Magic Dust

1512 Kata

“Muka kamu sembab sekali,” ulang Tirta entah untuk yang ke berapa kalinya sejak sore tadi. Luna berdecap kesal karena merasa diolok-olok. Untung saja lampu taman tak begitu terang berpendar. Jadi, Tirta tak bisa menangkap wajah Luna yang bersemu merah karenanya. “Jangan mengejek terus.” Tirta tertawa kecil sembari menyentuh puncak kepala gadis itu pelan. Entah mengapa, sentuhan-sentuhan itu terasa semakin mudah dilakukan Tirta dan semakin mudah diterima oleh Luna. Bagi Luna mungkin keberadaan Tirta saat ini seperti pertemuan dengan teman lama. Teman lama yang dikenalnya lewat surat, kartu pos, dan cerita-cerita roman yang direkam dalam sebuah memory card. Pelukan tadi berhasil menenangkan hati Luna dan keberadaan Tirta di sampingnya membuatnya merasa lebih aman. Tapi, bagi Tirta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN