Delapan

1557 Kata
Rai melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah dengan perasaan masih sedikit kesal. Disimpannya tas plastik berisi barang belanjaan yang dia bawa diatas meja. Dijatuhkannya tubuh mungilnya itu diatas sofa empuk yang terletak diruang tengah. Tanpa menyadari bahwa istrinya masih saja terus menggerutu karena kesal, Pras berjalan mengekor dibelakang Rai dengan pikiran yang masih dipenuhi keanehan yang dia alami. "lagian, mas, masa aku panggilin dari tadi masa kamu gak denger sih?" masih melayangkan protes karena kejadian tadi. Rai terus mengomel meski tanpa mendapatkan respon dari suaminya yang sedang melamun. "mas, memang panggilan aku dari luar benar-benar tidak terdengar yah ke dalam kamar?" ucap wanita berhijab itu masih dengan protesnya yang berlanjut. "mas, mas, mas," panggilnya pada suaminya yang ternyata sedang sibuk dengan lamunannya sendiri. Menyadari semua ucapannya tidak mendapat respon dari laki-laki dibelakangnya itu, Rai pun kembali merasa kesal. "eh,i–iya, dek!" sahut Pras terbata karena baru tersadar dari lamunannya sendiri. "ih, nyebelin banget sih, mas! Dari tadi omonganku tidak ada yang kamu dengar." sungutnya. "kamu belanja apa sih, dek?" tanya Pras berusaha mengubah topik pembicaraan. Dilihatnya isi tas belanjaan yang tadi dibawa oleh istrinya itu. "itu mas cuma semua barang kebutuhan dapur juga kamar mandi." jawab Rai dengan polosnya, seolah ia sudah lupa dengan semua rasa kesal dan segala protes yang telah dilontarkan pada suaminya tadi. Prasetya terduduk bersebelahan dengan istrinya yang sedang berusaha meluruhkan lelah ditubuhnya itu. Dilihatnya wanita yang ada disampingnya itu sedang duduk bersandar dengan kedua mata terpejam, diatas sofa empuk yang juga sedang ia duduki. Ia membiarkan wanita yang ia cintai itu terlelap sejenak dengan posisinya. Diambil oleh laki-laki berlesung pipi itu sebuah remote televisi yang terletak diatas meja di depannya. Ditekannya tombol on sambil mengarahkan sensor kearah televisi. Secara bersamaan menyala-lah benda kotak dihadapannya itu, mengeluarkan gambar dan suara - suara. Pras tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kedua mata dan wajahnya memang menatap televisi, tetapi pikirannya memikirkan hal yang lain. Bagaimana bisa pintu rumah ada dalam keadaan terkunci? Apa mungkin ia secara tidak sadar telah menguncinya? Dan tentu yang paling membuatnya agak terkejut adalah kenyataan bahwa istrinya baru saja kembali dari luar rumah. Secara otomatis, Rai bukanlah orang yang membuat suara gaduh dari dapur seperti yang ia sangkakan. Laki-laki itu cukup penasaran dibuatnya. Dia terbangun dari duduknya dan berjalan menuju dapur. Ia ingin memastikan, sebenarnya apa penyebab suara gaduh yang bahkan membuat tidurnya terganggu. Saat laki-laki itu berada didapur, sayangnya ia tidak dapat menemukan petunjuk apapun yang dapat menghilangkan kebingungannya. Dapur yang ia lihat dalam keadaan rapih, tidak ada satu barang pun yang jatuh atau terlihat berantakan. Ia malah menjadi semakin penasaran. apa yang tadi sangat gaduh, yang ia dengar? Pras pun kembali ke ruang tengah, meninggalkan dapur. Ia berpikir untuk membiarkan dan melupakan hal yang membingungkan itu, ia tidak mau hal tersebut mempengaruhinya, yang malah akan membuatnya berpikir yang tidak - tidak. Ia tidak mau istrinya juga jadi merasa tidak nyaman di rumah itu. **** Pagi itu Pras berangkat berdinas di kantornya yang baru. Ini adalah hari pertamanya. Laki - laki itu pamit pada istrinya untuk pergi meninggalkan rumah lebih awal untuk menunjukan kesungguhannya dalam bekerja. Setelah kejadian siang kemarin, tidak ada hal - hal aneh yang terjadi lagi. Di sore hari dan malam harinya semua berjalan biasa saja. Membuat Pras tenang meninggalkan istrinya sendirian hari ini dirumah, karena sejujurnya dia sempat merasa khawatir jika dia harus meninggalkan Rai sendiri dirumah selama ia berangkat bekerja. "dek, baik-baik yah dirumah! Kalau ada apa - apa, langsung saja telepon mas!" ucap laki - laki itu terlihat sangat khawatir. "ia, mas. Lagian memang aku anak kecil apa." jawabnya dengan senyum karena senang, merasa suaminya itu sangat memperhatikannya. Hari kedua menempati rumah itu, semua berjalan dengan baik. Rai merasa cukup nyaman dirumah, walaupun dia merasa sedikit kesepian karena seharian benar - benar hanya sendirian, sampai menunggu suaminya pulang. Dia melakukan semua aktifitasnya sebagai seorang wanita rumah tangga. Hanya saja belum banyak pekerjaan yang bisa ia lakukan, mengingat ini baru hari kedua mereka menempati rumah itu. Jika tidak ada pekerjaan Rai hanya menghabiskan waktunya dikamar atau menonton televisi. Dihari kedua itu Rai sempat keluar rumah dan bertemu dengan tetangga disebelah rumahnya. Dia pun memperkenalkandiri sebagai penghuni baru di rumah itu. Mereka cukup ramah menyambut perkenalan diri wanita berhijab itu, hanya memang obrolan diantara mereka tidak berlangsung lama. Hingga hari mulai sore Rai sengaja duduk bersantai di teras rumah dengan secangkir teh manis hangat dan sedikit cemilan untuk menemaninya menunggu suaminya pulang dari kantor. Selama dia duduk di teras depan rumah, ia memperhatikan jalanan di depan rumahnya cukup ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Ada juga beberapa penduduk setempat yang berjalan kaki melewati depan rumahnya. Memang mereka tidak saling menyapa karena jarak teras dan trotoar didepannya yang cukup jauh. Rai hanya kadang meleparkan senyum jika kebetulan orang yang melintas kelihat kearahnya. Tetap dari semua orang yang ia senyumi tidak ada satu pun yang membalas senyumnya, mereka seolah bingung dan menunjukan mimik muka yang sulit Rai artikan. Laki - laki yang sedang ia tunggu - tunggu tidak lama akhirnya pulang juga. Terlihat senyum mengembang dari bibir wanita itu melihat kedatangan suaminya. "lagi apa, dek? Kok diluar?" tanya Pras sambil mengulurkan tangan kanannya, setelah sebelumnya mengucapkan salam. Rai meraih tangan kanan suaminya itu, diciumnya punggung tangan itu dengan hikmat. "gak lagi ngapa-ngapain kok, mas. Bosen aja di dalam. Jadi aku sengaja di luar sambil ngeteh nungguin kamu pulang." jawab Rai. "enak juga sih duduk-duduk diteras sore-sore gini." sahut Pras. Rai menggangguk tanda setuju. "gimana seharian dirumah? Baik - baik ajakan?" tanya Pras sedikit menunjukan kelhawatiran pada istrinya itu. "iya, aku baik-baik aja. Cuma karena gak ada kegiatan lama-lama agak bosen juga, mas." jawab Rai. "hemm, sambil berjalan nanti kita cari kegiatan untuk kamu yah!" jawab Pras. "Mas mau mandi dulu. Minta tolong siapin baju ganti yah!" pinta laki-laki itu pada istrinya. Pras pun melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi, sedangkan Rai menuju kamar untuk menyiapkan permintaan suaminya. Selesai dengan satu urusannya, Rai melanjutkan kegiatannya yang lain dengan menuju dapur. Membuatkan minuman untuk suaminya. Seperti kebiasaan mereka saat di kota tempat mereka tinggal kemaren, jika baru sampai rumah Rai selalu menyiapkan teh manis hangat untuk Pras yang baru pulang bekerja. Merasa ada yang sedang sibuk didapur, dari dalam kamar mandi Pras pun memcoba memanggil istrinya. "dek! " panggil Pras dari dalam kamar mandi. " iya, kenapa mas?" sahut Rai. "oh, gak. Lagi ngapain?" ucapnya, entah mengapa mendapat jawaban dari istrinya dia merasa lega. "ini buatin kamu minum." jawab istrinya lagi. "okeh," ucap Pras mendengar jawaban istrinya itu. Rai pun melanjutkan kegiatannya itu. Dari dalam kamar mandi Pras pun bisa mendengar kegiatan yang istrinya lakukan di dapur. Kebiasannya Rai memang begitu, wanita bertubuh mungil itu tidak bisa tidak berisik jika sedang di dapur. Pras cukup lama mendengar istrinya berkegiatan di dapur. Sampai laki - laki itu hampir menyelesaikan kegiatan kamar mandinya, ia masih mendengar suara istrinya sedang melakukan sesuatu di dapur bahkan sempat terdengar suara pintu samping terbuka. Entah selain membuat minuman apa lagi yang sedang istrinya itu kerjakan. Setelah selesai Pras pun membuka pintu kamar mandi. Ia sudah tidak mendapati istrinya berada di dapur, bahkan pintu samping pun masih dalam keadaan terbuka. "dek, dek, bukannya ditutup lagi pintunya." gerutu laki-laki itu dalam hati. Ia berjalan menuju kamar, dilihatnya Rai sudah ada di sana. "nih, bajunya mas." ucap Rai sambil memberikan baju yang ada ditangannya itu kepada Pras. "makasih sayang." sahut Pras. "teh-nya mau aku simpan di meja tengah atau di teras?" tanya Rai sambil akan melangkahkan kakinya keluar kamar. "di teras aja deh, enak kayanya duduk-duduk di teras." jawab Pras. Rai pun berlalu meninggalkan Pras yang sedang berpakaian di dalam kamar. Rai membawa minuman yang tadi ia buat untuk Pras ke teras depan rumah. Tidak lama Pras sudah rapi dan terlihat lebih segar. Laki - laki itu terduduk di satu kursi yang ada di samping meja dan Rai ada duduk di satu sisi yang lainnya. "duh, enaknya." ucap Pras yang sedang menikmati secangkir teh hangat dan suasana sore hari yang cukup cerah. Mereka berdua pun banyak berbincang. Terutama tentang keadaan dan pekerjaan Pras di tempat kerja yang baru. Rai sangat antusias mendengar semua hal yang diceritakan oleh suaminya itu. "oh ya, dek. Kamu masak bukan tadi waktu mas lagi mandi? Masak apa? Mas laper." tanya Pras sambil mengusap-usap perut dengan tanganya. "aku masak banyak mas, tapi tapi siang bukan waktu kamu mandi. Waktu kamu mandi mana keburu waktunya buat masak, mas." jawab Rai. "oh, dikira aku tadi kamu ngapain di dapur, abisnya lama bener." ucap Pras. "aku cuma bikin minum buat kamu, gak ngapa-ngapain lagi. Langsung balik lagi ke kamar." jawab Rai pada suaminya itu. "oh," ucap Pras tidak memperpanjangnya. "tapi kalau bukan pintu samping tutup lagi ya, dek. Takut ada binatang masuk." ucap Pras, mengingat tadi Rai membukanya dan tak memutupnya kembali. "ia, mas. Tapi aku juga belum pernah sih nyoba buka pintu dan lewat samping." jawabnya datar. "tadi belum sempet buka pintu samping?" tanya Pras mencoba menahan keterkejutannya di depan istrinya itu. "belum, seharian aku belum buka pintu samping. Tadi siang waktu masak juga aku ga buka pintu samping. Mungkin besok aku gunakan jika habis mencuci dan mau menjemut." jawab Rai masih dengan datar. Pras mencoba untuk tetap bersikap biasa di depan istrinya itu. Walaupun sebenarnya dia merasa ada yang tidak beres. Apalagi kejadian - kejadian aneh itu dia alami tidak hanya sekali tapi beberapa kali, hanya dia masih bersyukur karena istrinya tidak sampai mengalami walaupun tadi seharian sendiri dirumah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN