Prince And Princess

1416 Kata
Ospek hari terakhir yang diikuti MABA baru di kampus mengharuskan mereka memakai kemeja putih dan bawahan hitam. Setelah penutupan oleh anggota senat, panitia ospek akan mengumumkan dua MABA yang terpilih menjadi Prince dan Princess tahun ini. Penilaian berdasarkan polling terbanyak dari Senior kampus yang mengisi survey. Masing-masing Fakultas mengirimkan tiga foto MABA Perempuan dan Laki-Laki yang menurut mereka paling cantik dan tampan. Setelah itu, tugas BEM Universitas menyebarkan survey pada Mahasiswa senior di kampus. Bagi MABA yang mendapatkan nilai terbanyak akan terpilih menjadi Prince dan Princess. Keduanya akan mendapatkan hadiah menjadi model baliho kampus selama satu semester. “Kamu pasti yang akan terpilih. Nggak mungkin aku karena mataku terlalu sipit.” Alice sangat heboh sekali menunggu pengumuman dari panitia. “Memangnya kenapa kalau mata kamu sipit? Anggota Blackpink yang bermata sipit saja banyak penggemarnya.” “Itu ‘kan Blackpink, Ris. Bukan Alice.” “Seharusnya tuh Princess dipilihnya dua orang. Biar agak rame waktu di jadikan model baliho.” “Ya, enggak bagus. Masak nanti Prince satu sedangkan Princess ada dua.” “Justru makin bagus, Lice. Jaman sekarang ‘kan lagi booming tuh ‘Bojo Loro’ haha ...” Alice menarik kedua pipi Auris saking gemesnya. Sejak selesai acara penutupan ospek oleh pihak senat kampus. Auris terus mengajaknya bercanda disaat dirinya sedang serius. “Ngapain juga punya istri dua? Satu saja engap banget.” “Kok bisa engap sih? Memangnya pada ngapain?” “Enggak tahu juga. Itu sih yang selalu Kakak aku bilang kalau istrinya sedang ngambek.” Alice dan Auris itu sama-sama polos kebangetan. Jadinya, sering kali obrolan mereka agak aneh. “Kakak Ipar kamu suka ngambek?” Alice mengangguk. “Hanya dengan suaminya. Kalau sama aku sih baik banget.” “Sama dong, Mommy juga sering ngambek sama Daddy. Kalau sama Aku dan Adek jarang sekali meskipun kami berdua suka bikin huru-hara di rumah.” “Kata Kakak tuh jika Suami-Istri sering bertengkar itu tandanya harmonis.” Auris mengangkat kedua alisnya. Dia merasa aneh dengan ucapan sahabatnya. “Harmonis kok bertengkar sih?” “Nah itu, aku juga agak bingung. Mungkin juga pasangan Suami Istri punya cara sendiri untuk membuat rumah tangga mereka harmonis. Contohnya, Kakak aku. Sering bertengkar akan semakin harmonis. Soalnya, setelah bertengkar akan kembali sayang-sayangan,” terang Alice dengan terkekeh. “Lumayan aneh tapi kisah nyata.” Auris ikut terkekeh mendengar cerita dari sahabatnya. Saat kedua gadis itu asik mengobrol. Suara MC terdengar kembali setelah istirahat sejenak. Dia mengatakan jika sudah mengantongi dua nama yang terpilih menjadi Prince dan Princess. Semua MABA yang ada di Auditorium sangat antusias mendengarkan. Mereka bahkan meminta agar MC mempercepat pembacaan nama pemenang. “Sudah siap mendengarkan siapa yang terpilih menjadi Prince dan Princess tahun ini, Adik-Adik?” “Siap, Kakak ...” Suara teriakan para MABA membuat gedung Auditorium menjadi ramai. “Baiklah, tanpa berlama-lama saya akan membacakan nama yang sudah tertulis di kertas ini,” tunjuknya pada selembar kertas yang dipegangnya. “Prince and Princess of the year, jatuh kepada ...” Suara musik organ tunggal membuat semua orang semakin penasaran. Apalagi MC kembali menggantung kalimatnya. “Adalah ...” Lagi-lagi ketua Organisasi Radio Kampus menggantung kalimatnya. Membuat para peserta ospek bertambah penasaran. “Selamat Rajata dan Auristela, kalian terpilih menjadi Prince and Princess of the year.” Suara sorak para MABA saling bersahutan ketika Raja dan Auris maju ke depan. Keduanya berjalan beriringan bak Pangeran dan Putri sungguhan. Membuat iri semua orang yang melihatnya. Sebelum naik ke panggung, Raja mempersilahkan Auris naik lebih dulu. Perlakuan Rajata membuat kedua pipi gadis itu memerah. Jangan tanya bagaimana reaksi para Perempuan yang melihat perlakuan manis Raja! Mereka langsung meneriakkan nama Rajata semakin lantang. “Selamat ya, Auris. Kamu memang pantas mendapatkan gelar Princess of the year.” Presiden BEM universitas memberikan ucapan selamat pada Auris setelah memberikan selempang. “Terima kasih, Kak.” Auris bersikap biasa saja karena dia sama sekali tidak tertarik dengan Presdir BEM Univ yang menjadi idola para MABA karena ketampanan dan kepintarannya. Selain itu, sikapnya sangat sopan dan ramah tidak seperti Yoga. “Tidak usah kecentilan,” bisik Rajata ketika Auris masih menyunggingkan senyum manis. Gadis itu langsung melirik tajam ke arah Raja. “Ngomong apa sih?! Gak usah aneh-aneh deh!” Tanpa mau menghiraukan gerutuan dari Auris. Rajata langsung menarik lengan gadis itu agar bergegas turun dari panggung. Keduanya diminta menuju ke belakang panggung oleh panitia. Sepanjang jalan, genggaman tangan Raja tidak mau lepas membuat Auris semakin mengerucutkan bibirnya. “Kayak orang mau nyebrang jalan saja.” sindir Auris. “Memangnya kamu tidak melihat banyak Laki-Laki yang ada di lorong sana,” tunjuk Raja. Auris melihat ke arah yang ditunjuk oleh Raja. Memang benar banyak anggota BEM Laki-Laki dari seluruh Fakultas sedang berdiri dan juga duduk. Bisa jadi, jika Raja tidak menggenggam tangannya pasti dia sudah digoda oleh mereka. “Tidak mau mengucapkan terima kasih?” “Buat apa?” Auris menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Rajata. “Kamu sendiri yang mau bantuin. Jadinya, harus ikhlas dong.” Rajata menganggukkan kepala. Dia sangat hafal sikap keras kepala gadis yang kini ada di sebelahnya. Keduanya dijelaskan oleh Panitia jika hadiah yang didapatkan setelah terpilih sebagai Prince dan Princess kampus. Selain menjadi model baliho kampus, mereka mendapatkan plakat dan juga uang tunai senilai satu juta rupiah. *** “Besok kamu ada acara apa tidak Alice?” “Nggak ada. Palingan juga rebahan sambil nonton drakor. Kalau bosan ya main ke toko buku. Kenapa?” “Jalan-jalan ke mall, yuk.” “Boleh tuh,” jawab Alice antusias. “Hanya kita berdua?” “Nanti aku bakal ajak Adek dan Sahabat aku. Kamu jangan khawatir soalnya mereka asik semua orangnya.” “Tenang saja, meskipun agak penakut aku tipe orang yang mudah akrab dengan orang baru. Asal tidak nakal saja, hehe.” “Wah, kalau Aurell sama Mikayla bukan nakal lagi. Tapi dia tuh nenek moyangnya.” “Auris kamu jangan bohong ya. Mana mungkin Adikmu nakal! orang aku lihat dia anaknya manis dan sopan waktu kenalan kemarin.” “Itu ‘kan saat ada Mommy. Coba saja kalau nggak ada,” jawab Auris dengan terkikik geli melihat wajah cemberut Alice. “Pokoknya aku gak percaya! Aurell dan Mikayla pasti anaknya baik dan manis.” “Haha ... haha, wajah kamu biasa saja dong, Lice. Nggak usah panik begitu.” “Tuh, ‘kan. Kamu sengaja ngerjain aku.” Kedua gadis itu saling kejar-kejaran menuju ke arah gerbang kampus. Mereka tidak tahu ada seorang Laki-Laki yang mengikuti dan mendengarkan semua obrolan mereka dari belakang. Malam harinya ... “Daddy kenapa sih nggak suka Auris terpilih jadi Princess kampus?” “Siapa yang bilang Daddy tidak suka, Kak? “Wajah Daddy sejak tadi datar-datar saja. Nggak ada senyumnya sama sekali.” “Kakak, wajah Daddy sedang tertutup masker. Tidak akan kelihatan meskipun sedang tersenyum.” Auris ingin mendekati Ace namun dilarang oleh Nala. Dia hanya bisa duduk berjarak 2 meter dari Daddy nya. “Mata Daddy enggak menunjukkan kalau sedang tersenyum,” debat Auris lagi. Nala membawa Putrinya ke dalam pelukannya. “Kak, Daddy ‘kan sedang tidak enak badan. Jadi, walaupun tersenyum juga tidak seperti biasanya.” “Masak begitu sih, Mom?” tanya Auris dengan wajah sedih. Dia itu sangat sensitif sekali jika menyangkut kebahagiaan kedua orang tuanya. “Iya, Sayang. Masak tidak percaya sama Mommy?” “Auris selalu percaya sama Mommy dan Daddy.” Nala dan Ace saling berpandangan. Kedua orang tua Auris kini bertambah khawatir ketika gadis itu menjadi Princess kampus yang baru. Pastinya, akan banyak Laki-Laki yang mendekatinya. Ace adalah Ayah yang sangat posesif dengan kedua anak Perempuannya. Dia paling tidak suka jika Auris dan Aurell digoda oleh para Laki-Laki seumurannya. Sampai dia pernah berpikiran memasukkan kedua anaknya ke sekolah khusus perempuan. “Besok Auris mau jalan-jalan ke mall, Mom.” “Sama siapa saja?” “Adek, Mikayla dan juga Alice. Aku mau traktir mereka makan es krim dan mie udon sepuasnya.” “Memangnya uang satu juta cukup buat traktir para sahabatmu? Adek kalau urusan mie udon pasti akan pesan minimal dua mangkuk.” “Tenang saja, Mom. Auris masih punya sisa uang saku bulan ini. Masih sanggup beli mie udon bermangkuk-mangkuk buat adek.” “Baik sekali sih kamu, Kak. Mirip Mommy ...” Auris dan Ace tergelak saat mendengar ucapan Nala. Memang Mommy Auris itu tingkat kepercayaan dirinya sangat tinggi sekali. Tentu saja menurun pada kedua Putri cantiknya. “Jangan lupa, Mom. Selain baik, Auristela Zanna Al-Fathan adalah seorang gadis yang sangat cantik. Haha ... haha ...”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN