Setelah memastikan Janggala pergi, Respati mengajak Tikta untuk menemui Rhod. Ia harus tahu apa yang terjadi.
Mereka pun tiba di butik perhiasan tersebut. Dan seperti biasa, langsung berjalan ke belakang, ke area ruang VIP.
Rhod sudah menunggunya, tangannya memegang gelas berisi wine.
Respati geleng geleng kepala, "Ini masih siang! Kenapa kamu meminum wine?"
"Aku tidak tidur semalaman," Rhod tertawa.
"Apa yang kamu lakukan?" Respati berbaring di sofa ruangan.
"Mencari dan menelusuri," Rhod mulai bercerita.
"Aku mencoba mengingat dan mencari apakah ada Wala yang mampu menghilangkan ingatan?" Rhod menatap Respati.
"Hasilnya?" Respati bertanya.
"Ada. Ini semua terkait keluarga Janggala," Rhod menatapnya.
"Sesuai dugaan," Respati terdiam. "Bagaimana bisa?"
"Nenek dari Janggala adalah seorang telepath yang bisa membaca pikiran. Namun, ia bisa mengembangkan kemampuan telepath-nya hingga bisa menghilangkan ingatan, dan itu tidak mudah," jelas Rhod.
"Tapi, setelah aku telusuri, nenek dari Janggala ternyata memiliki kemampuan untuk menghilangkan ingatan tersebut karena Gem yang ia miliki," tambahnya.
"Gem apa?" Respati mengerutkan keningnya.
"Nenek dari Janggala adalah Rembulan Prastika. Apa kamu familiar dengan namanya?" Rhod bertanya.
Respati mengangguk. Ia langsung mengerti.
Siapa yang tidak kenal dengan Rembulan Prastika?
Dalam dunianya, Rembulan Prastika terkenal sebagai pemilik Gem moonstone yang terakhir. Sejak kematiannya, belum diketahui Wala lain yang memiliki Gem moonstone.
"Kalau Rembulan Prastika adalah nenek dari Janggala, bukankah seharusnya ibu dari Janggala dan Janggala memiliki Gem moonstone? Kenapa dia seorang Black Oval?" Respati mengerutkan keningnya.
"Gem itu turun dari garis keturunan ibu. Kita semua tahu itu," terang Rhod.
"Namun, mereka memiliki Gem berbeda karena ibu dari Janggala bukanlah anak kandung Rembulan," Rhod menambahkan.
"Rembulan Prastika menikah dengan Daniswara Kagendra. Mereka tidak memiliki keturunan. Lalu mengadopsi seorang putri bernama Pinggala Rukmasara. Perempuan ini seorang Patma Opal," ujarnya lagi.
"Kemudian, Pinggala Rukmasara menikah dengan Jantaka Uraga seorang black opal sejati. Dan, lahirlah Janggala Uraga yang juga memiliki Gem black opal," jelas Rhod.
"Tapi, Rembulan Prastika sudah tidak ada, bagaimana bisa ada Wala yang menghilangkan ingatan Kinan?" Respati mengerutkan keningnya.
"Ini baru dugaan. Tapi, dalam pemikiranku, bisa saja Janggala memiliki moonstone milik Rembulan," Rhod menatap Respati,
"Misal, kalaupun Janggala memiliki moonstone itu, dia tidak akan bisa menyentuhnya bukan?" Respati semakin gundah. "Bagaimana mungkin Janggala bisa menghilangkan ingatan dengan bantuan moonstone?"
"Itu dia yang aku pikirkan. Selain itu, biasanya saat seorang Wala meninggal, otomatis Gem miliknya akan menjadi abu. Hanya saja, aku mendengar cerita kalau moonstone itu masih ada," Rhod menatap Respati. "Kita harus cari tahu soal ini."
"Anggaplah moonstone itu ada di tangan Janggala. Tidak mungkin dia bisa menggunakan dua Gem sekaligus. Antara hitam atau putih, dia harus memilih. Iya tidak?" Respati meminta kepastian dari Rhod.
"Seharusnya seperti itu. Tapi intinya, ada sesuatu yang terjadi. Janggala terlibat di sini. Aku yakin," Rhod meminum sisa wine yang ada di gelasnya.
"Wine? Kamu mau?" Rhod menawarkan.
"Tidak. Terlalu awal bagiku," Respati tersenyum.
"Lalu apa yang bisa kamu lakukan untuk menindak Black Opal. Jelas dia menghilangkan ingatan istriku tanpa izin," Respati menarik nafas panjang.
"Sayangnya, aku tidak bisa menindak Black Opal," jelas Rhod.
"Kenapa?" Respati langsung mengerutkan keningnya.
"Ada sesuatu yang dipikirkan atau diucapkan Jadeite pada enam bulan lalu. Dia berteriak soal melupakanmu," Rhod mengungkapkan,
"A-apa?" Respati kaget.
"Kamu harus tanya istrimu. Pernahkah dia berucap kalau dia ingin melupakanmu?" Rhod menyarankan.
Respati terdiam. Ia harus bertanya pada istrinya. Mau tidak mau, ini semua harus jelas.
***
Sore itu, Respati memutuskan untuk bergegas pulang. Banyak pikiran mengganggunya. Ia segera masuk ke dalam penthouse dan melihat kalau istrinya tertidur di lantai ruang baca dengan buku buku bertebaran.
Ada ada saja.
Respati memangkunya dan mengangkat kinan dari lantai, lalu membaringkannya di tempat tidur.
Ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelahnya ia mengambil baju tidur istrinya dan mulai melepas pakaian Kinan satu persatu hingga tubuh indah istrinya terpampang nyata.
Respati hanya menarik nafas panjang sambil memakaikan pakaian tidur yang baru ia ambil. Godaan yang hebat.
Kinan kamu janji akan melakukannya saat aku pulang, kenapa kamu tidur?
Respati mengecup kening istrinya.
Akhirnya ia memutuskan untuk berbaring di sebelahnya tanpa melakukan apapun. Bahkan melupakan makan malam.
Tapi, setelah beberapa saat berbaring, matanya tak kunjung mengantuk. Ia memilih untuk meluangkan waktu dengan membaca. Respati pun bangkit dari tempat tidur dan beranjak ke ruang baca. Ia membawa sebuah buku mengenai moonstone.
Respati kembali duduk di tempat tidur dan membacanya buku tersebut dengan serius.
Bisakah Gem tidak berubah menjadi abu kala pemiliknya meninggal dunia?
Apakah Gem moonstone bisa dimiliki orang lain setelah pemilik aslinya meninggal dunia?
Apakah kemampuan yang dimiliki si pemilik Gem moonstone bisa dialihkan?
Banyak tanya yang coba ia cari jawabannya dari buku tersebut. Respati terus membaca halaman demi halaman. Mencoba mengamati siapa tahu ada yang terlewat.
Tiba tiba istrinya membuka mata dan bangun dari tidurnya. Matanya menatap sekeliling dengan heran.
Kinan menoleh ke arah Respati, "Aku dimana ini? Kenapa aku ada di tempat tidur? Tadi aku di ruang baca."
Respati tertawa, "Aku kaget. Aku pikir kamu hilang ingatan lagi."
"Perlu kamu tahu, kamu tertidur di lantai di ruang baca. Aku memangkumu ke kamar tidur. Besok lagi kamu lanjutkan. Ini sudah malam," Respati menahan senyumnya melihat ekspresi Kinan yang kebingungan.
"Oh!" Kinan kembali berbaring. "Ah! Bajuku! Kenapa ganti baju ini? Apa kamu menggantinya?"
Respati tersenyum, "Iya sayang. Iya. aku yang menggantinya."
"Ah, malu," Kinan menunduk dan tersipu.
Respati menyimpan bukunya di meja samping tempat tidur.
Ia lalu menggeser tubuhnya ke sebelah dan menimpa tubuh Kinanti, "Apa kamu mau aku membukanya kembali? Baju tidurmu?"
"A-apa boleh?" Kinan tersenyum malu.
Tubuhnya seperti terkena sengatan listrik dan Respati langsung melepas kancing baju Kinan satu persatu.
"Aku akan melakukannya secara perlahan. Rasakan semuanya Kinan. Jangan lagi melupakannya," Respati menyingkapkan pakaian istrinya.
"Ahhh.." Kinan merintih saat merasakan lidah Respati memainkan puncak buahdadanya. "Sayang..."
Respati menahan kedua tangan Kinan dan terus beraksi di atas tubuhnya. Serangan bertubi tubi membuatnya terus mengerang.
Keduanya saling memacu tubuh di atas tempat tidur. Peluh membasahi kening keduanya. Hingga akhirnya, tubuh mereka menegang, nafas mereka seperti terhenti sesaat dan tubuh Respati ambruk menimpa istrinya.
"Oh sayang," Kinan melingkarkan kedua tangannya di tubuh suaminya. Respati terengah engah.
Ini yang paling lama dari sebelum sebelumnya. Luar biasa!
Respati mengecup kening istrinya, "Amazing."
Ia berbaring di sebelah istrinya, sambil menatap langit langit.
"Menikah itu indah. Kita memiliki pasangan yang melengkapi satu sama lain. Kita tidak lagi sendiri. Dan, intinya, aku bahagia," Respati menarik dan merangkul tubuh istrinya.
"Bagaimana hari ini? Ada perkembangan yang berarti?" Respati menatapnya.
"Aku sepertinya menemukan sesuatu mengenai kekuatanku," Kinan menatap suaminya.
"Apa?" Respati ingin tahu.
"Mama datang dalam mimpiku dan bilang kalau aku harus datang ke Danau Mori untuk menemukan diriku," Kinan menatap suaminya. "Apa kamu mengizinkanku?"
"Sendiri? Tentu tidak," Respati tersenyum.
"Tapi kalau pergi bersamaku, aku izinkan."
"Serius? Kamu mau menemaniku?" Kinan langsung tersenyum.
"Kamu pikir aku suami macam apa membiarkan istrinya pergi sendirian? Aku ikut. Nanti kita atur waktunya," Respati mencubit pipi Kinan.
"Terima kasih. Aku sangat penasaran soal kemampuanku. Sejak menikah dan menjadi seorang istri, tiba tiba saja menyadari kalau aku memiliki kemampuan khusus, Ini seperti mimpi," Kinan tersenyum.
"Kamu sendiri, sejak tahu soal kemampuanmu, apa reaksi awalmu? Kaget? Atau seperti aku yang berpikir ini semua hanya mimpi?" Kinan bertanya pada suaminya.
"Dan, apa kamu sungguh bisa membaca hati? Bagaimana awalnya kamu mengetahui itu semua?" Kinan ingin tahu.
Respati tertawa, "Pertanyaanmu banyak sekali. Satu satu."
"Aku seorang empath. Artinya, seseorang yang merasakan emosi orang lain. Aku bisa membaca hati dan perasaan," Respati menjelaskan. "Ini sudah aku jelaskan bukan."
"Aku mengetahuinya dari usiaku tujuh belas tahun. Namun saat itu, semua seperti tak terkendali. Kemampuan membaca perasaan ini, dampaknya bisa positif namun juga bisa negatif. Empath bisa mengalami gejolak emosi negatif kala merasakan emosi negatif yang berlebihan dari orang lain," ungkap Respati. "Apalagi, aku bisa merasakan emosi dari banyak orang secara bersamaan. Tidak harus berhadapan. Awalnya, itu menyiksaku."
"Jadi, Wala seperti aku perlu belajar untuk memblokir emosi orang lain. Tujuannya agar aku bisa menetralisir perasaanku sendiri dan tidak membiarkan emosi orang lain masuk ke tubuhku," Respati menatap istrinya.
"Intinya, aku harus menyaring, mana yang perlu aku baca atau tidak. Proses belajar ini membuatku bisa mengendalikan emosiku sedikit demi sedikit. Bahkan, kini aku bisa melawan seorang telepath," terang Respati.
"Aku memblokir emosiku sendiri agar pikiranku tertutup dan hatiku tenang," Respati tersenyum.
"Jadi, jangan selalu berpikir memiliki kemampuan spesial dari sisi baiknya saja. Tapi ada efek negatif yang mungkin harus diatasi," Respati mengingatkan Kinan.
"Oh. Lalu aku bagaimana?" Kinan langsung bingung sendiri.
"Tenang saja. Aku akan membantumu, apapun itu nanti. Yang pasti, sekarang ini, temukan dulu apa kemampuanmu," Respati membelai lembut rambut istrinya.
"Terima kasih sayang," Kinan memeluk erat tubuh suaminya. "Aku tidak tahu harus apa. Untung aku memiliki suami sebaikmu."
Respati tertawa, "Aku harus membuatmu bahagia. Aku sudah berjanji di pernikahan kita."
"Pernikahan kita, apa indah?" Kinan bertanya.
"Sangat!" Respati menahan senyumnya. "Kamu dengan gaun pengantinmu yang serba putih, senyum cantikmu, mata indahmu. Semua sempurna."
"Aku ingin segera mengingat semuanya," Kinan memainkan jari jemarinya di d**a Respati.
"Pasti bisa. Kamu buka album foto kita, siapa tahu bisa membantu," Respati memberi usul.
"Iya ya. Kenapa aku tidak melakukannya? Itu usul yang baik," Kinan baru tersadar.
Respati tergelak. Lucu melihat ekspresi istrinya.
"Oh iya, kamu bilang tadi soal telepath. Apa itu? Apa ada Wala yang memiliki kemampuan itu?" Kinan bertanya.
Respati menatapnya.
Apa ini waktunya aku bercerita soal Janggala?
Apa Kinan harus tahu semuanya saat ini?