Ke Esokan harinya.
Pukul 04.00Wib
Reno dan Renatha terpaksa harus tidur dalam satu tenda. Tapi Renatha tak habis akal. Iya sekat dalam tenda dengan menggunakan tas dan barang bawaan mereka. Tentu akan menjadi aman bagi Renatha. Sepertinya semalam ia sangat capai mengurus Reno. Renatha terus mengecek suhu tubuh Reno. Karena ia sangat takut kalau Reno sampai demam. Setelah ia rasa Reno baik-baik saja baru Renatha tidur.
“Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control. My heart is breaking since you went away, I’m so sad when you’re gone. Come back soon. Miss you. . I love you more than any word can say. I love you more than every action I take. I’ll be right here loving you till the end. You are my strength but loving you is my biggest weakness. (Bertemu denganmu adalah takdir, menjadi temanmu adalah pilihan, tapi jatuh cinta denganmu benar-benar di luar dayaku. Hatiku remuk sejak kamu pergi. Aku sangat sedih ketika kamu pergi. Kembalilah, Sayang! Aku mencintaimu melebihi kata yang bisa aku ucapkan. Aku mencintaimu melebihi tindakan yang bisa aku lakukan. Aku akan di sini mencintaimu sampai akhir. Kamu adalah kekuatanku tapi mencintaimu adalah kelemahan terbesarku)” ucap Reno saat mulai tersadar dalam tidurnya. Reno memandangi Renatha yang semakin hari semakin cantik.
Renatha membuka matanya. “What do you talking abaut, Reno? (Apa yang kamu katakan Reno?)” Sebetulnya Renatha sejak tadi mendengarkan apa yang Reno katakkan. Ups! Reno kepergok. Hayo mau ngomong apa? Reno pasti gelagapan banget ketauan seperti itu.
“Je suis heureux. Je suis tombé. La seule faute est de te laisser de jouer dans mon cœur. Et je ne peux pas te détruire dedans. (Aku bahagia berada di sisi kamu Aku jatuh ke dasar hatimu. Satu-satunya kesalahan adalah membiarkanmu bermain dalam hatiku. Dan aku tak bisa memusnahkanmu didalamnya)” Reno malah menggunakan bahasa Prancis.
“Apaan sih Reno! Gue engga ngerti!” Protes Renatha.
“Oh sebentar,” Reno pura-pura berpikir. “당신 밖에 없어요. 처음부터 그대는 영원토록 그대는, 기쁠때나 슬플때나 늘 사랑 하겠습니다. 곧.당신 없이 못살아요다시볼수있으면좋겠어요 (Dangsin bakkye eopseoyo. Cheoeumbuteo geudaeneun yeongweontorok geudaeneun, gippeulttaena seulpeulttaena neul sarang hagetsseumnida. Got dasibolsuisseumyeonjokesseoyo. Dangsin eopsi motsaleoyo.) (Tidak ada orang seperti kamu. Dari awal kamu dan sampai selamanya tetap kamu, saat senang atau saat sedih aku akan selalu mencintaimu. Aku berharap kita bisa bertemu lagi secepatnya. Aku tidak bisa hidup tanpamu.)” Reno tambah ngaco malah gombal dalam bahasa Korea. Apa Reno otaknya geser kali yah? Gara-gara semalaman kehujanan.
“RENOOOO!!” Renatha murka.
“ずっとあなたと、**にいたいです. **にいられるだけで、*しいよ、. あなたがいれば、*もいらない。いつでも あなたを*っています。*の*は、あなたの*。(Zutto anata to isshoni itai desu. Isshoni irareru dake de ureshiiyo. Anata ga ireba nanimo iranai. Itsudemo anata wo omotteimasu. Watashi no kokoro wa anata no mono.) (Aku ingin bersamamu selamanya. Hanya bisa bersamamu saja aku merasa senang. Kalau ada kamu, aku tak butuh apapun. Aku akan selalu memikirkanmu. Hatiku adalah milikmu)” lanjut Reno tanpa memperdulikan Renatha yang mulai geram.
“STOP RENOOOOOOO!!!” kali ini Renatha benar-benar marah.
“Oke. Oke sorry karena kamu udah bangun. Kita beres-beres yuk. Kita kepuncak gunung ini dulu sebentar ada yang mau aku tunjukin. Oke bentar aja. Nanti kita lanjutin cari tanaman obat,” saran Reno mengalihkan pembicaraan. Sebenernya sedikit malu tadi dia kepergok mengutarakan isi hatinya dalam bahasa Inggris. Engga perduli lah dengan bahasa asing lainnya. Kalau selain Inggris dan Indonesia Renatha pasti tidak mengerti. Haha Reno pandai sekali.
“Apa lagi sih Ren? Ini jam empat loh. Katanya mau bangunin gue jam tiga. Lagian lo kan sakit. Lo dah engga apa-apa kan?” tanya Renatha sambil memegangi kening Reno.
“Udah ga apa-apa kok. Dengerin gue Re, di atas sana banyak banget tanaman obatnya. Gue yakin engga semua mahasiswa mau mendaki ke sana. Makannya kita aja yuk! Masih keburu kok. Perjalanan ke sana sekitar satu jam setengah ,” Reno kukeh ingin mengajak Renatha sampai ke puncak gunung.
********
“Kayanya udah cukup deh tanaman obatnya,” ujar Reno saat berada di puncak gunung. “Re lihat!” Reno menunjuk ke arah timur. Ya tepat pukul enam lewat lima belas menit. Matahari mulai muncul dari peraduanya. Langit mulai terlihat kuning ke emasan. Sungguh indahnya ciptaan Allah yang maha dasyat itu. Perlahan matahari mulai mengintip-ngintip muncul di permukaan bumi. Saat itulah yang Reno nanti.
“Annyeong haseyo (Selamat Pagi),” sambut Reno dengan penuh senyuman sambil mata tertutup.
“Lo masih bisa bahasa korea? Lo bisa ajarin gue?” entah ada angin apa Renatha ingin belajar bahasa Korea pada Reno.
“Ne, Mullon imnida (Ya, Tentu saja)” jawab Reno tanda setuju. “Kita itung mundur dulu yah dalam bahasa Korea sambil ngeliat matahari terbit,” saran Reno.
Renatha mengangguk. “Oke. 열 (Yol),아홉 (Ahob),여덟 (Yodol), 일곱 (Ilgop), 여섯 (Yosot), 다섯 (Dasot), 넷(네) (Net), 셋(세) (Set), 둘(두) (Dul), 하나(한) (Hana) (Sepuluh.. Sembilan… Delapan.. Tujuh.. Enam.. Lima.. Empat.. Tiga.. Dua.. Satu..)” Reno mulai berhitung menggunakan bahasa Korea.
“Annyeong haseyo! (Selamat Pagi!),” teriak mereka bebarengan sambil tertawa. Tak sadar Reno mengenggam tangan Renatha. Saking asiknya melihat sun rice, Renatha tidak menyadari kalau tangan Reno sudah melingkar manis di tangannya. Semuanya begitu indah, mereka tersihir oleh keindahan Allah yang maha dasyatnya.
“Oke kita mulai. Jônēn Reno imnida. Indonésiaésô wassémnida. Jigēm Bandung samnida. Orǽ yôl yôdôl sarimnida. Mannasô bangabsēmnida artinya namaku Reno. Aku berasal dari Indonesia, sekarang aku tinggal di Bandung. Tahun ini saya berumur delapan belas tahun. Senang berjumpa dengan anda. Ayo sekarang giliran kamu,” Reno memperkenalkan diri dalam bahasa Korea.
“Lah lah.. kamu terlalu cepet Ren, bisa di ulang?” Renatha kebingungan.
“Lo pasti bisa ko, ayo! Lo cewek yang cerdas Re. Dulu juga bisa kan?” Reno memberi semangat.
Renatha menarik napas panjang. Renatha sedikit keki pada Reno. Tapi, ia akan mencobanya, “Oke. Jônēn Renatha imnida. Indonésiaésô wassémnida. Jigēm Bandung samnida. Orǽ yôl yôdôl sarimnida. Mannasô bangabsēmnida. Seperti itu?” Nilai seratus buat Renatha. Sekali dia dengar langsung bisa hafal saja. Renatha dan Reno memang sangat jenius. Hanya saja Reno memang lebih unggul dari Renatha.
Dulu Renatha dan Reno sering bersaing di sekolah. Mereka berdua anak teladan dan sangat pandai. Rasa ingin tahu Reno lebih besar di banding Renatha. Kalau Renatha, dia hanya mempelajari satu hal saja yang menurut ia menarik. Beda dengan Reno yang selalu ingin tahu tentang segala hal. Makannya Reno sekarang banyak menguasai beberapa bahasa asing.
“당신은 정말 대단했어요 (Dangsineun jeongmal daedanaesseoyo) (Kamu benar-benar luar biasa) Perfect job! Lo bener-bener smart. Sebelum di lanjut, gue boleh tahu kan, kenapa lo mau belajar bahasa Korea? Padahal dulu lo cuma tertarik sama bahasa Inggris doang,” Reno penasaran.
“Gue suka fashion Korea. Rencananya papah mau ada join sama perusahan Korea. Kan kalo khursus gue males. Karena lo ada di sini, ga apa-apa dong gue khursus sama lo, hhee” Renatha nyengir kuda.
“Emmhh maunya gratisan aja Hahahaa, Kebiasaan deh lo, kalo belajar itu karena lo tertarik sama duina itu. Harusnya lo tuh belajar bukan karena itu. Lo harus mau belajar dalam segala hal. Karena hal yang baru, bisa membuka lo ke dunia yang baru juga. Biar lo ga gampang di bodohi orang. Dan lo juga bisa bermanfaat buat orang lain, bukan buat di manfaatkan,” terang Reno.
“Iya pak guru, udah yuk turun kebawah lagian udah jam tujuh nih sekarang. Tuh liat matahari dah mulai tinggi,” tukas Renatha.
Indahnya melihat sun rice sambil belajar bahasa Korea bersama sang mantan. Sayangnya hanya sebentar saja. Tak lama mereka turun menuruni gunung dengan perlahan. Berhubung semalam hujan turun. Mereka harus ekstra hati-hati karena jalanan menjadi licin.
“Re, sebentar!” Reno menahan langkah Renatha.
“Apaan lagi sih Ren?”
“Lihat itu!” Reno menunjuk air terjun di arah barat. Bukan hanya ada air terjun. Tapi ada pelangi yang indah menyilang di antara air terjun itu. Mungkin karena habis hujan. Jadi pelangi itu muncul di pagi hari. Sungguh indah perjalan mereka hari ini. Hari pertama yang sangat menyenangkan. Semoga hari kedua akan seindah hari pertama.
Lokasi perkemahan mereka tepat di gunung puntang Bandung. Tidak banyak orang yang mengetahui lokasi wisata yang ada di gunung ini. Padahal selain lokasi wisatanya. Banyak keindahan alam yang sangat indah di dalamnya.
“Kamsahamnida Reno (Terima kasih Reno),” Renatha tersenyum penuh arti.
Reno tersenyum, “Ai shitemo ii? (Bolehkah aku mencintaimu ?)” ceplos Reno dalam bahasa Jepang.
“What?” kening Renatha berkerut aneh.
Apa Reno akan memberitahu apa artinya yang dia ucapkan? Lalu bagaimana hari ke dua mereka berkemah?