MAB 02

2692 Kata
Mobil Aldo telah terparkir rapi di parkiran sekolah, Ayatha masih asik membaca novelnya sedangkan Aldo dan Adelya sudah melepas seat belt mereka. Ya, mereka memang bersekolah di satu sekolah yang sama, Aldo duduk di kelas XII, Adelya kelas XI sedangkan Ayatha kelas X. Kedua orang tua Ayatha sengaja menyekolahkan mereka di satu sekolah yang sama agar mereka bisa saling melindungi nantinya. "Ay, lo nggak ke kelas?" ucap Aldo sambil membuka pintu mobilnya. "Kak Aldo sama Kak Adel duluan aja deh, gue masih pengen di sini." "Ya udah, nih kunci mobil lo yang megang, jangan lupa kunci ntar mobilnya," ucap Aldo lagi. Ayatha mengangguk, mengambil kunci mobil yang diberikan Aldo lalu menyalami punggung tangan Aldo dan Adelya. Sudah sekitar 5 menit Ayatha berada di mobil, yang dilakukannya hanya membaca novel sedari tadi. Ayatha menutup buku novelnya, ia melirik jam tangannya lalu membuka pintu mobil. Brukkk! Ayatha terbelalak kaget dan langsung keluar dari mobilnya, sedetik kemudian ia berjongkok untuk membantu seorang cowok yang terjatuh karena cowok itu menabrak pintu mobilnya. "Duh, maaf ya, gue nggak sengaja," ucap Ayatha sambil membantu cowok itu untuk berdiri. Cowok yang memakai kacamata hitam itu langsung menepis kasar tangan Ayatha, membuka kacamatanya dan menatap Ayatha sinis. "Arka?" Ayatha terbelalak kaget. Beberapa siswa-siswi yang sedang memarkirkan kendaraan mereka, kini tengah menatap ke arah Ayatha dan Arka yang mungkin akan ribut lagi. "Lo sengaja, huh?!" Ayatha berdecak kesal sambil memutar bola matanya malas. "Gue udah bilang kalo gue nggak sengaja, lo b***k ya?" cerca Ayatha. "Lo sengaja!" "Lo kenapa sih?" ucap Ayatha kesal melihat wajah songong Arka yang kini berdiri di hadapannya. Semua siswa-siswi yang berada di koridor dan di parkiran pun langsung melihat Ayatha dan Arka yang mungkin akan bertengkar lagi. Sudah jadi hal biasa di SMA Cendrawasih jika melihat dua sejoli itu bertengkar. Sebenarnya Ayatha lelah bertengkar dengan Arka, namun cowok itu sendiri yang selalu menyeretnya untuk masuk ke dalam pertengkaran yang memuakkan itu. "Gue nggak pa-pa, gue sehat, lo kali yang sakit." Arka menyebalkan. Cowok itu selalu saja bisa membuat emosinya naik seketika. "Mau lo apa sih?" "Mau gue? Ah, lo terlalu kepo untuk mengetahui hal itu." Ayatha tersenyum miring mendengar ucapan Arka. "Jangan sok dramatis deh lo, muka mirip upil dugong aja di bangga-banggain." "Oh, lo suka sama gue? Apa selama ini lo cemburu lihat gue jalan bareng sama cewek gue?" Ayatha memutar bola matanya malas. Cemburu? Astaga ingin sekali ia menyumpah serapahi Arka agar cowok itu tidak memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi seperti ini. Lagipula, Ayatha tidak pernah melihat Arka jalan dengan cewek mana pun, yang ia tahu Arka hanyalah cowok jomblo yang suka tebar pesona. "Eh, lo ngaca dong, lo aja jomblo. Sejak kapan lo jalan sama banyak cewek?" cibir Ayatha. "Alah, jangan sok munafik deh lo, lo suka kan sama gue?" ucap Arka seraya melipat tangannya di depan d**a. "Eh, upil dugong. Gue kayaknya kurang ngasih tamparan deh di pipi lo itu." Arka membelalakkan matanya mendengar ucapan Ayatha. "Jaga bicara lo! Lo nggak tau lo lagi bicara sama siapa? Harus ya gue ingetin lagi?" "So, anak pemilik sekolah yang sok kegantengan yang suka ngadu kayak bocah? Mau lo apa? Ngeluarin gue dari sekolah ini?" Arka semakin emosi melihat cewek yang berada di hadapannya itu, berani-beraninya menentangnya. Rahang cowok itu mengeras, tetapi Ayatha hanya bersikap biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa. "Gue Arka Radeva Jumawan, lo jangan cari masalah ke gue kalau lo masih mau sekolah di sini!" ujar Arka dengan nada meninggi dan dengan jari telunjuk yang diarahkannya tepat di depan wajah Ayatha. Ayatha memutar bola matanya malas dan menepis jari telunjuk Arka. "Lah, yang cari masalah duluan siapa? Lo kan? Ya udah jangan sok ngumbar-ngumbar status deh lo!" Kini Ayatha lah yang melipat tangannya di depan d**a. "Lo pikir gue takut? Ck, jangan mimpi!" Arka menatap sinis Ayatha. "Andai lo itu cowok, gue bakal hancurin tuh mulut lo," umpat Arka. Ayatha melototkan matanya merasa ditantang. "Lo ngeremehin gue? Lo pikir gue nggak bisa hancurin muka songong lo itu? Gue bisa kali!" Arka tersenyum miring mendengar ucapan Ayatha. "Kalau gitu lo harus adu jambak-jambakan sama gue." Semua orang yang mendengar ucapan Ayatha tadi, bersorak riuh. ''Ayo siapa takut?" Ayatha melipat baju seragamnya bak preman sekolah, ia merenggangkan kedua tangannya seperti melakukan pemanasan, lalu menatap Arka sinis. "Oke kita mulai, satu, dua, ti.-" "AYATHA! ARKA!" Arka dan Ayatha menoleh ke sumber suara, semua pasang mata beralih kearah cowok yang tengah berkacak pinggang dan dengan wajah yang sangat menyeramkan. Siapa lagi kalau bukan Aldo, sang ketua Osis di SMA Cendrawasih dan lebih tepatnya adalah kakak laki-laki Ayatha. "Semuanya bubar!" ucap Aldo dengan nada yang tinggi dan penuh penekanan. Parkiran yang tadinya ramai kini telah sepi, hanya meninggalkan enam pasang mata di sana, Arka, Ayatha dan juga Aldo. Aldo menatap tajam ke arah Arka dan Ayatha. "Lo berdua, ikut gue," ucapnya seraya melangkah menjauh. Ayatha mendesah pelan, ia sudah berjanji tidak akan membuat keributan kali ini dan ternyata hal itu terjadi lagi, ini karena Arka. Arka dan Ayatha pun mengikuti langkah Aldo dari belakang hingga mereka telah sampai di ruang Osis, di mana mereka berdua akan di sidang. Aldo duduk di kursi kebesarannya, dan menatap Arka dan Ayatha secara bergantian. Ayatha hendak duduk, namun Aldo langsung bersuara, "Yang suruh lo duduk siapa? Berdiri!" Terdengar suara tawa kecil dari mulut Arka. Ayatha menatap Arka kesal dan segera berdiri. Aldo menghela nafasnya pelan. "Apa masalah lo berdua kali ini?" "Arka selalu aja nyari masalah ke gue, gue suka bingung lihat kelakuannya yang kayak cowok kurang belaian," ucap Ayatha asal. "Heh! Kalo ngomong jangan ngasal! Lo sendiri yang besar-besarin masalah ini!" sergah Arka. "Tapi tetep aja, lo duluan yang cari masalah ke gue, lo juga yang ngajak adu jambak-jambakan tadi," balas Ayatha. "Lo.-" Brakkk! Arka dan Ayatha tersentak dan menunduk menatap lantai, tidak berani menatap mata Aldo yang mungkin sudah setajam mata elang. Di saat-saat hening seperti itu, Ayatha masih saja mengumpati makhluk menyebalkan seperti Arka. "Gue capek, lo berdua nggak ngeliat itu dari wajah gue? Gue capek ngurusin lo berdua tiap hari, lo berdua kenapa sih nggak bisa akur? Cuma karena hal yang sepele, lo berdua sampai mau jambak-jambakan di koridor tadi? Nggak malu ditontonin orang? Lo berdua nggak malu jadi bahan hiburan sama kakak kelas kalian? Apa jangan-jangan lo berdua nggak punya rasa malu? Lo berdua nggak bosan gue nasehatin tiap pagi? Bosan kan? Terus kenapa lo berdua ngulangin hal yang sama lagi? Lo Ay, kan tadi udah gue bilang jangan buat gaduh lagi. Lo iyain kata-kata gue, terus nyatanya apa?" Ayatha terdiam. "Lo Ar, gue percaya sama lo. Malah gue udah nargetin lo buat gantiin posisi gue jadi ketua Osis. Dan ternyata apa? Orang kepercayaan gue aja kelakuannya kayak anak kecil, gimana mau jadi ketua Osis nanti? Lo berdua seharusnya jangan kayak anak kecil lagi, ingat lo berdua itu udah remaja, udah SMA bukan anak kecil lagi. Bersikaplah selayaknya orang remaja!" Lagi-lagi Aldo menghela nafasnya. "Udah sekarang gue nggak mau ngasih surat panggilan orang tua, toh yang kena gue juga akhirnya." Ayatha tersentak, ia baru sadar jika selama ini Aldo lah yang menemui guru Bk ketika ia menerima surat panggilan orang tua, karena orang tuanya yang sibuk bekerja. "Gue mau lo berdua bersihin wc guru, sekarang," ucap Aldo santai. ''What?!" jerit Ayatha, ia menganga tidak percaya. Ayatha mengumpat, Aldo memang sangat menyebalkan jika sudah seperti ini, memberikan hukuman yang tidak tanggung-tanggung anehnya. Nggak sekalian disedot saja wc guru yang tersumbat! --- Setelah Aldo menyuruh Arka dan Ayatha untuk membersihkan wc guru, Arka langsung pergi ke toilet guru. Jangan salah sangka, bukan untuk membersihkan wc, melainkan untuk menghilangkan rasa lelah di dirinya dengan cara menghisap rokok. Ya, itu adalah hal yang biasa dilakukan oleh seorang Arka Radeva. Arka duduk tepat di pojokan toilet guru, menjepit batang rokok di kedua jarinya dan menghisapnya dalam-dalam dan keluarlah gumpalan asap dari mulutnya. Arka tidak mempedulikan Ayatha yang mungkin telah usai mengerjakan tugasnya, ia sedang malas bergerak untuk saat ini. "Woi!" Arka menoleh ke sumber suara, ia melihat wajah Ayatha yang lelah dan penuh keringat. Arka menaikkan dagunya, seakan ia ingin mengatakan Apa? Terdengar helaan nafas lelah dari mulut Ayatha. "Bantuin gue dong, lo kan di hukum juga sama Kak Aldo." "Males." Ayatha berdecak pelan lalu berjalan meninggalkan Arka. Arka mengernyit lalu mengedikkan bahunya. Byurrr! Seketika rambut Arka basah, wajahnya basah, bajunya basah dan tentunya rokok Arka juga ikut basah. Ia membuang puntung rokoknya yang belum habis, lalu segera berdiri dan menatap Ayatha tajam. "Lo apa-apaan sih?!" bentak Arka. "Kenapa? Mau marah? Silahkan!" sinis Ayatha dengan tangan yang dilipat di depan d**a. Arka membuka kancing bajunya satu persatu, menyisahkan baju kaos berwarna putih. Arka juga menyapukan rambutnya yang basah dengan jari-jari tangannya. Cewek itu memang sangat kurang kerjaan, menyiramnya hingga baju serta rokoknya basah. "Enak banget ya lo, gue capek-capek bersihin wc sama ngepel lantai, dan lo? Lo malah enak-enakan di sini sambil ngerokok." Arka menaikkan sebelah alis matanya. "Kalau mau gue temenin, bilang dong dari tadi. Gue tau lo nggak bisa jauh-jauh dari gue." Ayatha membelalakkan matanya. "Dih." Arka dengan cepat berjalan mengambil segayung air dari toilet dan menatap Ayatha jahil. "Dasar cerewet, sini lo, lo harus rasain yang gue rasain." Ayatha hendak protes namun Arka meletakkan satu jari di depan bibirnya, seakan ia ingin mengatakan, Diam! "Kak Aldo nyuruh bersihin wc, bila perlu lo sedot tuh wc, bukannya nyiram bunga," ketus Ayatha seraya melirik gayung yang digenggam Arka. "Siapa bilang gue mau nyiram bunga? Gue mau nyiram lo!" Ayatha membelalakkan matanya dan perlahan melangkah mundur, hendak menjauh dari Arka. "Eh, lo mau kemana kucing yang belum mandi?" Ayatha gelagapan dan langsung berlari tidak tentu arah menjauhi Arka. Terjadilah aksi kejar-kejaran, beberapa siswa yang hendak ke toilet menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat tingkah laku Arka dan Ayatha seperti anak kecil. "Awww!" jerit Ayatha. Arka tertawa terbahak-bahak melihat Ayatha yang sudah terjatuh tepat di lantai di mana ia disiram Ayatha tadi. "Hahaha, sukurin lo. Kena juga akhirnya," ucap Arka dengan tawa pecahnya. "Aduh, kaki gue mau copot rasanya," ringis Ayatha. Arka berjongkok, hendak melihat kaki Ayatha. Lagi-lagi Arka tertawa sampai wajahnya memerah. Ayatha yang melihat dirinya ditertawai lantas menjitak kepala Arka. "Sakit woi!" Kini Arka lah yang meringis sambil memegangi kepalanya. "Siapa suruh ngetawain gue?!" "Mau gue bantuin nggak?" Ayatha menoleh ke arah Arka. "Nggak! Ntar malah makin sakit lagi!" ucap Ayatha seraya menjauhkan kakinya dari Arka. Arka mendengus kesal dan memijit paksa kaki Ayatha yang sepertinya keseleo. "Awww!" "Aduhh!" Keduanya meringis, terdengar suara gelak tawa dari mulut siswa-siswi yang berlalu lalang, mereka menjadi bahan tontonan saat ini. "Sakit b**o!" Lagi-lagi Ayatha menjitak kening Arka. "Gue lagi mijet kaki lo, lo kenapa suka banget jitakin kepala gue. Lo mau buat gue geger otak?" Ayatha mendengus kesal ketika melihat sekumpulan siswi-siswi yang tengah berbisik-bisik. Ayatha tahu, siswi itu pasti sedang bergosip hal yang buruk tentang dirinya. "AYATHAAAA!" Arka dan Ayatha menutup ke dua telinga mereka mendengar suara teriakan yang keras nan cempreng dari mulut Fiona. "Ih, apaan sih lo, On! Suara lo toa banget tau nggak!" kesal Ayatha. "Tau nih, udalah Oon nama juga Oon lagi." Fiona membulatkan matanya mendengar ucapan Arka dan langsung menjitak kepala Arka. Ia meringis seraya memegangi kepalanya, sepertinya ia memang harus memeriksa kondisi kepalanya pulang sekolah nanti. "Ay, lo kenapa tergeletak di sini kayak orang lumpuh aja," ucap Fiona. "Aw!" kini suara ringisan itu terdengar dari mulut Fiona, karena Ayatha lah yang menjitak kepala Fiona. "Kalian kok malah jitak-jitakan sih?" tanya Fanya keheranan. "Arka bawa Aya ke Uks gih." Arka menatap Fanya kesal, ia tidak berani menolak perintah Fanya, jika ia menolak, Fanya akan mengadu kepada Papa nya. Fanya memang suka ngadu seperti anak kecil. Dengan malas Arka mengangkat tubuh Ayatha dengan mudahnya, suara jeritan mulai terdengar, kala Arka menggendong Ayatha ala bridel style. Dasar lebay! Arka berdecak kesal, ia hanya menggendong Ayatha bukan mencium Ayatha! Jika tidak karena ada Fanya, mungkin Arka sudah melempar tubuh Ayatha ke ring basket saat ini. Arka mulai melangkahkan kakinya menuju uks, lalu menatap Ayatha kesal. "Lo berat tau nggak!" "Arka, lo deg-degan?" tanya Ayatha. Arka mengernyit, lalu terdiam, berusaha mendengar debar jantungnya yang kencang, Ayatha benar ia deg-degan. Ah, sepertinya Arka harus pergi memeriksa kondisi jantungnya juga nanti. Mungkin karena ia habis kejar-kejaran dengan Ayatha tadi, membuat debaran jantungnya tidak beraturan. Setelah sampai di uks, Arka langsung membaringkan Ayatha di tempat tidur. Ayatha sibuk mengaduh kesakitan seraya meniup-niup kaki nya itu, entah apa fungsinya ia juga tidak tahu. Arka duduk di kursi yang berada di UKS sambil mengetik pesan untuk Papa nya, agar bisa menemaninya ke dokter pulang sekolah nanti. --- Tidak lama, suara decitan pintu terdengar, Ayatha dan Arka serempak menoleh ke arah pintu. Aldo, Adelya serta Darren ketua petugas PMR lah yang datang. "Lo nggak pa-pa?" tanya Adelya yang tampak khawatir. Ayatha menggeleng. "Gue nggak pa-pa, tapi kaki gue sakit," keluh Ayatha. "Alah, gitu aja sakit," sahut Arka. Ayatha menoleh ke arah Arka yang masih fokus menatap layar ponselnya dengan kesal. "Ini bukan saat yang tepat buat lo berdua berantem," ujar Aldo dengan wajah datarnya. Darren mendekat ke tempat tidur di mana Ayatha terduduk di atas tempat tidur. "Kaki mana yang sakit?" tanya Darren. "Yang kanan Kak, rasanya kayak ngilu gitu," keluh Ayatha. "Ini nggak pa-pa kok, cuma keseleo aja, bentaran juga sembuh," ujar Darren seraya tersenyum ke arah Ayatha. Darren memijit-mijiti kaki Ayatha, agar rasa ngilu di kakinya berkurang. "Aw, sakit Kak!" jerit Ayatha. "Tahan dikit Ay, gimana mau sembuh kalau kaki lo nggak dipijitin," ucap Adelya menenangkan Ayatha. Darren hanya tersenyum kecil melihat tingkah Ayatha yang seperti anak kecil. Ayatha tersenyum lega, akhirnya Darren menyelesaikan pijitan di kakinya. "Ay, lo pulang aja siap ini. Nanti gue izin ke wali kelas lo." Ayatha menggeleng, jika ia pulang, ia akan sendirian di rumah, Ayatha benci sendirian. Lebih baik ia di sekolah, walaupun kakinya masih sedikit sakit. "Ya udah kalau gitu gue ke kelas dulu, udah bel juga. Ay, cepet sembuh ya," ucap Darren dan langsung berlalu pergi dari ruangan itu. "Arka, lo ikut gue, ada yang harus gue bicarain ke lo." Arka mengangguk dan mengikuti langkah Aldo. Kini tinggallah Adelya, Ayatha, Fiona, dan Fanya di ruangan itu. Adelya melirik jam yang berada di pergelangan tangannya lalu menatap Ayatha. "Ay, gue ke kelas duluan ya? Ada ulangan soalnya." Ayatha tersenyum dan mengangguk. Adelya mengelus lembut rambut Adikknya sebelum Adelya pergi dari tempat itu. "Ah gue jadi iri sama lo, Ay," sahut Fiona, entah sejak kapan Fiona dan Fanya berada di ruangan itu, ia tidak menyadarinya. "Gue juga." Fanya ikut menimpali. "Lo berdua kenapa? Iri apaan?" tanya Ayatha kebingungan. "Tadi lagi lo kan digendong tuh sama si Arka, gue iri tau!" Ayatha dan Fanya mendengus kesal. "Lah, gue kirain lo iri karena apaan, nah ternyata iri ngeliat Aya digendong sama Arka." Fiona menyengir mendengar ucapan Fanya. "Gue yang iri sama lo berdua, gue iri pas lo berdua punya keluarga yang lengkap. Nggak kayak gue." Fiona dan Fanya terdiam dan mengelus pundak Ayatha. "Sengenggaknya lo masih punya dua saudara Ay, lo harus bersyukur. Gimana sama anak yatim-piatu yang sama sekali nggak punya orang tua? Orang tua lo sayang kok sama lo, cuman orang tua lo lagi sibuk aja," ujar Fanya. "Yaelah, kok jadi pada mewek-mewek gini sih. Udah ayo kita ke kelas ntar buk Idah marah lagi, lo kan tau sifat tuh guru gimana?" Fanya dan Ayatha hanya terkekeh geli mendengar keluh kesah Fiona yang tampak tidak menyukai guru kimianya. "Khm." ketiga cewek itu menoleh serempak ke sumber suara. Ayatha sempat terpaku melihat sosok yang dikaguminya datang untuk menjenguknya. "Lo nggak pa-pa?" satu pertanyaan yang lolos membuat Ayatha langsung nge-fly. Fanya dan Fiona saling berpandangan, mereka berdua mendengus kesal melihat wajah Ayatha yang kian memerah. Bagaimana tidak senang, Riven, cowok yang Ayatha sukai tengah menjenguknya saat ini. "Ay?" panggil Riven dengan sebelah alis yang terangkat, karena Ayatha yang malah terdiam, entah apa yang sedang dipikirkannya. Fiona memutar bolanya malas lalu menyenggol lengan Ayatha berharap cewek itu kembali ke alam sadarnya. "Eh, ada apa ya, kak?" tanya Ayatha dengan wajah memerahnya. Riven tertawa kecil. "Gue nggak sengaja lewat dari sini, gue denger ada orang yang bicara di ruang Uks, eh ternyata kalian. Lo sakit Ay?" "Nggak kok kak, cuma kaki keseleo aja pas di hukum sama Kak Aldo, hehehe," kekeh Ayatha. Berada di dekat Riven, Ayatha menjadi seperti orang b**o. Tidak ada angin dan hujan, ia malah tertawa sendiri tanpa sebab. "Lo ada butuh sesuatu? Biar gue beliin deh," tawar Riven. Oksigen! Gue butuh banget itu! "Aya nggak butuh apa-apa kok kak, kita bertiga juga bentar lagi balik ke kelas," sahut Fiona dan langsung mendaoat tatapan tajam dari Ayatha, Fiona merusak suasana saja. "Oh ya udah, gue ke kelas dulu ya, ada ulangan soalnya." Ayatha menghela nafas kesal dan menganggukkan kepalanya. Riven pun pergi, Fanya dan Fiona serempak menjitak kepala Ayatha. "Aw, lo berdua apa-apaan sih? Sakit tau!" Fanya dan Fiona melipat tangan mereka di d**a. "Lo buat kita malu, doi cuma nanya dikit aja, pipi lo udah kayak tomat busuk. Lah gimana kalau dia nembak lo? Mungkin lo udah koma deh." Ayatha mengerucutkan bibirnya kesal mendengar ucapan Fiona. "Gue deg-degan b**o, coba lo ada di posisi gue, pasti lo ngerasain hal yang sama," hardik Ayatha. "Udah deh, mending kita ke kelas dari pada berlama-lama di sini, gue nggak nyaman," ucap Fanya. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN