Enam

1219 Kata
Bukan tanpa alasan besar Jerome menawarkan kerja sama penuh risiko pada orang yang benar-benar sangat asing baginya. Jerome adalah tipikal orang yang cukup rumit dalam memutuskan suatu perkara. Namun kali ini kasusnya berbeda. Dia benar-benar terdesak oleh keadaan. Sehari sebelum dia bertemu dengan Irza tadi malam, maminya berkeluh kesah karena malu pada sikap Jerome saat makan malam dengan Heriza. Sepertinya perempuan itu sudah mendramatisir kondisi malam itu di depan Marietha, hingga membuat Jerome menjadi sosok laki-laki paling b***t di dunia ini.  “Lebih baik Mami mati aja, Jey. Heriza mau bikin konferensi pers dan mengumumkan kalau Jerome Orlando memiliki penyimpangan seksual. Pemilik perusahaan besar Orland’s Group adalah seorang gay. Mau ditaruh di mana muka Mami, Jey???”  Masih terngiang jelas ucapan Marietha yang diiringi tangis pilu malam itu. Sebenarnya Jerome bisa saja mencari keberadaan Heriza lalu meminta perempuan itu melakukan klarifikasi. Namun itu akan buang-buang waktu. Dan Jerome yakin hal seperti itu yang diinginkan oleh Heriza. Jerome sudah sering bertemu dengan perempuan berwatak licik seperti Heriza itu. Dia tidak akan terpancing oleh emosi dan keadaan.  Yang kini harus dilakukan adalah meredam emosi dan kekecewaan Marietha pada Jerome. Caranya adalah dengan membawa seorang perempuan random yang tidak mungkin dikenal oleh Marietha sebagai kekasih. Hal seperti itu yang sangat diidam-idamkan oleh Marietha. Cukup sederhana sebenarnya. Sayangnya semua menjadi rumit ketika secepat kilat gosip beredar di jagad maya, menyebutkan bahwa Jerome Orlando memiliki perilaku penyimpangan seksual. Pihak media sedang memburunya untuk dimintai klarifikasi. Hal itu membuat Jerome pusing tujuh keliling. Dan di saat yang tepat dia dipertemukan oleh Irza.  Jerome menganggap bahwa ini bentuk sayang Tuhan padanya. Di saat dia sedang dilanda persoalan rumit, di situ bantuan dari langit diturunkan. Jerome sudah memikirkannya semalaman. Sebenarnya dia juga tidak cukup yakin bahwa perempuan yang dibantunya semalam, akan bisa menjadi tameng bagi Jerome dalam menghadapi Marietha dan awak media yang mengejarnya. Jerome tidak terlalu banyak berharap seandainya perempuan itu tidak datang menemuinya, apalagi sampai menyetujui kerja sama yang telah dipikirkan matang-matang risiko ke depannya.  Ternyata Jerome bisa bernapas lega saat melihat perempuan yang dibantunya itu sedang berada di dalam ruangannya.  “Berapa usia kamu?” tanya Jerome pada Irza.  “Saya? 25 tahun,” jawab Irza.  Jerome mengangguk. “Cukup matang untuk ukuran wanita. Apa kamu sudah punya kekasih?”  Irza terperangah. Baru kali ini dia menghadapi seseorang yang blak-blakan seperti ini. Pria aneh. Gerutu Irza dalam hati.  “Saya harus memastikan kamu sedang tidak terikat dengan pria manapun saat kita menikah nanti.”  What??? Apa tadi katanya? Menikah? Padahal Irza belum menyetujui tawaran kerja sama yang diberikan oleh Jerome.  “Aku belum bilang setuju mau menikah dengan kamu.”  Jerome bergeming. Dia menatap tajam pada Irza. Dia tidak suka penolakan apalagi diremehkan seperti ini oleh orang yang dianggapnya tidak memiliki daya yang kuat untuk melawannya. Dan hal ini benar-benar telah membuang waktunya. Dia harus segera mengakhiri negosiasi ini dengan kemenangan telak berada di tangannya. “Kamu yakin?” tanya Jerome dengan nada bicara meremehkan.  Irza membuang napas kesal. Dia mulai muak pada Jerome yang terus memandangnya dengan tatapan merendahkan. “Mau kamu apa?” Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga.  “Tidak jelas tadi saya bilang apa? Saya akan melunasi semua hutang-hutang kamu, di manapun asal kamu mau menikah dan mengandung keturunan saya.” Suara dalamnya terdengar begitu dingin dan menusuk tulang.  Irza menarik napas panjang. “Oke! Selain melunasi hutang saya, kompensasi apa lagi yang bisa saya dapatkan kalau saya menyetujui syarat itu?” tantang Irza.  “Ikuti peraturan yang saya buat. Kamu tidak akan menyesal menyetujui kerja sama ini,” ujar Jerome dingin.  Irza melongo. Dia mencoba menyimpulkan watak pria di hadapannya ini. Sepertinya Irza tertipu oleh penampilan Jerome. Memang Jerome memiliki paras dengan ketampanan di atas rata-rata dari pria-pria yang pernah ditemui oleh Irza. Tubuhnya juga cukup menggoda batiniah seorang Irza. Sayangnya jika dia harus menjadi istri dari pria ini, maka harus menuruti semua peraturan yang dibuat olehnya. Irza adalah tipe perempuan yang tidak suka dikuasai oleh orang lain, terlebih itu oleh seorang laki-laki. Dia perempuan bebas.  Irza berdecak meluapkan kekesalannya. “Peraturan yang-” “Jangan berdecak!”  Irza mengatupkan bibirnya, menatap Jerome tidak percaya. Belum apa-apa pria ini sudah berusaha untuk mengatur dan menguasainya. Dia mendengkus kesal ingin melawan Jerome. "Jangan mendengkus!" Membuang napas lelah, Irza kembali berbicara. Kali ini tanpa decak apalagi dengkusan yang tidak disukai oleh Jerome. “Aku pikir-pikir lagi kalau memang seperti itu,” ujar Irza lemah. Dia beranjak dari sofa dan menyambar tasnya. Dia tertarik berurusan dengan pria berkarakter seperti Jerome. “Waktu kamu hanya 2x24 jam. Dan sekali lagi saya peringatkan, saya tidak suka penolakan.”  Ucapan itu menghentikan langkah Irza. Dia mendengkus malas, melanjutkan langkah meninggalkan ruangan Jerome. Namun langkahnya terhenti saat suara dalam milik Jerome kembali terdengar olehnya.  “Saya akan membiayai semua kebutuhan hidup kamu. Memenuhi apa pun yang kamu mau. Dan bila kamu berhasil mengandung dan melahirkan keturunan saya, kamu berhak atas saham Orland’s Group sebesar 20 persen.”  Sial! Tawaran itu membuat hati Irza goyah. Sangat menggiurkan. Terlebih atas tawaran saham sebesar 20 persen. Kapan lagi tanpa perlu bekerja keras dia bisa cuma-cuma mendapatkan saham dari perusahaan besar. Irza tidak perlu lari lagi dari kejaran debt collector dan tentu saja dia bisa melanjutkan kembali kehidupan hedonisnya yang sempat ditinggalkannya karena persoalan hutang.  Irza membalikkan badan, mencoba menahan diri untuk tidak tergoda. Dia harus terlihat jual mahal karena dia pikir Jerome pasti membutuhkan kerja sama ini disetujui olehnya. Irza penasaran alasan Jerome memilih perempuan seperti dirinya untuk dijadikan istri dan ibu dari keturunannya. Sedangkan dari segi fisik dan materi Jerome bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih dari Irza dalam segi apa pun.  “Kamu pikir aku mudah tergoda sama rayuan kamu? Apa sih untungnya kamu melakukan penipuan dengan cara seperti ini?” “Kamu boleh ambil ini sekarang. Anggap saja sebagai bukti kalau saya tidak berniat menipu kamu. Tidak ada untungnya buat saya menipu kamu.” Jerome menunjukkan kartu kredit tanpa limit yang diapit di jarinya.  Irza terdiam. Keberaniannya untuk menunjukkan sikap jual mahal tiba-tiba lenyap begitu saja. Dia kesulitan ludah saat menatap kartu kredit di tangan Jerome. Sialan! Itu kartu kredit platinum yang tidak semua orang bisa memiliki kartu kredit jenis itu.  “Bagaimana?” Jerome bertanya dengan nada meremehkan yang sama seperti beberapa saat lalu.  Tuhan! Godaan seperti apa ini? Menggeram kesal Irza melanjutkan langkah dengan menahan kesal.  “Ingat! Waktu kamu hanya 2x24 jam. Sayangi kesehatan mental terutama nyawa kamu. Debt collector itu pasti masih memburumu di luar sana.”  Sebelum membuka pintu ruangan Jerome, Irza menoleh. Dia mendapati pria itu sedang tersenyum meremehkan sambil menggoyangkan kartu kredit di tangannya pada Irza. Pria itu sudah berhasil menemukan titik kelemahan Irza. Dan Irza tidak bisa memungkiri kalau dia benar-benar tergiur pada penawaran yang diberikan oleh Jerome.  Irza melangkah kesal sambil sesekali menggerutu dan menghentakkan kakinya ke lantai granit yang dilewatinya. Saat pintu lift yang sedang ditunggunya terbuka, dia menangkap sosok yang tak asing baginya. Sosok laki-laki yang sangat diidolakannya. Dia adalah Rigel A yang kini sedang berjalan melewatinya. Jantung Irza bergemuruh hebat saat idolanya itu berdiri tak jauh dari posisinya sedang berdiri. Meski laki-laki itu tak melihat ke arahnya, dia sudah cukup puas memandangnya dengan jarak sedekat ini. Irza serasa mendapatkan durian runtuh saat ini. Hatinya berbunga-bunga. Dia bahkan melupakan begitu saja kekesalannya pada sikap Jerome beberapa saat yang lalu.  ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN