Sekarang sudah pukul sepuluh pagi. Liona berdiam diri di sebuah taman kota hampir dua jam. Tidak ingin membuat sang Ibu berpikir tidak-tidak, ia terpaksa berbohong bahwa ia masih bekerja sebagai dosen. Liona tetap berangkat pagi-pagi, tetapi mobilnya berhenti di tepi jalan tanpa tahu arah yang jelas. Sudah kesekian kali ia menghembuskan napas. Memandangi sekitar yang setidaknya ada satu dua orang juga berkunjung. Sungguh, rasanya tidak ada hal yang membuat kembali merasa hidup. Jiwa Liona kembali mati, psikis yang dihancurkan berkali-kali lipat benar-benar membuat semangatnya luntur. "Kamu harus cari kerja lagi, Liona. Bukan diem begini. Kasian Ibu kalau tau semua masalahmu," gerutu Liona. Ia menyingkap rambutnya ke belakang telinga dan sesekali mengusap kasar wajah itu. Liona sada