Lagi-Lagi Dia!

1372 Kata
“Mika mika mikacuuuuu, aku rindu padamu.” Teriak Auris saat Mikayla baru turun dari mobilnya. “Auri ... stela,” ucap Mika tak kalah heboh. “Sahabatku yang selalu harum mewangi. Aku juga merindukanmu.” Keduanya berpelukan seolah-olah sudah berabad-abad tidak bertemu. Padahal hanya satu minggu tidak bertemu namun tetap intens melakukan panggilan video setiap malam. “Tumben nggak dianter sama Ayah?” “Lagi sibuk, nggak bisa anterin aku.” “Gimana liburan kamu? kayaknya ada yang makin dekat sama bujang Jakarta.” “Ya, gitu deh.” Mikayla berjalan masuk ke dalam rumah Auris tanpa menunggu yang punya. “Ceritakan detailnya coba?” “Kapan-kapan aja lah. Aku lagi nggak suka cerita soal Zayden.” Auris memeluk lengan Mika agar badan keduanya saling menempel. “Lagi berantem sama Mas Pacar?” tanyanya dengan berbisik. “Husstt, jangan keras-keras nanti kalau ada yang dengar bahaya!” tegur Mikayla. “Tenang saja. Mommy dan Daddy ada di ruang makan. Sementara Aurell masih berada di dalam kamarnya.” “Tetap saja tidak boleh membicarakan soal itu.” “Iya, iya mikacu. Maafkan daku ...” Auris terkekeh melihat wajah cemberut sahabatnya. Dia paling suka ketika berhasil menggoda Mikayla. Mika berkunjung ke rumah Ace dan Nala dengan membawa sup rempah buatan Bundanya. Group chat yang dimiliki Nala, Malika dan Arumi masih bertahan sampai sekarang. Mereka selalu berbagi kabar setiap hari. Seperti kemarin, Nala mengatakan pada kedua sahabatnya jika suaminya sedang sakit. Jadi, Malika yang tinggal di Jogja mengutus Putrinya membawakan sup rempah yang terbukti manjur untuk meredakan flu dan batuk. “Terima kasih, Sayang.” “Sama-sama, Daddy. Semoga lekas sembuh agar bisa kembali beraktivitas lagi.” Setelah menyapa Ace dan juga Nala, Mika bergegas ke kamar Auris. Disana dia akan bergosip ria sambil menunggu sahabatnya bersiap. Aurell datang dengan senyum mengembang sebelum Mika membuka pintu. Keduanya saling menyapa sambil berpelukan. “Kirain Kak Mika langsung ke mall?” “Rencana Awalnya sih gitu, Dek. Karena, Bunda titip sup rempah buat Daddy jadinya mampir ke sini dulu.” Aurell memeluk lengan Mika, mengajaknya masuk ke dalam kamar sang kakak. “Malah bagus kalau mampir ke sini dulu, Kak. Jadi, kita bisa membahas berita-berita K-Pop yang sedang hits.” “Akhir-akhir ini aku sibuk sekali dengan berbagai macam les yang harus aku ikuti. Kurang ada waktu buat nge-drakor sambil scroll reals.” “Pantas saja kalau di chat balesnya lama.” “Aku mulai pegang ponsel setelah jam 7 malam. Sejak pagi hingga sore sibuk sekolah lanjut les. Mau balas chat takut keterusan. Soalnya, kalau sudah asyik main ponsel malas mau belajar.” “Kak Mika mah siswi teladan nggak kayak aku,” ucap Aurell. “Kamu bisa saja,” jawab Mika. “Ini yang punya kamar kemana? Sejak tadi nggak nongol-nongol.” “Palingan juga lagi cari barangnya yang ke selip. Kayak nggak tahu saja keteledoran Kak Auris yang sudah mencapai batas mengkhawatirkan.” Keduanya tertawa bersama saat membicarakan si empunya kamar. Auris sendiri yang mengajak berangkat jam sembilan karena ingin berkeliling Jogja dulu. Namun, kini sudah jam sembilan lebih dia masih belum siap. Sedangkan yang diajaknya sudah lelah menunggu sejak tadi. *** “Maaf ya, Lice. Kami datangnya agak telat,” ucap Auris saat baru saja sampai di mall. “Tidak masalah, Ris. Aku juga baru sampai.” Alice mengangguk saat melihat Mikayla dan Aurell tersenyum padanya. Ternyata benar dugaannya, keduanya sangat ramah dan cantik. Tidak nakal seperti yang diceritakan oleh Auris. “Alice teman barunya Auris ya?” tanya Mikayla. “Iya, Kak.” Mika terkekeh mendengar dirinya dipanggil kakak. “Aku ini masih kelas 3 SMA. Jangan panggil Kakak, dong.” “Eh ... maaf. Aku enggak tahu.” “Santai saja Alice.” “Kita saling panggil nama saja ya biar tidak canggung.” “Boleh,” jawab Alice. Diperlakukan dengan baik oleh Mikayla membuatnya tidak setegang tadi. Dia kini sudah berani banyak bicara seperti saat bersama dengan Auris. Aurell seorang pecinta mie tidak akan melewatkan kesempatan jika sang kakak mentraktirnya. Dia langsung memesan dua mangkuk sekaligus dan juga mengambil tempura hingga dua piring. Jika, Auris dan Mikayla tidak kaget dengan kelakuan adik kecil mereka. Beda dengan Alice, dia keheranan melihat gadis berbadan kecil memesan banyak sekali makanan. “Kak, mau tambah saus apa enggak?” tanya Aurell pada kakaknya. “Boleh, jangan banyak-banyak. Kita sedang tidak boleh makan pedas sama Mommy.” Auris berjalan ke arah meja dengan membawakan nampan milik Aurell. “Gara-gara makanan milik Aurell kita harus minta ekstra meja,” ucap Mika dengan terkekeh. Selalu saja begitu jika sedang jalan-jalan ke mall mengajak serta si kecil kesayangannya. “Memangnya Aurell bisa menghabiskan semua pesanannya?” “Tentu saja,” jawab Auris dan Mika berbarengan. Setelah itu, keduanya tertawa terbahak. “Bisa-bisa dia tambah satu mangkuk lagi sebelum pulang,” tambah Auris. “Masih muat perutnya?” “Alice, mulai dari sekarang kamu harus terbiasa melihat si perut karung itu makan ketika jalan-jalan bersama. Aurell itu suka sekali dengan berbagai macam mie jadi tidak akan puas jika belum makan banyak,” terang Mikayla. Alice mengangguk. Dia memulai menyantap Beef Curry Udon dan Ebi Tempura yang sudah dipesannya. Sementara Auris dan Mikayla hanya memesan Kakiage, Chicken Katsu dan Matcha Soft Ice Cream karena perutnya masih kenyang. Jangan tanya Aurell sedang apa! Dia kini sedang sibuk mengambil kremesan, cabai, saus dan juga kecap. “Eh ... bukannya itu Kak Raja?” Mika menunjuk ke arah belakang Auris. “Iya, Rajata,” jawab Alice. Dia duduk bersebelahan dengan Mika membuatnya mudah melihat orang yang tengah dibicarakan. “Dengan siapa dia?” “Pacarnya lah siapa lagi, Lice. Hari libur jalan ke mall berdua Laki-Laki dan Perempuan kalau bukan pacar ya gebetan.” Mika sengaja memanas-manasi sahabatnya yang sok cuek. Alice tersenyum mengedipkan sebelah mata pada Mika. “Jangan-jangan Perempuan itu yang bernama Ciara!” “Ciara?” tanya Mika. “Iya, Mika. Dia itu gebetan barunya Raja. Satu kampus kok sama aku dan Auris.” “Wow ... luar biasa syekalee.” Mika menatap jahil ke arah Auris. “Kamu nggak ingin menoleh ke arah belakang, Auri ... Stela?” “Tidak! buat apa?” Sebelum Mika kembali menjawab. Aurell datang dengan sedikit berlari. Dia pasti sudah melihat Rajata karena baru saja melewatinya. “Ada Kak Rajata di sana,” tunjuknya dengan heboh sampai yang dibicarakan mendengar. “Sama cewek cantik. Tapi masih cantikan Kak Auris sih!” Mika dan Alice menepuk jidat bersamaan. Aurell sama sekali tidak bisa memelankan suaranya. Sikapnya juga sangat terang-terangan ketika membicarakan Perempuan yang bersama Rajata. “Adek!” seru Auris. “Duduk! Malu diliatin banyak orang.” “Tapi, itu ada Kak raja.” “Sudah biarkan saja. Nggak penting juga dia ada ataupun tidak.” Mendengar kalimat Auris yang berubah ketus. Aurell langsung diam seribu bahasa karena kakaknya sudah mode buas. Mika dan Alice mengubah topik pembicaraan. Mereka berdua mulai membicarakan film yang akan ditonton setelah makan mie udon. Aurell setuju saja dengan hasil rapat ketiga kakaknya mengenai film yang akan ditonton. Dia masih sibuk memakan berbagai macam menu pesanannya. “Hai, Auris,” sapa Presdir BEM yang bernama Brian. “Boleh aku bergabung?” Auris kaget melihat Presdir BEM Univ di kedai mie udon. Apalagi dia langsung minta ijin bergabung satu meja dengannya. “Boleh, Kak. Tapi, kursinya tidak ada.” “Tenang saja. Aku sudah minta sama Mas-Masnya.” Mikayla mengangkat kedua alisnya ke arah sahabatnya. Dia sangat kepo dengan Laki-Laki tampan yang kini duduk di sebelahnya. “Kak Brian sendirian?” “Iya, Auris. Rencananya mau beli sepatu. Karena belum sarapan jadi mampir dulu ke Marugame Udon. Kebetulan bertemu denganmu di sini.” “Oh ...” Auris membulatkan mulutnya. “Kenalkan, Kak. Dia Adikku, namanya Aurell. Kalau di sebelah Kakak, Namanya Mikayla dan juga Alice.” Brian orangnya sangat ramah dan mudah sekali bergaul. Dia langsung mengajak berkenalan para sahabat Auris. “Maaf, ya. Saya jadi mengganggu kalian.” “Tidak kok, Kak. Santai saja,” jawab Mika. Dia melihat ke arah meja Rajata. Laki-Laki yang sudah tergila-gila dengan sahabatnya sejak kecil. Saat ini juga menatapnya dengan tatapan datar. Mika mengambil ponselnya yang ada di dalam tas kecilnya. Dia memiliki firasat buruk pada nasib sahabatnya. Mika Mikacuuu “Gawat, Ris. Sebentar lagi akan ada perang dunia!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN