Memaafkan suatu perkara memang terlalu mudah untuk diucapkan lisan. Namun, kenyataannya melupakan semuanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Aga termenung memikirkan seluruh perdebatannya dengan sang tante sejak tadi. Banyak hal yang menjadi titik pertimbangan. Kata hati dan logika mulai saling berargumen menguatkan opini berbeda. Pria itu mengebuskan napas kasar dan menumpukan kedua siku di atas meja. Kepala yang sedari tadi pusing menunduk sejenak. Baru saja ia merasa kebahagiaan itu hadir, tetapi permasalahan baru mulai datang menghantui. Tidak mungkin ia benar-benar menikahi Jessica. Aga tidak ingin membohongi perasaan jika hatinya bukan lagi untuk wanita itu seutuhnya. "What should I do?" Aga menghela napas lagi dan melihat jam di layar ponselnya. Sekarang sudah pukul em