Tangis Dalam Doa

1504 Kata
Mata Gama lagi-lagi terbelalak, ia berpikir ucapan Mela sebelumnya hanya ancaman semata tapi ternyata ia mendengar kembali ucapan yang sama dari Fuad. Itu membuat hatinya menjadi gelisah dan gundah gulana. Fuad menatap sinis ke arah Gama yang terlihat gelisah itu, matanya menatap langit-langit kamar inap. "Kamu bercanda 'kan, Mas?" "Tidak! Untuk apa aku bercanda akan hal ini? Lihat saja wajahku, apa mungkin aku bercanda? Lagian, gak ada untungnya juga untukku bercanda akan hal ini." "Kenapa harus Mbak Salma dan Mas Firman datang?" "Memangnya kenapa? Ada masalah? Kurasa memang ada baiknya juga mereka datang. Karena ini sudah menyangkut kesehatan mental, Manda." "Tapi, mereka nantinya pasti akan menyecar, aku!" "Aku tak peduli! Itu semua 'kan karena kesalahanmu sendiri! Tanggung sendiri dong!" "Keterlaluan banget sih, Mas!" "Kamu bilang aku keterlaluan? Bukankah justru kamu yang keterlaluan? Berselingkuh dengan dalih ingin punya anak laki-laki dan berpoligami! Tidak terpikir akan hal itu bukan?" "Ah terserah kamu lah, Mas!" "Ya sudah! Aku pun malas berdebat dengan kamu! Bukankah tadi aku sudah bilang istirahat! Siapkan mental untuk besok!" jawabnya malas langsung merebahkan tubuhnya yang terasa lelah di atas sofa. "Mas!" "Mas Fuad!" "Mas Fuad!" Beberapa kali Gama memanggil kakaknya itu tapi tak ada jawaban sama sekali. Ia merasa kesal sekali, ditemani bukannya merasa senang dan tenang ini justru sebaliknya. Fuad bukan tak mendengar, ia masih mendengar panggilan adiknya itu tapi memilih untuk tetap diam karena malas terus berurusan dengan Gama. Ia lebih baik memilih untuk beristirahat daripada harus terus-menerus berdebat dengan Gama. *** Manda rupannya tak bisa tidur hingga hampir tengah malam. Mela dengan setia menemani anak gadisnya itu. Mereka tidur dalam satu ranjang rumah sakit karena memang Manda tak ingin jauh dari Mela. Jika jauh dari sang Mami, hatinya akan selalu takut, khawatir dan gelisah tapi jika Mela berada disampingnya ia sangat tenang. Keduanya memang diam tanpa kata, Manda memejamkan mata tapi ia tak bisa terlelap sedangkan Mela masih terus mengusap lembut rambut anak gadisnya. Mela menyadari bahwa anak gadisnya itu belum bisa terlelap tidur sebab pergerakan tubuhnya masih terasa sering. Entah apa yang sebenarnya sedang dipikirkan gadisnya itu sehingga merasa insomnia. Ingin berbicara tapi Mela tak mau membuat ketenangan Manda terganggu, jadi sebagai Mami yang baik dan pengertian ia tetap diam hingga dengkuran halus terdengar dari anaknya. Setelah sekian lama diam tanpa kata dan tak bisa juga memejamkan mata untuk istirahat. Akhirnya, Manda bisa tidur dengan tenang, Mela yang merasa lelah pun ikut memejamkan mata dan tidur dengan lelap meninggalkan tangannya yang berhenti mengusap rambut Manda. Rasanya baru saja terlelap tidur, tiba-tiba ranjang rumah sakit bergetar hebat membuat Mela terkejut dan harus membuka mata. Manda yang masih dalam keadaan tidur menggeliat hebat sambil menangis ketakutan. Mela berusaha membangunkan anak gadisnya pelan-pelan karena tak ingin membangunkan semua orang yang menunggu. "Manda, Sayang! Buka matanya! Manda!" ucap Mela lembut sambil menepuk-nepuk pipi Manda. "Nak, ini Mami! Buka matanya! Jangan takut!" "Mi," ucapnya lirih masih dalam alam bawah sadarnya. "Mi, tolong! Aku benci laki-laki," lirihnya lagi. "Iya, Sayang. Ini Mami! Buka matanya anak cantik!" Tubuh Manda bukannya tenang, itu justru semakin bergetar hebat membuat Mela bingung. Ia memeluk erat tubuh anaknya yang perlahan mulai mengendur dan tenang. Manda langsung membuka matanya, menatap lekat wajah Maminya dengan sorot mata sendu dan penuh ketakutan. "Mi, takut." "Iya, Sayang. Tenang ya, ada Mami!" "Jangan tinggalkan Manda, Mi!" "Tidak akan pernah, Sayang. Mami akan selalu ada disamping kakak ya! Jangan berpikiran macam-macam!" "Maaf, jika Kakak masih menyusahkan, Mami!" "Hei, jangan bicara seperti itu, Sayang! Baik Kakak dan adik itu tak ada yang menyusahkan. Kalian segalanya bagi Mami!" "Mi, tetap disini ya! Kakak takut." "Iya, Sayang. Tutup mata Kakak lagi ya, berdoa dan Mami akan terus menemani." Manda mengangguk dan menuruti perintah Maminya, ia kembali memejamkan mata setelah membaca doa. Mela kembali melakukan hal yang sama, mengusap lembut rambut anak gadisnya sambil terus bersholawat agar ketenangan hadir di dalam mimpi Manda. Sakit sekali rasanya melihat Manda menjadi seperti ini. Gadis yang dulu selalu ceria dan penuh canda tawa, sekarang berubah menjadi gadis yang pendiam dan selalu merasakan takut yang luar biasa. Mulutnya bersholawat namun hatinya bergemuruh, Mela menahan tangis melihat keadaan anaknya yang kacau seperti ini. Wajah Manda selalu dihadiri sebuah kegelisahan dan sorot matanya selalu terlihat kosong, terkadang langsung berganti dengan sendu dan takut. Mela menarik nafas panjang yang terasa sesak, ya sesak! Karena ia benar-benar menahan semua tangisnya agar tidak pecah! Kalian pasti pernah merasakan sakit karena tak mampu untuk menangis. Bukan tak mampu sebenarnya, tapi merasa tak ingin ada yang tahu bahwa saat ini kondisinya benar-benar rapuh. Rasa sesak masih terus menghantam dadanya, Mele memukul-mukul perlahan dadanya yang sakit itu. Menggigit bibir bawahnya dan air mata yang menggenang di pelupuk mata seakan tak mampu lagi tertampung. Tangisnya lepas juga, tapi hanya dirinya yang mampu mendengar tangisan tersebut. Menangis dalam diam rasa sakit dan sesaknya itu berkali-kali lipat! Ingin menangis namun tetap harus berusaha kuat hingga memilih untuk menahannya dalam rasa sakit. Tubuh Mela bergetar hebat, ia tak ingin membuat Manda kembali terbangun dari tidur lelapnya. Bergegas turun dari ranjang rumah sakit lalu berjalan terburu-buru menuju kamar mandi. Ia menumpahkan semua segala rasa sakitnya di dalam ruangan yang membuatnya aman tanpa ada yang mengetahui bahwa dirinya itu, menangis. Mela duduk di kloset dan menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia menangis tergugu menumpahkan segala rasa sakit, khawatir dan takutnya dalam sebuah tangisan. Ia menangis bukan berarti lemah, tapi ini adalah cara dia untuk mencari ketenangan dan membuat hatinya lega. Bukankah menangis adalah cara yang paling jitu ketika kita merasa tak ada lagi yang bisa mendukung dan di saat kita benar-benar rapuh? Namun bedanya, menangis dalam diam itu lebih terasa sekali sesak di dalam dadanya karena tak semua rasa sakit yang keluar. Sudah puas menangis hingga membuat hatinya semakin sesak karena menahannya. Mela mengguyur wajahnya dengan air, ia mencari ketenangan dalam air tersebut. Lalu mengambil air wudhu untuk bisa melaksanakan shalat malam. Lagi, untuk mencari ketenangan dan jalan keluar. Keluar dari kamar mandi, Mela langsung menggelar sajadahnya dan melaksanakan shalat malam dengan sangat khusyu sekali. Lagi, air mata itu seperti memiliki keran yang terus turun dengan derasnya. Mela kembali menangis dalam diam, kalian tentu sering melakukan hal yang sama seperti ini. Menangis dikala akan mencurahkan segala macam rasa sakit pada Gusti Allah agar mendapatkan ketenangan yang luar biasa. Dalam sujudnya, Mela berdoa agar masalah yang saat ini tengah dihadapi olehnya bisa segera terselesaikan. Mela pun minta agar hatinya lebih ditenangkan dan dikuatkan. Sesungguhnya, ia percaya akan sebuah kekuatan doa. Maka dari itu selalu mengucapkan banyak hal baik dalam doanya yang mungkin sederhana tapi merasa ingin bahwa doanya itu dapat bisa menembus hingga langit ketujuh. Mela sudah menyelesaikan shalat malamnya, ia mulai berdzikir agar hatinya kembali tenang dan rasa takut juga gelisah itu sirna. Tak apa jika hanya sirna dalam jangka waktu yang sebentar atau sementara yang terpenting ia masih bisa merasakan tenang saat berdzikir. Mela menengadahkan kedua tangannya ke atas, mengucap segala macam rasa terima kasih atas hidup yang sampai saat ini masih bisa dinikmati. Mela melantunkan doa-doa terbaik untuk dirinya sendiri, keluarga kecilnya dan orang-orang disekitarnya. Tak banyak yang diminta, hanya ingin anak-anaknya kembali bahagia dan ceria seperti sebelumnya. Sebab, mereka berdua adalah harta sekaligus nyawa bagi Mela. Tak lupa ia pun meminta agar permasalahan dengan Gama segera selesai, membiarkan tangan Gusti Allah yang bekerja dengan banyak harapan baik. Selesai berdoa, Mela mulai merasa ngantuk kembali. Ia langsung merebahkan tubuhnya begitu saja di atas sajadah. Sejujurnya, ia mencari ketenangan di dalam sana. *** Adzan subuh berkumandang, semua orang yang berada di dua ruangan berbeda itu sudah mulai terbangun karena mendengar suara adzan yang terdengar sangat merdu. Masing-masing langsung melaksanakan shalat subuh, saat Fuad sedang shalat subuh, ponselnya beberapa kali berdering. Namun belum bisa terangkat. Gama mulai gelisah dan menebak-nebak bahwa yang menelepon Fuad itu pasti kakak mereka. Setelah selesai shalat subuh, ponsel Fuad kembali berdering, ia langsung menjawabnya. "Assalamualaikum, Fuad. Kenapa telepon Mbak baru dijawab? Kamu masih tidur?" "Waalaikumsalam, Mbak! Maaf, Mbak tadi aku lagi shalat jadi baru dijawab sekarang. Ada apa, Mbak?" "Mbak mau ngasih tahu, saat ini kami sedang prepare untuk berangkat kesana." "Sama anak-anak, Mbak?" "Gak! Pasti akan sangat repot jika membawa anak-anak ikut serta." "Fuad rasa tidak, Mbak. Mungkin kehadiran anak-anak justru bisa membuat Manda menjadi ceria kembali, mungkin?" ucapnya sambil melirik Gama yang terlihat gelisah. "Tapi, anak-anak harus sekolah karena lagi banyak ulangan, Fuad." "Oh begitu. Ya sudah gak pa-pa, Mbak. Mungkin lain kali." "Iya, Fuad. Ya sudah, Mbak bersiap-siap dulu ya!" "Iya, Mbak! Hati-hati dijalan ya, jangan lupa terus kabari Fuad!" "Siap! Wassalamu'alaikum." "Waalaikumsalam, Mbak." Fuad menatap Gama masih dengan tatapan sinis dan sorot mata tajam. Ia menahan tawa melihat rasa takut yang sepertinya sekarang sedang menyelimuti hati Gama. "Mas," panggil Gama. "Apaan?" "Itu siapa yang menelepon? Mbak Salma?" tanyanya sedikit ragu. "Iya, Mbak Salma. Kenapa memang?" "Mereka benar-benar akan datang kesini, Mas?" tanyanya lagi dengan ragu. "Iyalah! Mereka sedang bersiap-siap menuju kesini. Mereka kesini untuk menemui anak gadisnya dan adik iparnya yang sedang dipermainkan oleh seorang lelaki durjana yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang suami dan seorang Papi!" "MAS!" "Siapkan mental untuk menyambut pagi hari ini! Permainan akan dimulai, Gama!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN