Alice tersenyum canggung. Perutnya terasa tegang, entah kenapa. Levin membuka pintu lebar-lebar. Mempersilahkanya masuk. Alice melangkah hati-hati, meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya akan berakhir baik. Setelahnya, Levin menutup pintu dan berjalan ke arah sofa, masih sambil mengompres bibirnya. "Jika kedatanganmu hanya karena kasihan padaku, maka pergilah. Aku tidak butuh belas kasihanmu." suara Levin terdengar dingin. Membuat Alice merasa serba salah. Dia ingin mencela pria itu dan mengatainya tidak tahu terimakasih. Tapi Alice sadar jika ini bukan waktu yang tepat. Alih-alih pergi, Alice justru mendaratkan pantatnya di sebelah Levin. Ia melirik kotak P3K yang masih tertutup di atas meja kecil di depan mereka. Rupanya pria itu belum mengobati lukanya. Alice menyandarkan punggung.