya yang masih saja seperti alunan musik disko juga wajahnya yang masih saja terasa panas. "Lebih baik aku membeli sesuatu yang dingin, huaaa wajahku panas sekali," gumamnya sembari menangkup pipi dengan dua telapak tangannya sendiri. Eunbi telah sampai di salah satu minimarket dekat lokasi syuting. Dengan langkah pelan wanita itu menyusuri jejeran lemari pendingin dengan berbagai macam jenis minuman di sana. Ia meletakan jarinya di dagu, memasang pose berpikir untuk memilih minuman mana kiranya yang akan ia beli. "Apa yang kau lakukan di sini?" Eunbi berjingkat keget begitu suara berat dan dingin mengejutkan dirinya dari arah kanan tempatnya berdiri. Ia menoleh dengan cepat dan mendapati Jaehyun ada di sana tengah melihatnya dengan wajah dingin. Entah sejak kapan Pria itu sudah berdiri di samping Eunbi. Tangannya terlipat di depan dadda, juga tatapannya yang datar tanpa ekspresi membuat Kwon Eunbi merasa seperti tengah diinterogasi. "Aku, aku akan membeli minuman," jawab Eunbi gugup. Dengan gesit wanita itu membuka lemari pendingin di sampingnya dan mengambil satu minuman dengan asal. "Kau yakin akan meminum itu?" tanya Jaehyun dengan alis mengkerut, menyadari ekspresi si Pria yang terlihat aneh membuat Eunbi turut menolehkan kepalanya. Wanita itu menelan ludah, ia meringis tatkala sadar jika minuman yang ia ambil adalah bir dengan kadar alkohol yang cukup bisa membuatnya mabuk dalam sekali teguk mengingat betapa payahnya toleransi alkohol yang ia miliki. Eunbi mengembalikan botol minuman itu ke tempat semula. Ia segera mengambil satu kotak s**u pisang juga strawberry di rak bagian atas sebagai gantinya.  Wanita itu segera beranjak meninggalkan Jaehyun dan berjalan ke arah kasir untuk membayar barang belanjaanya. Sesekali ia melirik ke arah belakang dengan ekor mata, dimana ada Han Jaehyun yang tengah berjalan santai ke arahnya dengan beberapa bungkus snack dalam genggaman.  Brukk! Jaehyun meletakan beberapa bungkus snack yang dibawanya dan ia gabungkan dengan belanjaan milik Kwon Eunbi. "Gabungkan semuanya tolong," kata Jaehyun santai. Eunbi menoleh ke arah Pria itu, namun Jaehyun terlihat tidak memperdulikan dirinya. "Tolong pisah saja," ujar Eunbi cepat. "Aku yang akan bayar," potong Jaehyun kemudian. Ia mengeluarkan kartu dari dalam dompetnya dan menyerahkannya ke arah kasir yang telah selesai dengan barang belanjaan mereka. Setelah membayar, tanpa mengatakan apapun pria itu menggeret Eunbi keluar. Membawanya ke arah mobil hitam miliknya sebelum menancap gas kemudian melesat pergi dari sana. "Apa yang kau lakukan?! Aku mau di bawa kemana, yak!" Eunbi berteriak nyaring. Namun seakan tuli, Jaehyun tidak mengindahkan apa yang wanita itu ucapkan. Ia masih saja menancap pedal gas, memacu mobil hitamnya yang mulai menjauhi lokasi sekitar. "Ya! Han Jaehyun, apa yang kau lakukan? Aku mau dibawa kemana?!" kembali Eunbi bertanya. Wanita itu terus berusaha membuka pintu mobil berkali-kali, tapi sayang saja Jaehyun telah mengunci mobil tersebut. "Ya! Kau tuli atau bagaimana? Kau mau membawaku kemana?!" lagi-lagi Eunbi berteriak. Tapi reaksi Jaehyun masih sama, diam dan mengacuhkan wanita itu. Pada akhirnya Eunbi diam, wanita itu memberengut sembari menatap ke arah luar. Ia mendengkus, kemudian meraba tas yang ada di pangkuannya untuk mencari ponsel miliknya guna mengabari seseorang. Benar, dia adalah Oh Jinwoo. Ia harus mengabari pria itu dan juga Jiah, dirinya harus membuat alasan yang terdengar cukup masuk akal agar bisa meyakinkan keduanya atas tindakan yang Jaehyun lakukan padanya saat ini. Belum sempat Eunbi mengirim pesan, Jinwoo sudah menghubunginya lebih dulu. Eunbi sempat melirik ke arah Jaehyun yang juga mencuri-curi pandang ke arahnya, ia sedikit ragu untuk menerima panggilan. "Angkat saja, aku tak akan berisik," katanya seolah mengerti isi pikiran Eunbi. "Hallo," buka si wanita Kwon lebih dulu. "Eunbi-ssi, kau ada di mana?" suara Jinwoo teedengar panik dari seberang panggilan. "Maafkan aku. Tiba-tiba saja aku ada sedikit urusan mendadak, jadi aku pulang lebih dulu. Maaf tidak memberitahu," kata Eunbi membuat alasan, ia berharap agar Jinwoo mempercayai apa yang ia katakan. Sempat terjadi jeda beberapa saat sampai kemudian teedengar helaan nafas Jinwoo dari seberang panggilan. "Baiklah kalau begitu, aku hanya khawatir. Yasudah, ku tutup dulu ya. Jangan lupa menghubungiku malam nanti." Panggilan terputus. Eunbi menghela nafas lega begitu Jinwoo percaya akan alasan yang ia buat. Atensinya tertarik ke arah pria di sampingnya begitu ia berdehem beberapa kali. "Sebenarnya apa yang kau mau? Kau bilang untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain, tapi kau sudah dua kali mencampuri urusanku Tuan Han."  Eunbi sengaja mengucapkan marga Jaehyun dengan nada menekan, ia hanya ingin agar pria itu sadar jika dirinya benar-benar sedang merasa kesal. "Aku hanya ingin meminta bantuanmu kali ini," sahut Jaehyun tanpa mengalihkan fokusnya dari jalanan. Alis Eunbi menukik, ia menatap Jaehyun dengan tatapan menyelidik.  "Bantuan apa?" "Berpura-puralah menjadi kekasihku," ujar Jaehyun lirih.  Eunbi sama sekali tidak memberikan reaksi apapun setelah telinganya mendengar apa yang baru saja Jaehyun katakan. Wanita itu hanya diam dengan mulut sedikit terbuka juga matanya yang kini terlihat kian bulat karena terkejut. Ia tidak salah dengar 'kan? Han Jaehyun memintanya untuk menjadi kekasih pura-pura, benar begitu?  Wanita itu masih saja memamerkan ekspresi terkejutnya yang terlalu kentara untuk disembunyikan. Alih-alih menjawab apa yang baru saja dikatakan Jaehyun, Eunbi justru berpikir mungkin saja pria itu sempat terbentur di suatu tempat sampai membuatnya mengucapkan sesuatu yang menurutnya cukup melantur. Jaehyun yang belum juga mendapat jawaban dari wanita di sampingnya sempat melirik ke arah Kwon Eunbi sebentar sebelum kemudian ia menepikan mobilnya. Pria itu menoleh ke arah Eunbi, ia mengamati dengan lekat juga mengernyitkan dahi saat si wanita justru tengah melihatnya dengan ekspresi aneh. "Ada apa dengan ekspresimu itu?" tanya Jaehyun pelan. "Apa kepalamu baru saja terbentur?" bukannya menjawab apa yang baru saja dipertanyakan Jaehyun, Kwon Eunbi justru balik bertanya. "Tidak. Aku yang harusnya…," Perkataan Jaehyun terpotong begitu Eunbi lebih dulu mendahului ucapannya. "Lalu apa kau mabuk?" Pertanyaan Eunbi membuat Jaehyun berdecak, pria itu kemudian kembali menyalakan mesin mobilnya tanpa berniat menjawab Kwon Eunbi yang kini sudah kembali cerewet menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada pria di sampingnya. "Diamlah! Hanya itu cara satu-satunya supaya aku bisa terbebas!" seru Jaehyun yang mulai merasa jengah. Eunbi terkejut di tempatnya, tapi bukannya mundur wanita itu justru kembali bertanya pada Han Jaehyun. "Terbebas? Apa maksudmu?" Jaehyun menghembuskan nafas berat, ia menggeleng sejenak kemudian berucap. "Kau akan tahu nanti. Yang jelas saat ini aku memerlukan bantuanmu, aku mohon untuk kali ini bersikaplah kooperatif dan ikuti saja arahan ku." Pada akhirnya Eunbi diam, ia bisa merasakan hawa-hawa keseriusan menguar dari balik diri Jaehyun. Dan jujur saja itu cukup mengerikan bagi Eunbi. "Lalu kau akan membawaku kemana?" "Ke rumah Orang Tua ku. Diam dan jangan protes, turuti saja aku dulu nanti kau akan tahu," cegah Jaehyun saat ia rasa Eunbi akan mengeluarkan aksi protesnya lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN