Tengah malam Liana menggigil kedinginan di ranjangnya. Dua selimut tebal tidak mampu menghangatkan badan mungilnya. Daritadi hp Liana terus bergetar tanda ada pesan masuk. Dengan sisa tenaganya Liana mengambil hp nya, melihat siapa yang tengah malam mengganggu dirinya.
Bima: Li, jangan bersikap kekanakan, apa-apa harus ngadu sama orang tua.
Aku gak suka kamu kayak tadi.
Apalagi kamu ngomongin soal Ava.
Jangan bawa nama orang lain dalam permasalahan kita.
Li, aku mau telfon. Angkat!
Maksud kamu apa, aku kamu privasi story? Mau cari perhatian orang lain? Kurang perhatian yang kukasih?
Aku yakin kamu belum tidur. Masalah ini harus selesai sekarang juga.
Liana membaca pesan dari pacarnya dengan seksama, Liana tidak tau harus berekspresi seperti apa. Apa salah kalau dia ngadu pada papanya sendiri? Apa dengan mengadu membuatnya terlihat kekanakan?Liana menutup hpnya, dia meletakkan kembali hpnya di atas nakas. Kepalanya yang pening makin tambah pening. Di rumah, Liana sendirian. Tadi sore Akbir dan Veve ikut mengantar Lion untuk pertukaran pelajar di Singapura. Memang kembaran Liana itu sangat pintar. Dari kecil Lion yang dibangga-banggakan kedua orang-tuanya. Sedangkan dirinya? Kayaknya tidak ada yang bangga dengan dirinya karena memang dirinya tidak bisa membanggakan kedua orangtuanya. Sekolah tidak terlalu pintar, masih manja, sering minta uang dan lain-lain.
Kepala Liana makin berat, pusing dan sakit. Namun ia sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Air mata juga keluar saat ia merasa suhu wajahnya makin panas. Liana mengerutkan selimutnya, gadis itu merasa sedih dengan ucapan Bima, air matanya menetes makin deras.
Sedangkan di sisi lain, Bima tengah mondar-mandir di ruang tamu. Ia tidak berhenti mengumpat sambil memandangi hp nya.
"Ngapain lo?" tanya Kevin yang kebetulan lewat.
"Lo darimana?" Bima malah balik bertanya.
"Bikin jahe anget. Daritadi badan gue menggigil gara-gara ujan-ujanan," jawab Kevin. Bima mengangguk, tadi pria itu sempat memarahi Kevin yang hujan-hujanan, sekarang adiknya itu baru tau rasa kalau badannya mulai menggigil.
Tiba-tiba pikirannya berkelana pada Liana. Tadi Liana juga hujan-hujanan pulang ke rumah. Apa sekarang Liana juga menggigil? Tanya Bima dalam hati.
"Tumben lo gak ke rumah Liana?" tanya Kevin sambil menyeruput jahe nya.
"Tadi gue sudah ke sana," jawab Bima
"Gak temenin dia?"
"Udah jam sepuluh, dia udah tidur!" jawab Bima.
"Pacar model apaan lo? Liana sendirian di rumah. Mana bisa tidur?"
"Lo kok tau? Jangan-jangan lo chatingan sama dia?" tanya Bima yang sudah ngegas. Tentu saja dia ngegas saat Kevin lebih tau pacarnya daripada dirinya sendiri.
"Perasaan gue gak enak. Gua tanya kabarnya, dia jawab gak enak badan. Di rumah juga gak ada orang," jelas Kevin. Mendengar ucapan Kevin membuat Bima mengetatkan rahangnya. Apa maksudnya Liana membalas chat Kevin, sedangkan chatnya sama sekali tidak dijawab? Pesan yang dikirim Bima hanya dibaca sama Liana tapi tidak dibalas. Apa Liana mau cari perhatian sama Kevin? Pikiran Bima langsung mengarah ke hal buruk.
"Lo gak usah mikir aneh-aneh. Cepat kesana!" titah Kevin. Bima memandang Kevin sejenak sebelum berlari ke kamarnya. Bima mengambil jaket dan kunci mobilnya sebelum menuju rumah Liana. Bima sudah menyiapkan kata-kata kemarahannya untuk Liana jika Liana berbohong tengah sakit, atau berbohong di rumah gak ada orang.
Lima belas menit perjalanan akhirnya Bima sampai di depan gerbang menjulang rumah Liana. Bima melihat satpam rumah Liana yang tertidur. Tanpa pikir panjang Bima memanjat pagar. Setelah berhasil, dengan segera dia mengetuk pintu utama rumah Liana dengan brutal. Lima menit tidak ada sautan membuat Bima makin kesal. Mungkin Bima terkena serangan darah tinggi, hal sekecil apapun bisa membuat pria itu marah.
Cklek
Akhirnya setelah sepuluh menit marah-marah di depan pintu, ada juga yang membuka pintu itu dari dalam. Bima menatap pada asisten rumah tangga Akbir. Gadis berusia dua puluh tahun yang bernama Ella.
"Mas Bima, silahkan masuk!" sapa Ella ramah. Bima menganggukkan kepalanya dan ia nyelonong begitu saja menuju kamar Liana tanpa mempedulikan Ella. Sedangkan Ella tersipu malu karena melihat wajah Bima. Sejak setahun dia kerja di rumah Akbir, ia selalu tersipu saat melihat Bima berkunjung.
Bima membuka pintu kamar Liana yang tidak dikuci. Suara gigi bergemelatuk mencuri perhatian Bima. Bima mendekati Liana yang bergelung dengan selimut. Pria itu menyentuhkan telapak tangannya pada kening Liana. Liana demam tinggi.
"Li, Liana buka mata kamu!" Bima menepuk-nepuk pipi Liana. Liana belum tidur, tapi berat untuk sekadar membuka mata.
"Li, buka mata kamu!" Bima terus menepuk pipi Liana. Wajah Bima sudah panik, dia tidak menyangka kalau Liana benar-benar sakit.
Bima merogoh hp di saku celanannya. Pria itu menelfon daddynya yang seorang Dokter. Menanyakan bagaimana cara menangani orang demam. Dan Bima segera melakukan instruksi dari daddynya. Bima meletakkan hpnya, ia bergegas mencari handuk kecil juga baskom yang akan dia isi air dingin. Bima mengompres dahi Liana. Bima juga menaikkan selimut Liana yang sedikit melorot.
"Dingin!" keluh Liana merapatkan selimutnya.
Bima melepas jaket dan kaosnya untuk bertelanjang dadaa. Tinggal celana levis panjang juga jam tangan yang melekat pada tubuhnya. Bima menaiki kasur dan tidur di samping Liana. Bima membawa tubuh Liana ke pelukannya. Kata daddynya, tubuh hangat laki-laki bisa menghangatkan perempuan yang kedinginan. Entah apa maksud lain dari daddynya, Bima tidak peduli. Bima hanya menjalankan apa yang disuruh daddynya, memeluk Liana dengan erat. Kadang Bima juga modus dengan mengecup bagian manapun tubuh Liana yang diinginkan.
Liana menggigil, meracau memanggil-manggil nama Bima. Kalau demam tinggi, hal yang lumrah perasaan gelisah itu muncul. Begitu juga dengan Liana. Dalam tidurnya Liana sangat gelisah seraya memanggil-manggil Bima. Apalagi tadi dia sempat marahan sama pacarnya itu.
"Kak Bima, Kesini!" racau Liana dengan mata terpejam.
"Kak Bima ...."
"Cup cup sudah. Ini aku udah disini!" ucap Bima menenangkan. Ia menepuk-nepuk kepala Liana dengan sayang. Kata-kata kemarahan yang tadi sudah dia susun, melebur begitu saja saat melihat tubuh tak berdaya Liana.
"Kak Bima jahat. Hikkss ... hikss ... Dia gak bolehin aku buat deket sama cowok. Tapi dia selingkuh hikkss hikss ...." racau Liana mengalungkan tangannya pada leher Bima. Bukan mengalungkan, lebih tepatnya mencekik. Karena rangkulan lengan Liana membelit kencang leher Bima.
"Dalam tidur aja berani menuduh!" ucap Bima mencubit gemas pipi Liana. Bagi Bima ucapan Liana adalah tuduhan, karena jelas saja dirinya tidak selingkuh.
Liana terus meracau, dengan tenang Bima mengusap-usap punggung Liana. Badan Liana masih panas. Sepertinya gadis itu sangat tidak tawar dengan air hujan. Kenapa bisa sama persis dengan Kevin? Bima menggertakkan giginya marah. Begini saja dia cemburu.
Bima mengambil hp Liana yang tergeletak di nakas. Bima membuat vidio boomerang dengan masih memeluk Liana. Bima membuat instastory di hp pacarnya itu untuk memberitahukan teman-teman Liana bahwa Liana sudah mempunyai cowok. Biar teman cowok Liana yang mendekati Liana memilih mundur teratur. Setelah selesai Bima meletakkan hp nya kembali.
"Dengan gini, gak akan ada cowok yang berani mendekatimu!" bisik Bima. Bima terlalu mengekang dan menjaga apa yang dia punya. Tanpa berfikir resiko apa yang akan dia dapatkan.
Ava yang melihat story Liana lantas sangat kesal. Ava berfikir, pacaran Bima dan Liana sudah tidak sehat. Mereka tak tau malu melakukan hal yang aneh-aneh. Terlihat Bima yang telanjang dadaa sedang mendekap Liana, orang yang melihat instastory sudah pasti akan berpikir aneh-aneh.
Tidak berapa lama dari postingan itu terunggah, hp Liana langsung ramai dengan pesan mencemooh. Maklum, teman-teman Liana semua lambe julid. Mereka berbondong-bondong menghujat foto Liana yang tengah dirangkul cowok. Besok mungkin akan jadi hari terberat untuk Liana karena harus menghadapi bullyan.
* * * * *
Keesokan paginya, Kevin datang ke kamar Bima yang penghuninya tidak ada, "Wah nih anak mesti cari kesempatan!" ucap Kevin bermonolog. Sebaik-baiknya Bima, Kevin yakin Bima laki-laki normal yang bisa berfantasy. Apalagi di rumah, Liana sendirian. Kevin ingin menyusul Liana, tapi untuk apa?
Ting tong!
Suara bel rumahnya berbunyi. Kevin yang masih mengenakan celana boxer pendek segera ke bawah menuju pintu. Saat membuka pintu, ia dikagetkan dengan sesosok perempuan cantik yang memakai kaos lusuh. Perempuan itu menenteng rantang.
"Ngapain lo kesini?" tanya Kevin pada Keysa.
"Gue kasihan lihat anak mommy gak ada yang urus, nih gue buatin makanan. Pasti lo gak suka," ucap Keysa menyerahkan rantang pada Kevin.
"Jelas gak suka, masakan lo kan gak enak!" ledek Kevin. Lagian Keysa juga aneh-aneh, biasanya orang kalau memberi akan bilang semoga suka, lah Keysa malah bilang gak suka.
"Ayo masuk!" Kevin menarik leher Keysa untuk mengikuti langkahnya.
"Astaga dodol, gue bukan kucing!" Kesal Keysa menghempaskan tangan Kevin dengan kasar.
"Eh Key," panggil Kevin berdiri berkacak pinggang.
"Apa?" tanya Keysa.
"Lo gak tergoda sama tubuh gue?" tanya Kevin dengan heran, padahal Kevin tengah bertelanjang dadaa memperlihatkan tubuhnya pada Keysa. Sontak pertanyaan itu membuat Keysa terbahak-bahak. Lelucon Kevin sungguh tak masuk akal.
"Gue tergoda sama perut rata lo? Cungkring kayak cacing nyuruh gue tergoda? Ngaco lo?" oceh Keysa masih terbahak-bahak. Kevin yang merasa harga dirinya diinjak-injak segera meletakkan rantang di lantai. Dia mengapit kepala Keysa di keteknya.
"Nih rasain lo. Bau ketek gue yang gak gue siram selama tujuh puluh abad!" kesal Kevin menahan kepala Keysa di keteknya.
"Woy bau! Lepasin!" jerit Keysa mencoba menjauhkan tubuhnya dari Kevin.
"Kevin laknat, bau apek. Gak pernah mandi!" Keysa menjerit jerit yang bahkan suaranya teredam ketek si kutukupret.
"Sekalin biar lo pingsan! Gue dilawan," ucap Kevin berbangga diri. Keysa melirik celana Kevin, dengan usil, Keysa meremas sesuatu di bawah perut Kevin. Jangan lupakan Keysa yang merupakan gadis liar.
"Woy perempuan barbar! Lo udah nodain gue yang polos!" jerit Kevin mendorong tubuh Keysa dengan kencang sampai perempuan itu menabrak tembok. Keysa terbahak-bahak saat Kevin berlari memegangi area bawah perutnya. Kevin menaiki tangga dengan tergesa-gesa, wajah Kevin juga memerah mungkin karena pria itu malu. Melihat kepolosan Kevin membuat Keysa makin tertarik, biarlah Kevin mengatai ia gadis m***m. Keysa sungguh tidak peduli. Yang pasti pagi ini Keysa merasa terhibur dengan tingkah polos Kevin.
Kevin berlari ke kamarnya, jantungnya berdetak sangat cepat, bawahnya juga terasa cenat-cenut. Tangan Keysa yang meremas adiknya membuatnya seperti tersengat listrik.
"Aduuuh malunya gue!" ucap Kevin menutup wajahnya. Sungguh malu rasanya saat Keysa memegang-megang tubuhnya. Apalagi melihat Keysa yang terbahak-bahak setelah menyentuh anunya. Sungguh kasihan dirinya sendiri yang dinodai oleh perempuan bar-bar itu.
Di sisi lain Liana tengah mengerang dalam tidurnya. Otot-ototnya terasa sangat kebas. Bima yang sudah bangun segera mengecek suhu tubuh Liana. Syukurlah tidak separah saat tadi malam.
"Kak Bima kok ada di sini?" tanya Liana serak. Dengan panik Liana menyibak selimutnya, seketika dia bernapas lega saat mendapati dirinya masih berpakaian utuh. Bima yang mengerti kecemasan Liana hanya menggelengkan kepala seraya tersenyum miring.
"Malam ini aku cuma memelukmu erat, sambil sesekali menciummu dengan panas!" bisik Bima mengulum telinga Liana kecil.
"Tapi, jangan harap besok-besok kalau kamu ngelakuin kesalahan, aku akan diam saja. Aku pasti akan bertindak lebih!" tambahnya lagi.
"Kapan aku buat kesalahan?" elak Liana tidak terima. Liana mendorong wajah Bima yang berada tepat di sampingnya.
"Kalau ada masalah, bicara sama aku. Jangan ngadu! Sekali lagi kayak gitu. Kamu habis di bawahku!" bisik Bima dengan syarat ancaman.