Yang Bisa Membuat Selalu Tertawa

1153 Kata
Valerie menelan salivanya sendiri, ia menatap lelaki bertubuh tinggi, dengan wajah yang terkena terpaan sinar matahari. Kemudian, ia alihkan pandangannya juga, ke arah tangannya yang sedang digenggam. Kenapa ada degupan yang tak biasa di dalam dadanya sekarang? Sudah ditahan-tahan, sudah tidak ingin besar kepala, nyatanya sekarang, ia malah merasakan getaran itu. Belum lagi, saat Cedric menggenggam tangannya begini. Jadi ingin berharap, tapi takut sakit. Apa nikmati saja setiap momennya? Jarang-jarang bisa seperti ini kan? Kalaupun ia menginginkannya pasti sudah ia utarakan bukan? Ah sial! Mimpi yang terlalu tinggi, kalau jatuh pasti rasanya sakit sekali. Sebuah kapal sudah siap di dermaga. Cedric naik lebih dulu dan berlutut sambil mengulurkan tangannya. "Ayo naik," ajaknya. Valerie tersenyum dan menyambut uluran tangan, yang Cedric berikan. Ia naik dan berdiri di bagian depan kapal bersama Cedric. Kapal sudah mulai melaju dengan pelan lebih dulu. Kemudian terasa cepat saat menerjang lautan. Cedric menatap lurus ke depan. Tapi tidak dengan Valerie, yang sepertinya sudah mulai menggilai bosnya ini. Ia terus menerus memandangi Cedric tanpa mau berhenti. Cedric yang belum sadar hanya diam saja. Tapi berbeda, ketika ia sadar tentunya. "Apa yang sedang kamu lihat? Apa ada sesuatu di wajahku??" tanya Cedric. Valerie menggeleng kuat-kuat. Ia tersenyum sambil berkata, "Wanita yang bisa bersanding di samping Bapak pasti beruntung ya?" "Tidak akan seberuntung yang kamu katakan," balas Cedric dan seketika membuat Valerie tertegun. Tidak akan beruntung katanya? Apa diam-diam, bosnya ini memiliki temperamen yang buruk? Atau sesuatu yang disembunyikan? "Pak? Bapak suka wanita yang seperti apa??" tanya Valerie. "Yang menyenangkan dan yang bisa selalu membuat tertawa." Valerie mengernyitkan dahinya. Seperti ada yang tidak beres dengan kriteria tersebut. "Cantik? Seksi??" "Itu nomor sekian." Valerie mulai berpikir keras. Apa selama ini, ia sudah cukup menyenangkan? Ah lagi-lagi malah berangan-angan. Ayolah, bangun dari mimpimu! Kapal mengitari perairan dan kembali ke dermaga. Cedric turun dan malah seperti acuh tak acuh. Ia berjalan duluan dan meninggalkan Valerie. Valerie bingung sendiri. Akan tetapi, ia terburu-buru mengejar Cedric dan berjalan di sampingnya. Keduanya kembali ke penginapan, dikarenakan hari yang sudah semakin sore. Setelah sampai, Cedric langsung pergi ke balkon kamar dan tentunya ada Valerie, yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi. "Kenapa mengikuti ku?" tanya Cedric dengan tatapan mata yang tertuju pada pantai. "Em, tidak apa-apa sih, Pak. Tapi, saya penasaran. Kalau ditahan-tahan, nanti malah kepikiran terus." "Penasaran kenapa?" "Bapak suka saya ya??" ucap Valerie dengan gamblang dan tentu saja membuat Cedric tertawa. Valerie yang sedang dalam mode serius malah menatap Cedric dengan tatapan heran. Ia bergeming saja dan menunggu Cedric selesai tertawa. "Hah... Kamu ada-ada saja. Kenapa berpikiran begitu?" "Ya habisnya, Bapak itu baik sekali sih. Saya jadi berpikiran yang bukan-bukan. Jarang lho, ada atasan yang baik dengan bawahannya. Biasanya sih otoriter." "Entahlah. Tapi saya seperti tidak tega melihat kamu." Valerie melipat bibirnya. "Oh, jadi karena kasian ya?" ucap Valerie dengan bibir yang bergetar. Bodoh sekali ia, yang sampai menanyakan hal seperti tadi. Sudah malu sendiri. Sekarang malah jadi kecewa berkali-kali lipat. "Saya mau mandi dulu. Lengket sekali ini," ucap Valerie yang langsung pergi dari sisi Cedric. Valerie menghela napas, sambil duduk dengan kedua kaki ditekuk di atas sofa. Melelahkan sekali. Jadi ingin pulang dan tidur di kamarnya sendiri. Tadinya memang senang dan terasa tidak ingin pulang. Tapi, setelah tahu sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasinya, ia jadi malas berlama-lama di sini. Suara langkah kaki terdengar. Valerie cepat-cepat merebahkan tubuhnya di sofa sambil menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang sempat ia bawa dari atas. "Kenapa kamu tidur di sini??" tanya Cedric. "Em, itu tempat tidur Bapak. Saya kan cuma bawahan. Jadi, saya lebih baik tidur di sini saja." Suara helaan napas panjang terdengar. Cedric semakin mendekat dan menarik tangan Valerie. "Ayo tidur di atas. Tempat tidurnya juga cukup besar." "Tidak usah, Pak. Nanti saya jadi tidak tahu diri. Jangan terlalu dibaiki," ucap Valerie sambil menarik tangannya kembali. Cedric mendaratkan tubuhnya pada sofa yang seukuran satu orang untuk duduk dan memandangi Valerie. "Saya ingin bebas," ucap Cedric tiba-tiba. "Bebas bagaimana maksudnya, Pak??" tanya Valerie sambil melirik kepada Cedric. "Bebas melakukan apapun yang saya inginkan, tanpa disetir orang lain." Valerie bingung campur penasaran. Ia pun bangkit dan duduk sambil berusaha memperjelas maksud dari ucapan bosnya tersebut. "Maksudnya??" "Saya tidak ingin bekerja begini. Saya ingin menikmati hidup dan bersenang-senang tanpa adanya tekanan dari siapapun itu. Saya ingin bebas, menentukan apapun itu pilihan hidup saya sendiri. Tapi, memiliki keluarga yang menjadikan saya seperti boneka itu, tidaklah menyenangkan. Padahal, saya yang menjalaninya kan? Kenapa harus diatur-atur??" "Kenapa nggak pergi aja kalau nggak nyaman? Ya, aku juga awalnya begitu. Punya keluarga, tapi rasanya asing dan nggak nyaman. Tapi setelah hidup sendirian, ada banyak hal yang aku tahu. Hidup sendiri itu enak, tanpa banyak aturan. Tapi di sisi lain, kita harus siap-siap merasakan kesepian. Hidup sendiri memang enak. Tapi sesekali kita butuh teman juga kan?? Ya mungkin, kalau Bapak sudah memiliki pendamping hidup, tidak akan kesepian lagi. Tapi hati-hati, jangan sampai salah pilih. Harus benar-benar selektif dalam memilih. Ah, kalau bicara gampang ya? Padahal sendirinya malah salah pilih. Tapi menurutku sih, harus yang benar-benar sayang, bukan yang hanya dekat, karena ingin sesuatu. Harus yang membuat kita nyaman dan membuat kita jadi diri sendiri . Ah ngomong apa sih aku ini. Maaf ya, Pak. Jangan didengar, memang kadang-kadang suka melantur." "Bukannya memang sering begitu??" ucap Cedric yang malah mengembangkan senyumannya. "Ya tidaklah, Pak. Cuma kadang-kadang!" "Oh ya? Saat mabuk? Bahkan, kamu bertingkah sangat konyol saat mabuk." "Ya itu kan beda!!" seru Valerie tak terima. "Masa sih??" goda Cedric. Valerie mendelik tajam kepada Cedric yang malah tersenyum dan seolah tengah mengejeknya. "Pak?" ucap Valerie. "Hm? Iya? Kenapa??" Valerie turun dari sofa sambil memegang selimut di tangannya dan tiba-tiba saja, ia menyergap Cedric dengan selimut tersebut dan mengikat erat, hingga sulit terlepas. "Hey! Apa yang kamu lakukan!" seru Cedric yang tidak dihiraukan oleh Valerie, yang sibuk membelit kepala Cedric. Cedric memberontak, ia mendorong tubuh Valerie sampai jatuh. Lalu menduduki kakinya dan melepaskan selimut dari kepalanya. "Kamu benar-benar ya??" ucap Cedric sambil membentangkan selimut dan menyergap Valerie balik di kepalanya juga. "Rasakan ini!" seru Cedric dengan bengis, sementara Valerie meronta-ronta. Tapi belum ada satu menit. Valerie berhenti meronta. Tubuhnya bahkan tidak bergerak sama sekali. Cedric menelan salivanya sendiri. Ia menarik selimut dan menatap Valerie sambil menepuk-nepuk pipinya juga. "Hey, bangun. Kamu kenapa?? Hey, ayo bangunlah!" seru Cedric panik. Apa ia telah membunuhnya?? "Hey, ayo bangun. Jangan membuatku takut!" ucap Cedric yang kini turun dan berusaha mengangkat tubuh Valerie. Namun, Valerie tiba-tiba saja membuka mata dan berlari. Cedric melonjak kaget dan tersenyum menyeringai setelahnya. "Awas kamu ya!!" seru Cedric yang kini mengejar Valerie dan merengkuh tubuhnya dari arah belakang. "Aduh lepas, Pak!" seru Valerie. "Kamu mengesalkan sekali, jantung saya hampir copot tadi!" seru Cedric. Valerie tertawa geli. Ia memandangi lelaki yang sedang mendekapnya ini, yang bukannya ikut tertawa juga tapi malah diam saja sambil memandanginya. "Pak? Kenapa??" tanya Valerie sambil mengangkat kedua alisnya ke atas. Cedric mengerjap dan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa," ucap Cedric sambil melepaskan dekapannya dan menatap ke arah lainnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN