10. Berseteru

1454 Kata
Husein dan Kevin sampai di rumah. Wajah Kevin sungguh pucat dengan tubuh yang terlihat sempoyongan, Rara menatap khawatir putranya yang terlihat tidak baik-baik saja. "Kevin, kamu kenapa, Nak?" tanya Rara dengan panik. Husein membantu Kevin yang sempoyongan. Laki-laki paruh baya itu membawa tubuh anaknya ke kamar. Saat perjalanan menuju kamar, mata Kevin bersitubruk dengan mata Bima. Kevin hanya memandang enggan bersuara. Begitupun dengan Bima, kebisuan yang menjadi bahasa mata. Bima menatap saudaranya dari atas sampai bawah. Tadi setelah dia bertemu dengan papa Liana, Bima segera pulang. Saat pulang dia tidak mendapati Kevin yang biasanya sudah nongkrong sambil main HP. Dan sekarang dia melihat saudaranya itu yang tampak tidak baik-baik saja. "Kenapa Kevin bisa begini sih?" tanya Rara lagi karena tidak merasa mendapat jawaban. "Biasa, masalah cinta," jawab Husein. Ia meneruskan langkahnya membawa Kevin ke kamar. Rara ikut memasuki kamar Kevin, perempuan itu membantu melepas sepatu putranya. Kedua putranya dari kecil selalu tak pernah berhenti membuat ulah. Dan ini untuk kesekian kalinya Kevin berbuat ulah. Bima menatap adiknya yang hanya beda beberapa menit darinya itu. Perkara cinta, kenapa Kevin sampai segitunya? Yang Bima tau cewek Kevin gak cuma satu. Cewek Kevin banyak, tiap hari yang diboncengin beda. Bima rasa kalaupun Kevin putus dengan satu pacarnya, maka akan ada seratus wanita lagi yang dengan sukarela menerima Kevin. Kadang Bima iri dengan Kevin, begitu mudah dia menarik perhatian cewek hanya bermodalkan bacod. "Bim, kamu tau cewek mana yang sampai membuat Kevin kayak gini?" tanya Rara pada Bima yang berdiri mematung. Bima menggelengkan kepalanya. Kalau disuruh menebak, Bima tidak bisa. "Biarin Kevin istirahat dulu. Gak bisa minum sok-sokan minum. Teler kayak banci!" Gerutu Husein. Rara memukul lengan suaminya dengan kencang. Sudah tua tapi gak pernah berubah, ngegas mulu kalau ngomong. Bima kembali ke kamarnya, laki-laki itu mengambil hp nya yang tadi dia letakkan di ranjang. Bima mengecek profil w******p Liana, memastikan bahwa pacarnya itu sudah tidur. Awas aja kalau belum, siap-siap saja menerima semprotan pedas mulut Bima turunan daddy Husein. Tak berapa lama Bima mengerutkan dahinya. Ia mengecek profil w******p Liana yang tidak ada keterangan kapan terakhir online. Bima menggerutu dalam hati, berani sekali Liana mematikan tanda onlinenya. Bima menelfon Lion dengan tujuan ingin menanyakan apa Liana sudah tidur. Dan jawaban dari Lion sungguh membuat Bima mengepalkan tangannya dengan erat. Lion menjawab Liana masih main pingpong dengan papanya. Kenapa main pingpong harus tengah malam? Besok pagi kan bisa sembari olahraga, batin Bima. Setelah mendapat jawaban dari Lion, Bima segera mematikan panggilannya dengan sepihak. Bima mencoba menelfon Liana beberapa kali, tapi tetap tidak diangkat. Baru beberapa jam Liana resmi jadi pacarnya, kini cewek itu sudah berani memancing emosinya. Kapan sih Liana jadi gadis pendiam yang kalem. Gadis itu selalu memberontak dan selalu seenaknya sendiri. Di sisi lain Liana tengah mengusap peluh di wajahnya. Permainan bola pingpong dengan papanya sangat seru. Tadi ia merengek tidak bisa tidur pada mamanya, dan papanya menawarkan untuk main pingpong biar lelah. Kalau tubuh lelah, mata akan mudah terpejam. "Masih pengen main, Pa!" ucap Liana kembali merengek. "Besok lagi, ini sudah malem. Besok kan sekolah!" kata Akbir. Liana mengerucutkan bibirnya sebal. "Dek, tadi Bima telfon. Nanyain kamu udah tidur apa belum," ucap Lion yang tiba-tiba menghampiri Liana dan Akbir. "Terus kakak jawab gimana?" tanya Liana dengan panik. "Ya aku jawab lah, kalau kamu main pingpong sama Papa." "Kak Lion kok gitu sih. Bilang aja kalau aku sudah tidur!" kesal Liana. Cewek itu menghentakkan kakinya dengan kesal. Pasti setelah ini Bima akan ngomel-ngomel dengannya. Liana ingin disayang-sayang, bukan diomeli sepanjang malam. Liana berjalan ke kamarnya dengan tergesa-gesa. Gadis itu juga menghempaskan tubuhnya di ranjang setelah menyambar hpnya yang ada di nakas. Saat mengecek hpnya, banyak panggilan tak terjawab juga chat w******p dari kekasihnya. Liana memutuskan untuk membalas chat Bima. Liana: Maaf kak, aku gak bisa tidur. Makanya aku main pingpong. Liana menghembuskan napasnya, semoga Bima tidak marah. Memang bener kan dia tidak bisa tidur. Mau dipaksa juga tidak bakal merem. Bima: Kenapa harus main pingpong tengah malam? Aku bisa nyanyiin kamu sampai tidur. Yang ringan-ringan aja bisa buat tidur. Kenapa malah cari yang berat? Liana membaca balasan Bima, dia tersenyum kecil. Memang Bima yang paling perhatian. Bima selalu memperhatikannya mulai dari hal kecil. Liana: Iya kak, besok kalau gak bisa tidur nyanyiin ya! Bima: Yaudah cepat tidur. Besok sekolah aku jemput. Liana: Siap bos! Liana menyimpan hp nya. Sekarang ia tak merasa tertekan chattingan dengan Bima, malahan dia sangat bahagia. Statusnya sudah naik satu tingkat. Dari yang mulanya jomblo jadi punya doi. Pagi harinya Bima merasa aneh dengan sikap Kevin. Saat ingin berbicara, Kevin seakan menjauhinya. Bima melirik Kevin yang tak bicara saat makan padahal biasanya cowok itu yang paling heboh. Entah itu bercerita yang gak jelas atau sekadar godain mommynya. Namun pagi ini sangat terasa sepi. "Vin, uang yang Daddy kasih masih berapa?" tanya Husein mencoba memecahkan keheningan. Biasanya soal uang Kevin paling gercep. Walau masih banyak, cowok itu pasti ngaku tinggal sedikit. Kebiasaan Kevin dari orok selalu sok melas, sok misqueen dan sok menyedihkan agar dikasihani dan disawer uang lagi oleh daddynya. "Masih banyak!" jawab Kevin datar. Kevin bangkit dari duduknya, pria itu mengambil kotak makan berwarna pink hadiah dari Liana saat dia ulang tahun. Kevin memasukkan nasi dan lauk pauk. Husein mengerutkan alisnya, tumben sekali Kevin mau membawa bekal. "Kok tumben?" tanya Rara yang juga heran. "Belum pengen sarapan, Mom," jawab Kevin. "Vin, berangkat sama gue. Hari ini jam pulang kita sama!" ajak Bima. Namun Kevin hanya tersenyum sekilas sebelum mengambil kunci motornya. Biasanya Kevin akan senang saat nebeng dengan Bima karena itung-itung ngirit bensin, tapi sekarang Kevin pun nampak acuh. Bima menerka-nerka, apa salahnya pada Kevin hingga ia merasa Kevin menjauhinya. Selain tidak romantis, ternyata Bima juga tidak peka. Kevin melajukan motornya dengan kencang. Terbesit dalam pikiran Kevin, kenapa ia yang harus mengalah terus? "b*****t!" maki Kevin di balik helm fullface nya. Lagi-lagi dia harus kalah dengan Bima. Kevin melajukan motornya dengan kencang. Ia tidak peduli bila nanti akan menabrak orang ataupun dia ditabrak orang karena ugal-ugalan. Kevin hanya ingin melampiaskan emosinya. Setelah sampai kampusnya, Kevin segera berjalan menuju kelasnya. Tidak sedikit cewek-cewek yang menyapa Kevin saat mereka berpapasan di koridor. Biasanya Kevin akan balas menyapa dengan senyum sumringah, tapi kali ini berbeda. Seperti saat memasuki kelasnya, wajahnya yang biasa sumringah bak orang sinting, kini hanya menampilkan wajah datarnya. Kevin membanting tasnya di bangku miliknya. Cowok itu mendudukkan dirinya dengan kasar di kursi juga merebahkan kepalanya di meja. Kevin sangat tidak bersemangat mengikuti kelas hari ini. Suasana hatinya belum juga membaik pasca melihat Bima menyatakan cintanya pada gadis yang sama-sama dia sukai. "Guys, kemarin ada yang tercyduk sama bokapnya. Pas mabuk pula!" teriak Keysa membuat teman-temannya menolehkan kepalanya ke arah Keysa. "Cowok dewasa main ke Club sampai teler. Eh ketauan bapaknya. Hahahaha!" ucap Keysa lagi dengan tawa yang sangat nyaring. "Siapa, Key?" tanya salah satu temannya yang kepo. "Tampilannya sih kekar, tapi cupu!" jawab Keysa yang lantas membuat semuanya tertawa. Kevin mengangkat kepalanya, dia melirik Keysa dengan sinis. Rupanya Keysa menyindirnya. Kurang ajar sekali gadis itu. Gadis yang merokok di pojokan kemarin memang Keysa. Keysa, wanita liar yang bersembunyi di dalam raga yang cantik. Keysa, wanita yang selalu menolak banyak lelaki kini menyatakan sangat tertarik dengan Kevin. Keysa sangat menyukai laki-laki manja. Dan saat melihat Kevin teler tadi malam sungguh membuat Keysa ingin memiliki Kevin. "Nih rokok! Biar gak stres!" Keysa melempar rokok di meja Kevin. Kevin menatap rokok itu dengan diam. Kevin bukan Bima yang bisa merokok, Kevin tak biasa menghisap benda itu. Kevin sering lihat Bima merokok saat stres. Namun, sekali pun Kevin tak pernah mencobanya. Dulu waktu SMA ia mencoba karena teman-temannya banyak yang merokok. Ia kepo dengan rasanya, tapi Kevin langsung batuk-batuk. "Gausah sungkan!" ucap Kesya saat tak mendapat tanggapan dari Kevin. "Kevin gak ngerokok," ucap Bima yang datang dari arah pintu. Keysa menelisik ke arah Bima. Bukan rahasia umum kalau mereka kembar. "Dompet lo ketinggalan!" ucap Bima menyerahkan dompet pada Kevin. Kevin langsung merampasnya dan memeriksa isinya. "Lo nyari ini?" tanya Bima menunjukkan foto Liana berukuran 3x4. Bima menemukan itu di dompet Kevin. Kevin mengalihkan pandangannya karena merasa kesal Bima menemukan foto itu. Apalagi keadaannya sekarang Liana adalah pacar Bima. Keysa manggut-manggut, ia jadi mengerti kalau ternyata si kembar menyukai perempuan yang sama. "Jangan buat persahabatan kita bertiga han-" "Hahaha!" Kevin memotong ucapan Bima dengan tertawa. Cowok itu mengambil hp nya dan berjalan keluar kelas. Kevin tidak ingin membicarakan apapun tentang Liana dengan Bima. Lebih baik Kevin menghindar, daripada hatinya kembali sakit. "Vin!" panggil Bima ingin menghentikan Kevin. Namun Kevin tidak menanggapi, Kevin terus berjalan sembari menimang-nimang hpnya. Bima mengepalkan tangannya dengan erat. Sesaat kemudian Bima menatap ke arah Keysa dari atas sampai bawah. "Jangan ngajarin adik gua aneh-aneh!" ucap Bima menatap tajam Keysa. Setelahnya pria itu melenggang pergi begitu saja sedangkan Keysa hanya mengedikkan bahunya acuh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN