Pagi harinya, Aga yang semalaman memikirkan semua hingga sulit untuk terlelap mau tidak mau harus terjaga pagi ini. Urusan hati tidak akan pernah ada habisnya, dan bertepatan dengan itu, urusan pekerjaan juga memburu. Pagi itu, telepon masuk dari sang sekretaris mengingatkan Aga untuk menghadiri satu rapat penting di perusahaan. Pria itu melangkahkan kakinya saat Liona mulai terbangun dari tidurnya. "Morning ...." Liona yang mendapat sapaan hangat itu lantas menatap Aga. Wanita itu mulai berusaha untuk duduk saat sinar matahari juga mulai menyorot. Sejenak Liona menatap Aga yang tampaknya terlihat lelah. "Kamu di sini terus?" "Aku? Ya iya ... aku di sini nemenin kamu." "Lex, kamu nggak perlu kayak gini. Kamu bisa pulang untuk istirahat. Di sini sudah ada perawat yang ada kalau aku