"Hmm... Telepath sederhananya adalah pembaca pikiran. Jadi Wala yang memiliki kemampuan ini dapat membaca pikiran seseorang. Seperti mengirimkan transmisi informasi dari pikiran orang lain ke pikiran seorang telepath. Tentunya tanpa menggunakan saluran sensori atau interaksi fisik," jelas Respati.
"Jadi yang aku tahu, untuk membaca pikiran perlu konsentrasi tinggi dan menatap lawan yang ingin dia baca pikirannya. Itu sebabnya, seorang telepath tidak bisa membaca pikiran lebih dari satu orang di saat yang sama," ungkapnya lagi.
"Oh, misal, di pikiranku menginginkan sesuatu, dia akan tahu sesuatu yang aku mau itu?" Kinan bertanya lagi.
"Iya tentu saja," Respati mengangguk.
"Kalau kamu? Bedanya dengan empath apa?" Kinan makin ingin tahu.
"Aku sudah jelaskan bukan?" Respati tersenyum. "Aku membaca hati. Jadi yang aku bisa baca adalah emosi. Dia senang, sedih, culas, jahat, baik, jelek. Seperti itu."
Aku bisa tahu seseorang memiliki niat jahat. Tapi aku tidak tahu apa isi pikirannya," Respati mengulang ceritanya.
"Namun, aku bisa membaca hati lebih dari satu orang sekaligus. Tidak seperti telepath yang hanya bisa membaca satu orang di saat yang sama," jelasnya lagi.
"Apa kemampuanmu ini bisa membantu orang lain?" Kinan melanjutkan pertanyaannya.
"Iya. Sering. Seperti misalnya waktu aku remaja dulu. Saat itu aku sedang menyebrang jalan. Tiba tiba orang yang melintas di sampingku menunjukkan emosi marah yang berlebihan. Aku putuskan untuk mengikutinya," jelas Respati.
"Ternyata, orang itu hendak menculik seorang anak kecil. Aku berhasil menggagalkan rencananya Kinan," Respati tersenyum. "Pembaca hati ini seperti radar yang mendeteksi kalau akan terjadi sesuatu, meski tidak tahu apa."
"Lalu, perasaan perempuan. Hati mereka. Apa kamu bisa merasakannya? Misalnya saat mereka menyukaimu," Kinan ingin tahu.
Respati tergelak, "Tentu saja. Tapi aku abaikan, setidaknya itu perasaan yang baik. Aku tidak pernah ingin tahu terlalu jauh. Biarkan saja."
"Artinya, waktu aku dulu menyukaimu, di awal awal kamu menjadi CEO perusahaan, kamu tahu perasaanku?" Kinan merasa malu sendiri.
"Aku tahu pada akhirnya. Karena kamu seorang Wala, koneksi awal sudah terlihat dari warna Gem. Aku mencarimu dan akhirnya membaca perasaanmu," Respati menerangkan.
"Oh.. Apa banyak yang kamu baca yang ternyata menyukaimu?" Kinan semakin penasaran.
Respati tertawa, "Bisa dibilang, setiap aku melintas, setiap kali itu pula ada saja cinta yang aku rasakan."
"Ah sombong. Sombong," Kinan tertawa dan mencubit lengannya.
"Itu kenyataan," Respati menahan tangan istrinya.
"Tapi, hanya satu yang mendapatkan cintaku. Kamu," Respati tersenyum. "My Jadeite."
"Oh iya soal Gem milikku. Aku sudah membacanya dan katanya Jadeite itu healer. Lalu aku mencoba menusuk jariku dengan jarum pentul hingga berdarah. Dan aku menyentuhnya sambil berpikir agar sembuh. Ternyata tidak," Kinan mengerucutkan bibirnya.
Respati tertawa terbahak bahak, "Bukan begitu cara bekerjanya Kinan sayang."
"Bagaimana seharusnya?" Kinan ikut tertawa menyadari kebodohannya.
"Saat kita menyadari kemampuan kita, Gem akan menjadi perantara. Jadi, saat kamu menggunakan kemampuanmu, Gem akan bereaksi. Itu sebabnya aku menggunakannya dalam bentuk gelang," Respati memperlihatkan lengannya.
"Tali kulit berwarna hitam ini buatan seorang Gem Master yang kemudian melekatkan Gem kecil biru milikku," jelas Respati.
"Posisi Gem ini ada di bagian dalam lenganku jadi aku bisa merasakannya dengan denyut nadiku," terangnya.
Respati lalu menyentuh Gem milik Kinan, "Mamamu memberikan Gem ini dalam bentuk liontin, jadi saat Gem bereaksi, jantungmu bisa merasakannya."
"Ada aliran energi tak terlihat yang akan kamu rasakan," ungkap Respati.
"Oh.." Kinan mengangguk. "Jadi, saat kita tidak merasakan apapun, artinya kemampuan belum keluar? Begitu?"
"Iya," Respati mengangguk. "Untuk kasusmu, nanti kita cari jawaban di Danau Mori. Aku akan meminta pendapat Rhod terlebih dahulu sebelum kita berangkat."
"Sekarang aku mau bertanya satu hal. Ada hal yang Rhod ucapkan dan itu menggangguku. Apa kamu pernah mengucap kalau kamu ingin melupakanku?" Respati teringat ucapan Rhod.
Kinan tertawa, "Pernah. Bahkan berteriak dengan keras di rooftop kantor."
Respati mengerutkan keningnya, "Kenapa?"
Kinan tersenyum, "Saat itu kita belum saling mengenal. Aku hanya merasa kalau aku dan kamu itu tidak mungkin. Sementara, aku terus saja mengingatmu. Jadi rasanya kesal sendiri dengan situasi itu. Dalam pikiranku, tidak mungkin seorang aku yang biasa biasa saja bisa membuatmu menyukaimu."
Respati langsung menjitak pelan kepala Kinan, "Tidak lagi kamu mengulangnya. Jodoh itu di luar kuasa manusia. Kita tidak pernah tahu. Jangan sembarangan berucap. Ucapan itu doa."
"Aww," Kinan mengusap usap kepalanya.
Respati tertawa, "Apa aku terlalu keras melakukannya?"
Kinan hanya cemberut.
"Maafkan aku, tapi ucapanmu itu membuat Rhod tidak bisa bertindak," Respati mulai bicara.
"Maksudmu?" Kinan bingung.
"Kalau ada orang yang menghilangkan ingatan seseorang tanpa seizin yang bersangkutan, itu artinya merusak keseimbangan. Rhod akan bisa menindaknya. Tapi, lain cerita kalau orang itu memang meminta untuk dihilangkan ingatannya. Dalam kasusmu, kamu berteriak ingin melupakanku. Itu artinya, memori hilang dengan seizinmu!" Respati menjelaskan.
"Apa?? Itu hanya ucapan sesaat saja. Tindakan emosional. Maksudku karena konteks ketidakyakinan dalam hatiku. Aku tidak yakin kamu menyukaiku. Jadi, aku ingin melupakanmu agar tidak terus mengingatmu dan ya aku berteriak mengucapkannya agar aku melupakanmu," Kinan bicara panjang lebar. Ia kaget kalau ternyata tindakannya akan membuka kesempatan terjadinya satu tindakan kejahatan.
"Itu sebabnya ada istilah mulutmu harimaumu!" Respati tersenyum. "Berpikir sebelum berbicara. Berpikir sebelum bertindak."
"Iya, iya, iya.. Tapi pembelaanku, aku tidak tahu apapun. Bahkan aku baru tahu kalau aku spesial setelah menikah!" Kinan tersenyum.
"Dan siapa juga yang akan tega melakukan ini padaku?" Kinan mengangkat kedua bahunya. "Apa maksudnya? Apa tujuannya? Apa aku pernah berbuat jahat padanya?"
Kinan melanjutkan ucapannya, "Bagaimana aku berbuat jahat pada seorang Wala, kalau aku saja baru tahu kalau aku seorang Wala."
Ia menghela nafas panjang, "Apa kamu memiliki dugaan soal ini? Siapa yang tega melakukannya? Dan apa motifnya?"
"Aku akan cerita," Respati memasang wajah serius.
"Ada seorang Wala yang aku curigai melakukan hal ini padamu. Dia seorang telepath. Sepertinya dia yang menghilangkan ingatanmu," jelas Respati.
"Sebetulnya dia tidak dalam kemampuan untuk bisa menghilangkan ingatan seseorang, Tapi ternyata, dia bisa melakukannya. Hal ini sepertinya terkait Gem moonstone. Tapi semua masih dalam penyelidikan. Rhod sedang menelusurinya," Respati langsung menghela nafas. Ia teringat Janggala, dan itu membuatnya kesal.
"Kenapa dia melakukannya padaku? Apa maksudnya?" Kinan kaget mendengarnya. "Dan, si-siapa telepath itu?"
"Itu yang harus kita cari tahu. Apa maksudnya? Itu juga tanda tanya besar untukku," Respati menatap istrinya. "Kalau memang niatnya untuk mengambilmu dariku, itu tidak mudah. Gem dia berwarna hitam Kinan. Agar kalian terkoneksi, Gem miliknya harus memberi sinyal hijau sesuai milikmu. Dan, Gem milikmu juga harus berubah hitam," Respati menjelaskan.
"Sedangkan yang terjadi itu, Gem milikmu jelas jelas berubah biru," Respati menggelengkan kepala tanda kesal.
Kinan terdiam. Lelaki dengan Gem hitam? Apa ini terkait dengan mimpinya yang memunculkan nuansa hitam?
"Dia itu seorang lelaki? Siapa dia? Kamu belum menjawabnya," Kinan semakin penasaran.
"Namanya Janggala. Lengkapnya Janggala Gadhing Uraga," ungkap Respati.
"Apa?? Bukannya dia CEO Uraga Corporation?" Kinan menatap Respati dengan kaget.
"Kamu tahu dia?" Respati sedikit cemburu.
"Aku hanya pernah membaca artikel tentangnya," ungkap Kinan.
Respati menggaruk rambutnya, "Jangan lagi membaca tentang dia. Aku tidak suka."
Kinan hanya tertawa, "Aku hanya membaca di sebuah majalah tak sengaja. Bukan mencari carinya,"
Respati mencubit kedua pipi Kinan, "Aku larang. NO!"
Kinan hanya tergelak.
"Jelaskan padaku! Kenapa kamu mencurigai lelaki itu? Ada masalah apa?" Kinan semakin ingin tahu.
"Hhh.. Kisahku dan Janggala harus menilik jauh ke belakang. Ini urusan keluarga Dierja melawan keluarga Uraga," ungkap Respati.
"Memang ada apa?" Kinan melupakan rasa kantuk dan ingin terus mendengar cerita ini.
"Tidak mengantuk?" Respati tersenyum.
"Aku penasaran, jadi tidak lagi mengantuk," Kinan pun menggeleng.
"Mau mendengar ceritaku?" Respati memastikan. "Kamu serius belum mau tidur?"
"Sepertinya ini efek aku ketiduran di ruang baca, jadi saja tidak mengantuk sekarang.
"Ok dengarkan ceritaku," ujar Respati.
Kinan pun mulai menyimak.
***
Janggala lagi lagi melihat kalau Gem miliknya berubah merah dan kemudian kembali ke warna hitam.
Ia mengabaikannya.
Koneksi ternyata bisa dipatahkan. Setelah ia mempelajari pemikiran para Wala terdahulu, Akhirnya ia tahu rahasia untuk mematahkan koneksi tersebut.
Cara untuk melakukannya hanya dia yang tahu. Yang pasti, membutuhkan Gem khusus.
Dan Gem itu, hanya aku yang memilikinya saat ini.
Janggala membuka genggaman tangannya. Sinar putih muncul dan kemudian menghilang. Ia memasukkan yang ada di kepalan tangannya itu ke dalam sebuah tas serut kecil yang tergantung dengan tali panjang di lehernya.
Tiba tiba bel penthouse kediamannya berbunyi. Janggala tersenyum licik.
Ia berpura pura memanggil Mirah terkait pekerjaan. Namun niatnya adalah memutus koneksi dirinya dengan perempuan itu.
Janggala membukakan pintu dan membiarkan Mirah masuk ke dalam penthouse miliknya.
Mirah mengenakan rok pendek ketat dengan panjangnya sekitar dua puluh sentimeter di atas lutut. Ia juga mengenakan atasan kemeja putih dan blaser
Janggala hanya tersenyum melihatnya. Tubuh perempuan selalu menarik baginya. Tapi, sekalinya ia menyentuh Mirah, bisa jadi perempuan itu tidak akan mau lepas darinya.
Dari kemejanya yang terbuka hingga ke kancing ketiga, Janggala bisa melihat adanya liontin yang tergantung dan memantul di antara belahan dadanya yang indah.
Menggoda juga.. Janggala menggigit bibirnya.
"Ada apa pak?" Mirah bertanya.
Janggala tahu kalau perempuan ini sebetulnya tahu soal koneksi mereka, tapi berpura pura tidak tahu. Ia mulai membaca pikirannya. Dan, apa yang ia ketahui sungguh menggodanya.
Ia mendekat ke arah Mirah, "Kamu menginginkanku untuk menciummu dan menyentuhmu?" Janggala mendekat.
"Aku bisa membaca isi pikiranmu dengan jelas," Janggala menyeringai.
Mirah tersenyum lebar, "Aku tidak berniat menutupi isi kepalaku. Mau tidak mau, pada akhirnya, kamu akan mengetahuinya."
"Gem milikku berubah hitam. Jangan menghindar Janggala," Mirah mendekat, sangat dekat. Hingga hembusan nafas keduanya saling beradu.