Pagi itu Geisha membuka mata lebih dulu daripada Barton, cewek itu menggeliat untuk mengusir raga pegal setelah tidurnya yang nyenyak. Ia kemudian menatap wajah Barton yang masih terlelap, dan merasa gemas dengan gaya Barton saat tidur.
Cewek itu menatap ke arah bibir sang pacar, ia kemudian menyentuhnya, dan menahan tawa. Barton terlihat begitu manis saat terlelap, bulu mata cowok itu sedikit panjang dan juga lentik.
“Gue tau, gue ganteng. Tapi nggak gitu juga pas ngeliatin,” ujar Barton dengan mata terpejam.
Geisha yang mendengar kalimat itu dari sang pacar merasa kesal. “Lo PD banget sih? Nggak malu muji diri sendiri?”
Barton membuka mata, ia bertemu tatap dengan Geisha. “Nggak kok ... gue sama sekali nggak malu. Kalo gue nggak ganteng, lo nggak akan suka ama gue.”
Geisha yang mendengarnya menahan tawa. “Gue macarin lo bukan karna tampang lo!”
“Terus?”
“Nggak ada alasan,” balas Geisha. “Lepasin! Gue mau mandi.”
Barton yang mendengar permintaan cewek itu malah mengeratkan pelukannya. “Beb ... gue masih pengen peluk-peluk.”
“Noh ... tembok aja dipelukin!” Geisha memberontak.
“Gue kan maunya meluk elo, Bebeb.”
Geisha yang merasa melawan juga percuma berhenti, ia menatap Barton lagi. “Lo maunya apaan sih?”
“Sun ....” Barton memonyongkan bibirnya.
Geisha yang melihat tingkah Barton bergidik ngeri. “Jijik gue!”
“Morning kiss Bebeb ku,” balas Barton sambil cengengesan.
“Peak lo! Gunanya morning kiss apaan sih? Jangan lebay deh,” ucap Geisha.
“Ya elah, Beb. Masih mending morning kiss, lo bakalan ngomel kalo gue mintanya yang laen.”
Geisha yang mendengar hal itu menatap malas.
“Daripada gue minta morning seks.”
Geisha membelalakkan mata. “Ya Tuhan ... jangan ampuni dosanya, biarkan dia tetap menjadi anak domba yang tersesat.”
“Beb ... doa lo jahat bener,” ucap Barton dengan wajah cemberut.
“Sengaja! Biar lo nggak masuk surga,” balas Geisha seenaknya.
“Ya udah deh, nggak apa-apa. Gue masukin surga di selakangan lo aja, udah enak itu mah. Lo enak, gue enak, kita hepi-hepi deh!”
“LO m***m BANGET SIH!”
Barton yang mendengar aksi protes sang pacar langsung saja melepaskan Geisha. “Mandi sana, lo bau.”
“Lo yang bau!”
“Bebeb .... mandi cepet! Gue perkosa nih kalo nggak mandi.”
“Lo ngancem mulu!”
“Kan gue sengaja, biar lo tau gue ketagihan ama lo.”
“Bangke! Jadi lo macarin gue cuma buat enak-enak doang?”
“Uluh ... tayang na akuh ambekan.”
“Beton ... lo nyebelin!”
“Mandi sayang, apa mau gue yang mandiin?” ujar Barton.
Geisha yang mendengar ucapan Barton segera beranjak. Cewek itu membawa handuk, ia kemudian masuk ke kamar mandi.
Barton yang sudah ditinggalkan oleh Geisha juga segera bangkit berdiri, cowok itu kemudian membereskan tempat tidurnya dan Geisha, lalu menatap pakaian dalam Geisha yang ia lepaskan semalam.
Barton yang mengingat aksinya semalam tersenyum sendiri, ia kemudian memungut dalaman itu, lalu memasukkannya ke dalam keranjang baju yang kotor.
Setelah belasan menit berlalu, akhirnya Barton sudah menyerasikan tugasnya. Cowok itu kemudian ke meja belajar Geisha, ia melihat jadwal Geisha dan tersenyum. Di ceknya buku-buku Geisha, dan menyadari cewek itu belum menyiapkan buku untuk pelajaran hari ini.
Barton menarik napas, Geisha benar-benar sangat suka melakukan semuanya dengan cara buru-buru. Merasa kasihan pada sang pacar yang akan kalang kabut, Barton juga membantu Geisha menyiapkan buku-buku dan keperluan sekolah.
“Kalo tidur kek kebo, kalo makan kek babi, astaga ... suka buru-buru juga kek banteng,” komentar Barton.
Setelah mengatakan hal itu Barton juga segera menyiapkan barang-barang miliknya, cowok itu juga melakukannya dengan cepat, lalu meraih handuk miliknya. Ia menuju ke arah pintu kamar mandi, lalu dengan cepat membukanya.
Di dalam sana Geisha sedang menyabuni tubuhnya, dan ia terlihat kesusahan saat menyabuni bagian belakangnya.
“Lo perlu bantuan atau nggak?” tanya Barton.
Geisha yang kaget segera menatap, ia terlihat tak suka saat Barton ada di dalam kamar mandi. “Ngapain lo masuk? Gue kan masih mandi.”
“Gue calon laki lo, gue juga bakalan ngurusin lo pas udah nikah.”
“PD nyampe DNA,” balas Geisha.
Barton segera maju, ia meraih sabun cair milik Geisha, lalu segera menyabuni tubuh Geisha. “Mulai sekarang, gue yang bakalan mandiin lo!”
“Lo kok tingkahnya kek b***k gue?”
“Gue? Gue Cuma lagi manjain pacar gue aja.” Barton segera menyudahinya, ia telah selesai menyabuni tubuh Geisha.
Geisha yang sudah mendapatkan pelayanan dari sang pacar merasa heran, cowok itu sama sekali tak menunjukkan sikapnya yang m***m.
“Lo terpesona?”
“Ngimpi!’” balas Geisha.
Barton segera meraih shampoo, ia kemudian menuangkannya, dan membersihkan rambut Geisha. Cowok itu benar-benar teliti, ia melakukannya dengan penuh kasih sayang.
Geisha yang mendapatkan perlakuan seperti itu merasa begitu senang, apalagi saat Barton memijat bagian kepalanya dan membersihkan busa-busa yang ada pada rambutnya dan menggunakan conditioner. Geisha benar-benar merasa disayangi dan juga dicintai oleh cowok itu.
Beberapa menit berlalu dengan cepat, dan Barton sudah menyelesaikan pekerjaannya. Cowok itu kemudian meraih handuk Geisha, dan mengeringkan tubuh pacar tersayangnya.
“Keluar sana, gue mau mandi. Buku, seragam, hoodie, ama keperluan lainnya udah gue siapin. Lo cepetan ganti pakek baju,” ujar Barton.
Geisha menjinjit, ia mencium pipi Barton. “Ma kasih ya Bebeb.”
“Udah, cepetan sana!”
Geisha segera keluar dari kamar mandi, ia menutup pintu, dan melanjutkan acaranya sendiri di dalam kamar.
Barton yang masih tertinggal di kamar mandi segera membersihkan tubuhnya, cowok itu juga terburu-buru, dan mengejar waktu, ia berharap masih banyak waktu yang tersisa dan bisa digunakan untuk mengajak Geisha makan.
...
Setelah rutinitas pagi yang lumayan menyenangkan, Geisha dan Barton kini sedang berjalan menuju ke kelas khusus. Mereka melewati koridor, membiarkan diri mereka mendapatkan sorotan dari banyak orang, dan berusaha mengabaikan tatapan benci dari para anak bayangan. Keduanya ada di barisan paling belakang anak-anak G.T.M yang lainnya.
Tetapi ... tiba-tiba saja barisan mereka berhenti melangkah, di depan sana ada seseorang yang menghalangi jalan, dan sialnya memberikan kado kepada Ranjiel.
“Bangke ... coba kek kalo mau ngasi hadiah tuh di kelas langsung, ngapain ... harus pas di koridor begini.” Geisha terlihat begitu malas, cewek itu juga memasang tampang masamnya.
“Udah ... lo doyan banget sih ngomel-ngomel?” tanya Barton.
Geisha menengadahkan kepalanya. “Gue kesel aja, apa mereka nggak mikir kalo gaya mereka yang songong begitu ngebuat orang lain kesel? Dikiranya enak apa nungguin kek gini?”
Barton mengacak rambut pacarnya, ia tahu jika cewek itu tak suka menunggu lama. Barton yang sedang tersenyum karena mendengar ocehan Geisha segera mengalihkan tatapannya ke depan, ia cukup kaget saat melihat Lia sudah bertengkar dengan seseorang.
“Ada apaan sih di depan?” tanya Geisha.
“Lia berantem!”
Geisha yang mendengar hal itu segera bertindak, ia kemudian menanyakan perihal itu kepada Ranjiel, dan ia juga menjadi emosi karena melihat penyebab temannya menggila. “Wah ... bangke nih anak!”
Barton menahan tangan Geisha. “Lo mau ngapain?”
“Mau nikah!”
“Ama gue?”
“Lo nggak liat apa gue mau berantem?”
Geisha memberikan bingkai foto itu kepada Barton, ia meminta Barton menghancurkan foto tersebut dengan cara menginjak-injaknya hingga hancur.
Barton yang mendengar perintah dari sang pacar awalnya tak ingin, tetapi setelah Geisha mengancam jika tak akan memberikannya jatah maka ia juga segera bertindak.
Cowok itu tak mengerti dengan keadaan emosi Geisha, ia hanya berharap Geisha melakukan sesuatu yang benar.
Merasa penasaran cowok itu segera mendekat ke arah Ranjiel, ia bertanya kepada sesama anggota inti, dan saat mendengar jawaban Ranjiel dirinya sadar jika Geisha melakukan itu karena cewek bernama Alma memang sudah keterlaluan.
Memetik Bunga Edelweis, lalu mengambil fotonya. Semua orang juga tahu jika bunga itu begitu mengagumkan, dilindungi, dan lebih parahnya hanya mekar sepuluh tahun sekali.
“Tu cewek lagi nggak hoki. Dia buat masalah ama Geges, ama si Lia juga.”
Barton menatap Ranjiel, ia sepertinya harus menenangkan Geisha setelah ini. Ia juga akan menjadi pacar yang baik dan menasihati pacarnya agar tidak terlalu berbuat jauh dan melakukan sesuatu dan lain hal dengan santai.
Setelah beberapa saat berlalu dengan cepat, keributan itu akhirnya berakhir. Lia mengancam cewek bernama Alma, dan Geisha juga melakukan hal yang sama seperti Lia.
Barton yang sudah melihat Geisha berhenti menghampiri sang pacar, ia kemudian membawa cewek itu seperti membawa karung beras.
“Bebeb! Kok gue di bawa kek gini lagi sih?”
“Suka-suka gue,” balas Barton.
“Bangke lo!”
Barton sama sekali tak peduli, ia kemudian masuk ke dalam lift, mereka segera menuju ke lantai paling atas di mana ruangan Kepala Sekolah juga berada.
Geisha yang tahu jika melawan kehendak Barton tak berguna kemudian diam, percuma saja ia mengadukan banyak keluhan. Barton tak akan mendengarkannya, cowok itu pasti membuatnya kalang kabut sendiri.