8. Dinner

1039 Kata
Liana mondar-mandir merampas semua make up di kamar mama nya. Malam ini, Bima akan mengajaknya makan malam di luar, yang Liana artikan sebagai kencan. Tadi siang setelah hubungannya dengan Bima membaik, Bima langsung mengajaknya makan malam. Dan tentu saja Liana mau. Setelah diantar pulang oleh Bima, Liana pergi ke butik untuk membeli dress yang akan dikenakan malam ini. Ia ingin tampil berbeda dan lebih feminim. Liana mematut dirinya di cermin melihat penampilannya dari atas sampai bawah. Dress hitam casual selutut, rambut digerai dan dijepit samping kanan. Make-up tipis juga menghiasi wajahnya. Liana tak menyangka ia secantik itu kalau pakai Dress. Veve yang melihat putrinya berputar-putar di depan cermin pun terkekeh pelan. "Udah ngacanya! Si Doi udah datang," goda Veve tertawa yang membuat wajah Liana merona. Secepat kilat Liana memgambil flat shoes warna silver untuk dikenakan. Ingin menggunakan highills, tapi tidak bisa. Liana menuruni anak tangga dengan pelan sembari mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat biasa aja. Namun dia tidak bisa, wajahnya dengan tak tau diri menampakkan wajah khas kegirangan. Bima menatap Liana dari atas sampai bawah. Tumben sekali Liana berpakaian feminim, biasanya cuma celana jeans dan kaos yang dibalut jaket. "Ayo kak!" ajak Liana. Setelah berpamitan dengan orang tua Liana, Bima menggandeng tangan Liana untuk keluar. Kalau biasanya Liana merasa terkekang dengan gandengan Bima, beda dengan sekarang yang sangat berbunga-bunga. Seperti biasa, Bima membuka pintu mobil untuk Liana, sekalian memasang sabuk pengaman. Seperhatian itu Bima pada Liana. Liana mengusap tangannya yang dingin. Ia sengaja tidak membawa Hp agar pria di sampingnya senang. Biasanya Bima akan marah-marah kalau dia mainan Hp saat ada Bima. Liana sungguh ingin mendengar Bima memujinya yang sudah berpakaian dan berdandan cantik. Namun, sepertinya Bima tidak tertarik dengan dandanannya. Liana jadi merasa kurang cantik. "Ayo turun!" ajak Bima setelah mereka sampai. Liana mengedarkan pandangannya, Restoran seafood paling mewah yang dia tahu. Liana tak bisa menahan senyumnya untuk tidak tersenyum lebar. Bima menggandeng tangan Liana dengan mesra. Liana senang, Bima tampak lebih romantis saat menyeret kursi untuk dirinya duduk. Setelahnya Bima duduk di hadapan Liana. Liana mengambil tangan Bima, memainkan jari pria itu. Hati Liana sudah dag dig dug tidak karuan. Bayangannya, nanti Bima akan menembaknya secara romantis. "Hobby banget mainin jariku," ucap Bima yang melihat Liana memijat-mijat jari Bima. "Aku suka, jarimu besar," jawab Liana jujur. Ia membandingkan telapak tangannya sendiri dan telapak tangan Bima. Tangan Liana kelihatan kecil. "Kalau tangan kamu kecil, makanya kalau makan jangan pilih-pilih! Makan yang banyak biar jarinya ikut gendut!" ucap Bima.  "Gak ada ya teori kayak gitu," cibir Liana.  "Maaf aku datang terlambat!" ucap seseorang yang langsung mengambil duduk di samping Bima. Liana melepas tangan Bima, gadis itu menelisik pakaian Ava yang sama dengan dirinya. Dress casual dengan rambut digerai. Liana jadi tahu kenapa Bima tadi tidak memujinya. Bima sudah terbiasa melihat wanita cantik, bahkan yang lebih cantik darinya juga sangat banyak mengelilingi pria itu.  "Hai Liana! Apa kabar?" tanya Ava basa-basi, bibir Liana kelu tidak mampu untuk bersuara. Ava meneliti pakaian Liana, setelahnya gadis itu tertawa melihat penampilan Liana. "Tumben pakai dress. Pasti kamu ngikutin aku ya? Emang aku pantesnya pakai dress, kalau kamu pakai celana. Tingkat feminim kita berbeda, gak bisa disamain," ujar Ava dengan tertawa. Bima juga ikut tertawa mendengar lelucon Ava, sedangkan Liana mengalihkan pandangannya. Mungkin menurut Bima, itu hanya penuturan canda. Namun tidak untuk Liana. Liana merasa terhina dengan ucapan Ava. "Gimana, Va? Sudah selesai semuanya?" tanya Bima pada Ava. Secepat kilat Ava membuka tasnya, mengambil laptop dan buku catatan. Ia menjelaskan apa yang sudah dia kerjakan pada Bima. "Kalau gitu tinggal KKN sambil nyusun makalah," ucap Bima yang diangguki Ava. Ava juga menjelaskan sesuatu yang tidak Liana mengerti pada Bima. Sungguh Liana sudah seperti barang pajangan. Saat makanan datang pun. Bima juga tidak menyuruh Liana makan. Harapan yang Liana lambungkan tinggi, hanya sebuah harapan. Makan malam yang ia pikir romantis malah membuatnya seperti obat nyamuk. Lalu kenapa Bima mengajaknya kalau ternyata Bima sibuk dengan Ava. "Aku suka pemikiran kamu yang cerdas, Va," puji Bima terkekeh, membuat kuping Liana panas karena cemburu. Liana mengedarkan padangannya pada orang-orang yang tampak romantis dengan pasangannya, Liana ingin seperti mereka. Sudah, Liana tak tau harus ngapain. Pasalnya ia juga tidak membawa Hp. Liana ingin menyumpal telinganya saat Bima melontarkan pujian-pujian yang memuakkan untuk Ava. "Jadi perempuan selain harus cantik, juga harus cerdas, dan bisa berfikir dewasa. Setidaknya itu prinsipku," jelas Ava. "Bodo amat!" ketus Liana dalam hati. Liana bukan gadis bodoh yang tidak peka saat Ava menyindirnya. Masih dilihatin, belum Liana ajak tanding. ****** "Lo mau ajak gue kemana sih Peak!" ketus Keysa pada Kevin yang menarik-narik tangannya. Jam delapan malam mereka baru selesai mengerjakan tugas di kampus, tugas membuat wayang kulit. Dan setelah selesai kelas malah Kevin menarik tangan Keysa dengan paksa. Kevin sangat gemas dengan sisi preman Keysa, ingin rasanya pria itu mencari gara-gara dengan Keysa setiap saat. Wajah garang keysa adalah kesukaan Kevin.  "Gue mau ngajak lo kencan. Kasihan sekali lo jomblo dari lahir," ucap Kevin mengutarakan maksudnya. "Ogah gile kencan sama Lo. Emang lo punya apa?" tanya Keysa mendelik, lantas Kevin melotot. Secara tidak langsung Keysa menghina harga dirinya. Belum tau dia siapa Kevin sebenarnya. "Lo belum tau gue siapa? Main ke rumah gue, gue beli mulut lo!" ujar Kevin dengan sombong. "Uang masih minta-minta aja belagu. Bukan cowok idaman," sinis Keysa menghempaskan tangan Kevin, ia melenggang pergi begitu saja. "Jiwa-jiwa sadboy gue sudah meronta," cibir Kevin pada dirinya sendiri. "Gak ada cewek yang nerima apa adanya, Vin!" kelakar Zico yang merangkul bahu Kevin. Zico teman sekelas Kevin, sejak Kevin menarik Keysa, pria itu mengikuti dan melihat Kevin yang notabennya suka gonta-ganti pacar, akhirnya ditolak dengan cewek. Kevin mendengus, harga dirinya lagi-lagi merasa diinjak. Sekarang Kevin menobatkan Keysa sebagai gadis yang pertama kali menolak cowok setampan dia, patut diberi penghargaa.  "Makanya jangan percaya sama cewek yang ngomong, aku menerima kamu apa adanya. Karena itu sudah jelas pembohongan!" ucap Zico menepuk-nepuk bahu Kevin.  "Iki minirimi kimi ipi idinyi, ilih bicid," ucap Kevin melenggang pergi.  "Bacod! Cewek kebanyakan bacod!" "Menerima apa adanya, ndasmu!" Kevin terus memaki-maki sepanjang perjalanan menuju parkiran. Kesal sekali rasanya saat ditolak oleh cewek. Biasanya cewek-cewek akan terkewer-kewer sama Kevin setelah Kevin mengedipkan sebelah matanya. Kevin jadi curiga kalau Keysa ini bukan wanita tulen. Kenapa Keysa tidak tertarik dengannya, itu sungguh membuat Kevin penasaran. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN