DIERJA vs URAGA

1046 Kata
"Aku tahu kamu tahu," Mirah kembali bicara. Saking dekatnya, hidung mereka saling bersentuhan. Janggala menatap mata Mirah dan membaca pikirannya. Apa yang ia ketahui cukup membuatnya b*******h. Mirah perlahan membuka kancing kemejanya dan melemparkannya ke lantai. Bagian atas tubuhnya begitu padat dan ranum. Tak hanya itu, ia menurunkan resleting roknya hingga melorot jatuh ke lantai. "Kamu melihat tubuhku dan membaca pikiranku. Apa lagi yang kamu tunggu?" Mirah melekatkan bibirnya pada bibir Janggala. Isi kepala Mirah menggambarkan keinginannya yang begitu menggebu gebu. Bahkan, emosinya seperti menular padanya. Tubuhnya terasa panas. Janggala mulai menyentuh punggung Mirah secara perlahan. Jari jemarinya membuka kaitan penahan bra yang menutupi dua area kembar yang membulat dengan indah. Bra itu pun terlepas. Janggala menelan air liurnya sendiri. Sebagai seorang Wala, ia tak bisa bebas menyentuh tubuh wanita. Melihat mungkin bisa, tapi menyentuhnya? Hanya yang terkoneksi dengannya yang bisa ia sentuh secara bebas. Mirah ada di hadapannya. Memperlihatkan segala keindahan tubuh wanita yang lelaki idamkan. "Kamu bebas menyentuhku. Lakukan apapun yang kamu mau," Mirah mendesah pelan di telinganya. Janggala tak sanggup menahan godaan yang ada di hadapannya. Ia dengan cepat meremas kedua bukit kembar yang begitu menggodanya. Mirah mengerang dan menggeliat pelan. Janggala melepas pakaiannya tanpa ada sehelai benangpun menutupinya. Ia lalu mendorong Mirah ke tembok terdekat. Lidahnya mulai bermain di puncak buahdada besar yang ranum tersebut. "Oh! Oh!" Mirah meronta ronta saat Janggala menghisapnya bertubi tubi. "Diam.." Janggala menahan tubuh Mirah hingga perempuan itu hanya sanggup menggeliat pelan. Erangan dari mulut Mirah makin menjadi jadi. Janggala tak tahan lagi. Ia berlutut dan menurunkan penutup terakhir di tubuh perempuan itu. Mirah merintih, "Ah, lakukan sekarang. Lakukan." "Kamu yakin? Aku belum tentu menikahimu,: Janggala mendesah hebat dan membasahi daun telinga Mirah. "Kita terkoneksi. Tidak mungkin kamu dengan yang lain. Lakukan saja," Mirah meremas bahu Janggala dengan kuat. "Cepat. Oh!" Mirah memejamkan mata dan mengusap miliknya yang semakin basah. Janggala dengan kasar memanggul tubuh Mirah dan membantingnya ke tempat tidur. "Aku akan melakukannya. Buka kakimu," Janggala memberikan perintahnya. Mirah membuka kakinya lebar lebar. Tak lama, ia merasakan ada sesuatu yang panjang dan keras menusuknya. Ia hanya bisa berteriak. Hentakan demi hentakan yang membabi buta tak memberikannya kesempatan untuk bahkan bernafas dengan tenang. Janggala seperti kesetanan. Tapi, ia menikmatinya. Lelaki ini sudah memasuki tubuhnya. Koneksi mereka sudah terbentuk seutuhnya dan tidak mungkin bisa terputus. Mirah tersenyum. Ia tahu niat Janggala untuk memutuskan koneksi mereka. Tapi, sekarang sudah terlambat. Cepat atau lambat, Janggala akan tahu kalau ia seorang bodeth yang bisa mendapatkan firasat. Saat ada hal yang akan terjadi di luar yang seharusnya, firasat itu datang. Sudah beberapa hari ini, ia mendapatkan firasat kalau koneksinya dengan Janggala akan terputus. Tidak mungkin ada orang lain yang tahu soal koneksi mereka kalau bukan dirinya sendiri atau Janggala. Dan, dalam kasus ini, aku tidak berniat memutuskan koneksiku. Artinya hanya Janggala yang memiliki niat itu. Tapi, hari ini, aku gagalkan rencanamu. Tiba tiba, tubuhnya merasakan kenikmatan tiada tara yang membuatnya terbang ke langit ketujuh. Janggala menghentakkan tubuhnya berulang kali. Sedangkan dirinya hanya berbaring lemas. Malam yang panas. *** "Ceritakan padaku. Please. Aku penasaran. Apa yang terjadi pada Keluarga Dierja dan Uraga?" Kinan dengan tidak sabar meminta Respati bercerita. "Dulu, papaku, Rupadi Dierja dan papanya Janggala yaitu Jantaka Uraga sesungguhnya bersahabat," kisah Respati "Tapi, lama kelamaan, dengan semakin tinggi level kemampuan mereka masing masing, ada perbedaan sudut pandang mengenai cara menggunakannya," jelasnya. "Papa berpikir untuk menerapkan aturan bagi para Wala agar tidak menggunakan kemampuannya kecuali di saat membahayakan atau dalam misi tertentu atau untuk menolong," ujar Respati. "Tapi, Jantaka lebih memilih untuk tidak menerapkan aturan sama sekali. Dan mengembalikannya pada pribadi masing masing," Respati menghela nafas. "Perbedaan sudut pandang ini membuat keduanya berselisih paham dan akhirnya mengambil jalan masing masing," Respati mengingat cerita papanya. "Sampai puncaknya, Jantaka mencoba mengendalikan pikiran papa. Namun, karena papa seorang empath dengan level tinggi, dia bisa mengosongkan pikirannya dan memblokir emosinya dengan cepat," Respati melanjutkan ceritanya. "Papa bisa merasakan niat jelek Jantaka," tambahnya, "Gara gara kejadian itu, papa marah. Mereka akhirnya tidak pernah lagi bicara satu sama lain dan bahkan memilih untuk menjauh." "Jantaka pun dendam pada papa. Selama ini, papa cukup tahu kalau keseimbangan terganggu, ada peran serta keluarga Uraga di situ," ujarnya. "Bahkan, Jantaka Uraga menggunakan kekuatannya untuk mengembangkan bisnis. Itu licik," Respati menggelengkan kepalanya. "Dalam dunia kita, para pemilik Gem bloodstone lah yang akan menetralkan semuanya. Saat keseimbangan terganggu, saat itu pula mereka bergerak untuk menetralkannya," ungkapnya. "Kemampuan mereka semakin kuat setelah Jantaka menikahi Pinggala Rukmasari dan melahirkan Janggala. Ketiganya memiliki Gem yang sama, yaitu Opal. Itu sebabnya kemampuan mereka semakin kuat saja," jelas Respati lagi. "Akibatnya kerajaan bisnisnya pun semakin membesar. Mereka memanfaatkan kemampuannya untuk kepentingan pribadi," Respati menghela nafas panjang. "Memangnya dalam suatu keluarga kalau memiliki Gem yang sama akan memperbesar kemampuannya?" Tanya Kinan. Respati mengangguk, "Kamu betul." "Papa, aku dan mama adalah Paragon. Keluarga Dierja merupakan Paragon, begitupun dengan Keluarga Uraga." Respati menambahkan. "Paragon? Apa itu maksudnya?" Kinan mengerutkan keningnya. "Itu artinya sempurna. Jadi, papa, mama dan aku memiliki Gem yang sama, yaitu Alexandrite. Lalu keluarga Uraga juga sama, semuanya memiliki Gem Opal," terang Respati. "Itu sesuatu yang langka Kinan. Paragon memiliki pengaruh tersendiri dalam dunia Wala." "Sekarang ini, tidak mudah menemukan keluarga Wala yang memang memiliki Gem yang sama. Setidaknya di dua generasi," tambahnya lagi. "Oh begitu," Kinan mengangguk. "Memang keistimewaannya apa kalau satu keluarga memiliki Gem yang sama? Apa yang menyebabkannya bisa memperkuat kemampuan?" Tanya Kinan lagi. "Kita bisa menggabungkan kekuatan dari kemampuan kita hingga tiga kali lipat," Jelas Respati. "Tak hanya itu, saat Gem kita bersatu, kita juga bisa menyerap kekuatan dari yang lain." "Wah, menyerap bagaimana?" Kinan semakin penasaran. "Kala ada yang menggunakan kemampuannya pada aku, papa atau mama, dengan menyatukan Gem, maka kemampuannya itu bisa kita serap dan tidak bisa melakukan penetrasi kemampuannya," ungkap Respati. "Waaah, sehebat itu?" Kinan tak percaya. Respati hanya tersenyum, "Iya sehebat itu. Tapi, kita juga hanya bisa menggunakannya saat terdesak. Tidak bisa sembarangan." "Lalu kita? Aku dan kamu sekarang keluarga bukan? Tapi kita memiliki Gem yang berbeda. Apa itu mengurangi kemampuan Paragon?" Kinan semakin penasaran saja. "Tidak," Respati menggeleng. "Namun demikian, aku dan kamu. Meski kita memiliki Gem berbeda. Aku Alexandrite dan kamu Jadeite. Tidak berarti kita tidak istimewa," Respati tersenyum lebar. "Kita istimewa?" Kinan bingung. "Yes. Semua karena Gem milikmu, Jadeite adalah Gem yang langka," ungkapnya. "Langka? Kenapa?" Kinan ingin tahu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN