Bab 13. Terungkap Rahasia

1030 Kata
Yessa masih terdiam sejenak, dia bingung harus memulai dari mana. "Ayolah cerita, apa yang ingin kamu sampaikan. Aku penasaran loh," bujuk Ashley. "Nona, pernah mengalami kecelakaan gak?” tanya Yessa. Ashley terdiam, dia bingung. Apa yang ingin dia dengarkan tidak sesuai dengan yang di ucap Yessa. "Kenapa dia tau tentang itu," batin Ashley. Hingga dia teringat wajah Yessa, barulah Ashley tersadar dengan kejadian beberapa bulan lalu, di saat dia hampir penyet tertabrak trailer. "Kamu..., perawat yang di rumah sakit itu?” tanya Ashley sedikit pelan, dia takut salah orang. Yessa mengangguk, seraya tersenyum. "Akhirnya dia mengingat ku," batin Yessa. "Memang hal apa yang kamu tau, aku sampai sekarang masih penasaran dengan kejadian saat itu. Apakah J.Liem penolongku?” tanya Ashley. "Ehm, bukan." Suara Yessa tiba-tiba mengecil seakan ada seseorang yang memantaunya dari luar. "Apa, gak kedengaran. kamu bicaranya jangan bisik-bisik gitu dong," pinta Ashley. Tiba-tiba J.Liem memanggil Yessa. "Yess, sini," ucapnya di depan pintu kamar. Yessa menelan saliva, bahkan Ashley tidak menyadari hal itu. Gadis itu hanya fokus menatap J.Liem, berusaha mengingat penampilan pria itu dengan penolongnya di kecelakaan maut. "Ah, masa iya dia yang nolong aku. Bisa jadi, soalnya Yessa tau kejadian itu," gumamnya. Yessa beranjak menghampiri J.Liem dengan ketakutan. Dia bingung harus bagaimana, takut kalau saja J.Liem akan bertindak kasar dengannya. "Yessa, bisa tolong belikan ini," ucap J.Liem beralasan, dia tidak mau Ashley curiga dengannya. Saat ini di mata Ashley dialah penyelamat, dia tidak mau ada penyelamat lain selain dia. "Bisa jadi, dia memang yang selalu jadi penyelamat ku," ujar Ashley lagi bergeming. Ashley melempar senyum canggung lalu, memalingkan lagi wajahnya. berusaha mengingat semua kejadian, dari saat kecelakaan hingga kejadian yang membuat kakinya terluka saat ini. "Bisa jadi, dia memang pengagum rahasiaku. Seperti yang aku pikirkan sebelumnya." Ashley menerka dalam hati. "Kalau memang dia penyelamat ku, selesai kontrak dengan Shino aku akan mencoba membalas budi dengan pria ini. Apapun yang dia inginkan akan ku turuti," gumam Ashley. J.Liem mendengar perkataan Ashley, dia langsung tersenyum di balik masker yang dikenakan. Sedangkan Yessa wajahnya sedikit kecewa, di satu sisi dia ingin mengungkapkan kebenarannya. Tapi, di sisi lain dia tidak mau J.Liem kecewa. Yessa meninggalkan Ashley dan J.Liem berada. Catatan yang di berikan tuan mudanya itu, juga hanya kertas kosong. Yessa paham bahwa tuannya, tidak ingin kebenarannya itu terungkap. *** Shino masih berusaha mencari tahu keberadaan Ashley, dia takut jika sesuatu yang buruk terjadi dengannya. Sedangkan Bimo saat itu, sudah dekat di kediaman seseorang yang dia curigai. Smartphone milik Bimo berbunyi, terlihat di layar nama Shino terpampang jelas. "Bim, di mana?” Suara Shino sudah terdengat santai. "Mencari Nona, saat ini di tempat terakhir yang saya curigai. Bagaimana, tuan mau ke sini?” tanya Bimo. "Share lock, saya ke sana sekarang. Kamu yakin dia berada di sana?” tanya Shino dalam panggilan. "Akurat sembilan puluh persen, saya yakin," balas Bimo. "Cepat saya tunggu," balas Shino, setelahnya menutup panggilan itu. Bimo segera mengirim lokasi tempat dia berada, dia juga menyiapkan beberapa anak buahnya untuk berjaga dan mengepung. Beberapa menit kemudian, Shino datang di tempat itu. Dia terkejut, melihat bangunan yang tidak asing di hadapannya. "Bim!” ucapnya dengan wajah tertegun. Bimo hanya mengangguk, membenarkan. "Kenapa di rumah, Junior?” tanya Shino, masih tidak percaya. "Nanti akan saya jelaskan, tapi kita tidak boleh gegabah tuan. Kemungkinan Nona tidak di sini, hanya yang membawa dia sembilan puluh persen saya yakin, tuan Junior," ucap Bimo. "Baiklah kalau begitu, kali ini aku yang akan masuk. Kamu santai saja, agar tidak membuat mereka curiga. Lagian dia tidak terlalu berbahaya," ujar Shino. "Siap, tuan." Bimo berjaga di luar, takut sesuatu hal terjadi dengan Shino. Shino melangkah masuk ke dalam bangunan, dengan gaya eropa. Pintu gerbang terbuka otomatis dan beberapa penjaga mempersilahkan Shino masuk, ke dalam bangunan mewah itu. Seorang pria paruh baya menghampirinya, dengan senyum ramah dan penuh tanya di wajahnya. "Apa kabar Shino? Angin apa yang membawamu kemari?” tanya Adiwijaya. "Baik, Om. Saya mencari Junior, lama ngak main ke sini. Kebetulan ada proyek baru yang mau saya bahas dengan dia." Shino menjabat tangan Adiwijaya, sambil memberi alasan seputar bisnis. 'Semoga dia percaya, serta memberitahu keberadaan Junior,' batin Shino. "Kenapa tidak menelponnya." Adiwijaya duduk tepat di sebelah Shino, santai. "Sebenarnya tadi mau lewat telepon, hanya kebetulan saya melintas di sekitar sini. Jadi, sekalian saja mampir, siapa tau Junior ada di rumah," kilah Shino. "Junior sedang ada di apartemen, yang di daerah BSB," jawab Adiwijaya. "Kamu kesana saja langsung," lanjutnya. "Boleh saya minta detailnya om, kebetulan proyek yang saya mau bahas ini sangat besar. Kemungkinan investor yang akan masuk, dari Australia," jelas Shino. "Kamu makin hebat Shino, senang Om masih bisa melihat Junior bekerjasama denganmu. Sebentar om kirim ya alamatnya," puji Adiwijaya. "Ah, Om bisa saja. Sebenarnya Junior juga lebih hebat, jangan terlalu memuji saya." Shino berusaha merendah. Hingga pesan singkat masuk, ia membuka dan meneruskan pesan itu ke Bimo. Tidak lama kemudian, Adiwijaya membicarakan hal lain. "Shino, kamu serius mau bertunangan dengan wanita biasa?" tanya Adiwijaya. "Benar, om," jawab Shino, sambil menyimpan kembali smartphone miliknya kedalam saku. "Shino sangat mencintai gadis itu, walau banyak halangan, Shino gak bakalan lepasin dia," lanjutnya. Pria itu menepuk baju Shino sambil tersenyum, dia seakan ingin mengatakan sesuatu yang sangat misterius. "Perjuangkan jika dia pantas untuk di perjuangkan, tapi ingat lawanmu berat. Jangan sampai kamu menyerah di tengah jalan, jika sudah melangkah." Kata-kata itu, membuat Shino berpikir kencang. 'Sepertinya Adiwijaya mengetahui sesuatu. Aku akan menyelidikinya setelah ini,' batin Shino. "Pasti, saya hanya mohon do'a nya saja. Apalagi, saat ini ada tante Reina. Walaupun berat pasti akan bisa saya hadapi," balas Shino. "Terimakasih banyak, alamatnya sudah masuk. O, ia Om saya pamit soalnya ada janji lagi dengan klien yang dari Hongkong." Adiwijaya segera beranjak dari tempat duduknya. Pria paruh baya itu mempersilahkan Shino pergi, mengantar hingga kedepan dan menatap dadi kejauhan. 'Semoga kamu bisa melampaui batas yang ada, semoga apa yang kamu inginkan bisa tercapai,' batin Adiwijaya. Shino yang berjalan keluar, mengambil smartphone miliknya lagi. Dia segera mengirim pesan ke Bimo. "Bimo kamu jangan langsung gegabah, selidiki di sekitar situ. Jika, ada yang mencurigakan kamu langsung hubungi Saya." Pesan singkat itu segera di kirim, sembari menoleh kembali kebelakang. Masih terlihat Adiwijaya menatapnya dari jarak jauh, tatapan penuh banyak hal yang ingin Shino ketahui.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN