"Siapa perempuan itu, Apakah Mas Arno hanya bergurau? Aku tidak akan mundur, karena hanya aku istri tersabar yang pantas menjadi Nyonya Arno kembali!" Elsa berpikir sejenak, lalu pergi meninggalkan kediaman rumah Emilio.
Di dalam mobil yang berbeda, Kak Emi juga bertanya-tanya kepada suaminya tentang ucapan Tuan Arno tadi.
"Pa, Menurut Papa yang diucapkan Arno Benar atau hanya untuk menghindar dari Elsa?" Saudara perempuan Tuan Arno merasa gelisah sekali melihat kondisi rumah tangga sang adik yang selalu berantakan. Tidak pernah semulus rumah tangganya.
"Semoga saja benar Ma, sudah waktunya Arno menikah dan menemukan perempuan yang pas dan setia kepadanya." Kak Arya memang sangat bijak, ia tidak selalu berpihak kepada Elsa, tidak seperti Kak Emi dan mama Kartika.
Kak Emi menoleh ke belakang, melihat Azka sudah tertidur pulas di pelukan baby sitternya.
"Tapi Pa, bagaimana dengan Elsa. Kasihan kan kalau dia terus diabaikan? Elsa perempuan yang baik dan juga kalem, kurang apa lagi? Mama pusing mikirin Arno!" Kak Emi menurunkan nada bicaranya agar tidak mengganggu Azka yang terlelap, meski hatinya gelisah dan sangat khawatir.
Dengan santai Kak Arya menjawabnya penuh mendukung Tuan Arno, "Ma, papa ini juga seorang laki-laki. Papa tahu betul kenapa Arno menceraikan Elsa, pasti ada sebab dan alasan yang kuat. Selama ini Papa membela Elsa karena Papa melihat dari sikap Elsa yang kalem, Namun beberap bulan terakhir Papa juga mencoba memposisikan menjadi Arno. Tatapan Arno penuh dengan kebencian dan kecewa, pasti Elsa sudah melalukan kesalahan besar!" Dengan bijak Kak Arya mencoba membuat istrinya mengerti keduanya, bukan hanya berpihak dengan Elsa.
Mendengar jawaban suaminya, Kak Emi hanya terdiam tidak membalas lagi.
"Apakah benar yang dikatakan teman-temanku, jika orang diam itu lebih berbahaya? Apakah mungkin Elsa berbuat hal yang tidak pantas?" Kak Emi masih bergelut dengan pemikirannya sendiri.
Sambil menyetir kak Arya terus memperhatikan istrinya, "Sayang, jangan terlalu mengkhawatirkan Arno. Aku yakin pasti kali ini pilihannya sangat tepat?"
Merasa suaminya sangat menenagkan, Kak Emi menggengam erat tangan Kak Arya. Meski tidak bisa berbohong hatinya tetap masih mendukung Elsa untuk bisa kembali menjadi adik iparnya lagi.
Tidak jauh dengan Kak Emi, Mama kartika lebih merasa gelisah dan khawatir dengan putra kesayangannya, Tuan Arno.
Mama Kartika mendukung Elsa bukan karena Elsa perempuan kalem saja, Namun juga karena malu jika putranya harus menikah sampai berkali-kali. Jika masih bisa disatukan kembali, Mama Kartika akan berusaha sebisa mungkin untuk mempersatukan Elsa dangan Putranya.
"Siapa perempuan beruntung yang berani mendekati putraku, aku tidak akan menerimanya begitu saja. Aku harus tahu asal dan usul perempuan itu, dan jika aku tidak menyukainya, aku tidak akan merestuinya!" Batin Mama Kartika.
Di tempat yang berbeda, Gadis yang sudah terpilih untuk menjadi istri paling muda diantara mantan istri Tuan Arno ini sedang asyik menikmati buah favoritnya di tepi jembatan di tengah kota.
Buah durian menjadi buah favorit Inara. Di malam yang sangat indah dengan dihiasi bintang-bintang di langit. Seperti wajahnya yang berbinar bak pemain sinetron yang jago akting. Menjadi saksi bisu, betapa pintarnya seorang Inara memanfaatkan laki-laki yang saat ini bersamanya hanya untuk menjadi Alat transaksinya.
Buat Inara sebenarnya harga durian tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan pendapatannya. Akan tetapi ia sangat menyayangkan jika hasil keringatnya terbuang sia-sia. Ia lebih mementingkan kebahagiaan ibunya, ketimbang kebahagiaannya sendiri.
"Auuu...!" Tiba-tiba lidah Inara tergigit sendiri.
"Dek kamu enggak papa?" Tanya seseorang khawatir.
"Enggak papa Kak, Duriannya terlalu nikmat. Aku terlalu bersemangat menikmatinya, jadi lidahku tergigit nih!" Gadis berusia 21 tahun itu menjawab dengan lembut dan manja seraya menjulurkan lidahnya yang panjang dan berwarna pink.
Konon katanya, jika lidah kita tergigit secara tiba-tiba. Ada seseorang yang tengah membicarakan atau memikirkan kita.
Pernyataan tersebut sepetinya bisa di anggap benar bagi Inara saat ini, meski ia sendiri tidak tahu bahwa dirinya memang menjadi perbincangan hangat diantara keluarga Tuan Arno, mantan istrinya dan juga Tuan Arno sendiri.
"Jangan buru-buru, pelan-pelan saja makannya. Mau nambah enggak, mumpung aku masih di jakarta? besok pagi aku harus kembali ke kota Kediri. Ada beberapa urusan pekerjaan yang mendesak, mungkin kakak disana tiga bulan." Laki-laki bernama lengkap Langit Ramadhan putra berusia 33 tahun itu berpamitan kepada Inara.
Langit adalah laki-laki pertama dan beruntung bisa jalan dengan Inara. Biasanya Inara hanya menemui beberapa pria yang menyukainya di tempat kerjanya saja.
Langit sangat dewasa, Inara merasa nyaman saat jalan berdua dengan laki-laki berkulit sawo mentah dan bertubuh tinggi. Tidak jauh berbeda dengan Tuan Arno, hanya saja kulit Tuan Arno lebih bersih darinya.
Mereka cukup dekat, meskipun sampai detik ini Inara belum juga membuka hatinya.
"Lama sekali kak? Kota Kediri itu profinsi jawa timur kan?" Tanya Inara sambil terus menikmati buah durian kesukaannya.
langit belum menjawab, matanya tidak berhenti menatap Inara di sampingnya.
"Lihat kamu makan bikin kenyang, seneng sekali bisa nemenin kamu disela kesibukanku yang cukup padat," Bukan hanya terharu dengan ucapan Langit Inara juga terenyuh saat jemari Langit mengusap bibirnya karena ada sisa daging durian yang tertinggal di sudut bibir Inara.
"Maaf kak, Ina enggak tahu kalau belebotan semua, hehehe..." Terjadi kontak mata diantara mereka berdua saat ini. Angin yang bertiup kencang menambah suasana malam ini semakin syahdu. Langit tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Ia ingin Inara Segera menjadi miliknya.
"Dek, Maukah kamu menikah dengan ku? Kita cukup dekat dan sudah lama kenal. Aku jatuh cinta kepadamu sejak pertama kali kita bertemu. Aku ingin menjagamu, membantumu, dan meringankan bebanmu!" Ucapan Langit benar-benar serius dan yakin.
6 bulan yang lalu, Langit datang ke rumah Inara untuk bertemu Inara secara langsung dan kedua orang tua Inara tentunya. Setelah Langit mendapatkan nomer Inara saat ia mampir ke outlet tempat Inara bekerja untuk sarapan dan ngopi saat akan pergi ke luar kota naik kereta. Sikap gentle dan dewasa seorang Langit Ramadhan putra mampu merebut hati Pak Rudi dan Juga Ibu Umi selaku orang tua Inara.
Inara belum memberi jawaban, ia masih menyusun kata-kata yang tepat karena takut Langit tersinggung.
"Kalau enggak bisa jawab sekarang, aku tunggu 3 bulan lagi. Jika kamu mau menerima lamaran ku, aku ingin 3 bulan lagi kita juga menikah." Langit memberi waktu Inara cukup panjang untuk berfikir. Langit tidak mau basa-basi, ia tidak suka pacaran. Langit ingin menikahi Inara setelah kepulangannya dari luar kota nanti.
"Inara bingung Kak? Kakak terlalu baik, siapapun yang kenal kak Langit pasti merasa bahagia dan nyaman. Namun Ina masih punya beberapa persoalan di hidup Ina yang belum Ina selesaikan," Inara tidak berani menolaknya namun juga tidak menerimanya. Dengan begini Langit merasa masih ada kesempatan yang lebih untuk segera mempersyunting Inara dalam beberapa bulan lagi.
Akankah Inara mau menerima lamaran Langit? Lantas bagaimana dengan rencana Tuan Arno? Siapakah kelak yang akan menjadi pasangan hidup Inara Chelselia saputri?