Malam itu selesai makan malam, Pras dan Rai bersantai di ruang tengah dengan menyaksikan acara malam yang disiarkan stasiun televisi. Mereka berdua duduk saling bersandar menikmati kebersamaan diatas sofa empuk yang menjadi tempat favorit keduanya.
"mas, aku boleh yah cari - cari info. Mudah - mudahan aja ada sekolahan yang sedang membutuhkan tenaga pengajar." pinta Rai sambil melirik wajah suami yang sedang ada dalam pelukannya itu.
"iya, boleh sayang." sahut Pras tanpa ragu, dengan pandangan masih pada layar televisi.
Wanita berwajah manis itu tersenyum senang setelah mendengar jawaban setuju dari suaminya.
"tadi seharian bikin kegiatan apa dirumah?" gantian Pras yang balik bertanya pada istrinya itu. "jenuh yah, seharian sendiri dirumah?" tanyanya lagi merasa kasihan juga pada Rai yang mungkin merasa jenuh.
Padahal awalnya sebelum memutuskan untuk pindah bersama, Pras sempat memberikan pilihan kepada istrinya itu untuk tidak ikut pindah bersamaan dengan dirinya. Sehingga Rai tidak perlu mengajukan pengunduran dirinya sebagai pengajar disekolah tempatnya bekerja saat itu.
Dia sempat berpikir untuk pindah sendiri terlebih dulu, lalu kemudian meminta istrinya menyusul jika keadaan sudah dirasa cukup nyaman. Tetapi Rai menolak, dia tetap ingin ikut pindah bersama dengan Pras. Istrinya itu tidak mau jika melakukan LDM (Long Distance Marriage) dengannya. Sehingga akhirnya disepakati mereka pindah secara bersamaan dengan segala keterbatasan waktu dan situasi saat itu.
Di kota asal mereka dulu, istrinya itu memiliki teman yang cukup banyak. Laki-laki pemilik senyum ramah itu sangat tau bahwa pergaulan istrinya itu cukup luas. Selain dilingkungan tempat Rai bekerja, bahkan perempuan manis itu juga cukup aktif berkegiatan di lingkungan rumah mereka.
Sekarang walaupun baru beberapa hari Pras jadi merasa kasihan pada istrinya itu. Ia tau pasti istrinya itu merasa sepi dan bosan saat harus sendiri ketika ditinggal bekerja olehnya.
Malam itu suasana begitu terasa sunyi dan sepi. Hanya ada sesekali suara laju kendaraan yang melaju di jalan depan kediaman mereka. Suara binatang - binatang nokturnal saling bersaut - sautan mendominasi suasana di malam itu. Suara yang sudah sangat jarang sekali dapat mereka dengar ketika tinggal di kota besar.
Waktu sebetulnya belum terlalu malam, tetapi Rai sudah merasa sangat mengantuk. Ia mengajak suaminya itu untuk pergi tidur bersama - sama.
"tidur yuk, mas!" ajak Rai pada suaminya, yang saat itu sebenarnya belum terlalu mengantuk. Tetapi acara di layar televisi pun sudah tidak ada yang menarik untuk ditonton. Akhirnya ia menyetujui ajakan istrinya itu.
"ayo," Pras menyambut ajakan istrinya itu.
Pasangan suami istri itu pun akhirnya memutuskan untuk pergi beristirahat dari segala rutinitas meraka hari ini, saat jarum jam baru saja menunjuk pukul setengah sembilan malam.
Rai pergi ke dalam kamar lebih dahulu dibanding Pras. Laki - laki itu terlebih dahulu memastikan keadaan rumah sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar. Ia mematikan beberapa lampu ruangan yang sekiranya tidak perlu untuk dinyalakan juga memeriksa semua pintu dan jendela sudah dalam keadaan terkunci.
Braakkk!! Braakk!! Braakk!!
Terdengar suara gaduh dari atap rumah, suara itu seperti berasal dari balik platfon rumah.
"maasss...!!" Rai nampaknya cukup terkejut karena suara itu.
Mendengar suara istrinya memanggil dari dalam kamar, Pras segera menghampiri istrinya.
"ya, dek." sahut Pras.
"suara apa itu kira - kira yah, mas?" tanya Rai pada Pras mengenai suara dari atap yang membuatnya terkejut.
"bukan apa - apa. Paling juga kucing, dek." jawab Pras santai. Laki - laki itu mencoba berpikir positif dan memberikan jawaban yang masuk akal pada istrinya itu. Ia tidak mau berpikir yang tidak - tidak, yang malah akan membuat membuat perasaan takut pada istrinya.
"bisa juga sih. Tapi kenapa suaranya tiba - tiba gitu yah? Udah gitu ilang gak ada lagi?" ucap Rai yang ingin mempercayai jawaban suaminya itu tetapi juga masih merasa tak yakin.
"ah, sudahlah! Gak perlu terlalu dipikirkan! Suara seperti itu ya ga jauh - jauh, kalau bukan kucing yah tikus." kembali Pras meyakinkan istrinya.
"iya juga. Ya sudah, yuk tidur." ajak Rai yang sudah siap di atas pembaringan pada suaminya.
Pras melangkahkan kakinya menyusul istrinya menaiki ranjang.
"ya sudah, kamu tidur sana! Mas belum terlalu ngantuk, nanti mas nyusul tidur." ucap Pras pada Rai yang sudah terlihat mengantuk.
"ya udah, aku tidur duluan ya, mas." pamit Rai pada suaminya.
Rai yang memang sudah sangat mengantuk, tidak butuh waktu lama untuk terlelap, meninggalkan suaminya yang masih asik memainkan gawainya sebagai pengantar rasa kantuk.
"Hrgggg.... Hrgggg... Hrggg..!!!"
Belum lama terlelap, tiba - tiba Rai mengeluarkan suara erangan dalam Keadaan tertidur.
Pras dia buat terkejut karenanya. Ia yang sedang asik berselancar dalam media sosialnya, terperejat secara spontan.
"Hrggg... Hrggg... Hrggg!!" Rai masih mengeluarkan erangannya.
"dek, dek, dek!!" Pras berupaya membangunkan Rai dengan cara menepuk - nepuk tangan istrinya pelan. "dek, bangun, dek!" ucapnya, terus berupaya agar Rai terbangun dari tidurnya.
"Astaghfirullah hal adzim." Rai ber-istigfar, terperenjat dari tidurnya. Butiran keringat sebesar biji jangung membasahi sebagian wajahnya. Raut wajahnya terlihat seperti orang terkejut dan sedikit panik.
"dek, nih minum dulu." ucap Pras sambil menyodorkan gelas berisi air putih yang ia ambil dari atas nakas samping tempat tidur.
Diteguknya oleh Rai, air dari dalam gelas yang diberika oleh suaminya sampai berkurang hingga setengahnya.
Setelah minun, Rai terlihat jauh lebih baik. Dirinya terlihat lebih tenang.
"mimpi buruk, dek?" Pras mulai mengajukan pertanyaan setelah melihat kondisi istrinya kembali tenang.
Rai menggelengkan kepalanya, "aku baru saja akan masuk kedalam tidur, mas. Aku merasa tubuhku berat. Aku mau bangun, tapi gak bisa. Seperti ada yang menduduki badanku dari atas." Rai menceritakan pada Pras hal yang baru saja dialaminya. "tadi aku tuh manggil - manggil kamu. Aku bisa lihat, kamu lagi tiduran disamping aku kaya gini. Aku panggil - panggil tapi kamu gak denger, kaya gak bisa keluar gitu suara aku. Akhirnya aku teriak - teriak baca do'a. Aku baca surat - surat alquran. Aku berusaha buat bangun. Akhirnya aku bisa bangun pas kamu bangunin aku." terang Rai panjang lebar pada Pras tentang hal yang baru saja dia alami.
"sekarang gimana? kamu udah tenang kan? Mungkin tadi kamu lupa baca doa sebelum tidur." ucap Pras untuk menenangkan istrinya.
"entahlah, mas. Mungkin saja. Tapi rasanya tadi aku gak lupa baca doa." jawab Rai yang sudah merasa lebih tenang.
"kalau bahasa ilmiahnya, kamu itu tadi ngalamamin sleep paralysis. Hal yang bisa aja dialami oleh siapapun. Mungkin kamu kecapean." kembali Pras berusaha menenangkan Rai.
Walaupun sudah jauh lebih tenang tetapi sebenarnya wanita itu masih menyimpan sedikit ketakutan. Ia tahu hal yang dia alami itu banyak orang bilang dengan sebutan ketindihan atau sebagaian daerah ada yang menyebutnya rep - erep dan masih banyak lagi sebutan untuk hal yang baru ia alamai itu. Sangat jelas tadi dia dapat merasakan ada sesosok dengan rambut panjang menduduki tubuhnya, sehingga membuatnya merasa sesak dan sulit untuk terbangun.