Geisha dan Barton kini sedang berada di asrama, mereka pulang lebih dulu daripada murid lain karena sedang dalam penyesuaian dari kelas khusus.
Hari ini hanya ada perkenalan dari guru yang akan mengajar mereka di kelas itu, dan juga mereka dipersilakan untuk menyiapkan diri mereka untuk esok hari.
Barton kini sedang tertidur pulas, dan Geisha yang tak bisa tidur segera beranjak dari ranjang. Cewek itu menatap jadwal yang ada di meja belajarnya, dan ia harus segera bergegas berlatih menari sekarang ini.
Geisha segera mencari pakaian yang ia perlukan di dalam lemari, tetapi sialnya ia tak menemukannya sama sekali. Cewek itu kemudian menatap Barton yang sedang tidur, ia membangunkan cowok itu untuk bertanya.
“Beb ... bangun,” ujar Geisha sambil menggoyangkan tubuh Barton.
Tetapi sial bagi Geisha, Barton sama sekali tak bergerak. Cowok itu masih dalam posisi yang sama, dan terlihat tidak terganggu sama sekali.
Geisha yang melihat kelakuan sang pacar menjadi kesal sendiri, ia kemudian naik ke atas ranjang, dan secara cepat Geisha duduk di tubuh Barton.
“Akhhh ....” Barton menahan rasa kaget dan sakit pada bagian perut. Ia kemudian membuka mata, menatap Geisha yang kini sedang duduk di atas bagian perutnya dengan wajah masam.
“Di mana lo nyimpen baju balet gue?” tanya Geisha saat Barton sudah membuka mata dengan sempurna.
“Beb, lo bener-bener bikin kaget aja.”
Geisha membuang muka.
“Emang lo mau ngapain?” tanya Barton.
Geisha yang mendengar pertanyaan itu menatap tak percaya. “Emangnya gue mau ngapain kalo nggak latian? Lo sehat? Lo nggak ada rencana koid dalam waktu deket, kan?”
“Mulut lo mau gue sumpalin pakek o***g?” tanya Barton yang mendengar ucapan sang pacar.
Geisha yang mendengar ucapan Barton merengut. “Lo mah gitu mulu, emang lo kira itu o***g ice cream apa?”
Barton yang mendengar jawaban sang pacar mengulum senyuman. “Beb, gue pengen nih.”
“Pengen apaan lo?” tanya Geisha dengan tatapan yang aneh, ia mewaspadai Barton yang bisa saja melakukan hal macam-macam kepadanya.
“Pengen elo,” balas Barton.
Geisha menelan ludahnya, ia segera beranjak dari ranjang.
“Sayang, mau ke mana sih?”
Geisha menatap ngeri ke arah sang pacar. “Lo kok makin aneh sih?”
“Gue aneh gegara elo.”
Geisha yang mendengar jawaban pacarnya terlihat malas, entah apa yang merasuki Barton, tetapi ia yakin itu bukan jin lampu. Geisha segera membuka pintu, ia berencana untuk keluar dan bermain di halaman asrama.
“Kutilang! Tungguin gue napa?”
Geisha yang sudah nyaris pergi dan menutup pintu berhenti, ia menatap lagi ke arah Barton.
“Cepetan!”
Barton yang mendengar ucapan pacarnya segera beranjak dari ranjang, ia tidak mencuci mukanya terlebih dahulu, dan Geisha kesal melihat hal itu.
“Ayok, lo napa masih belom jalan?” tanya Barton.
Geisha menarik tangan Barton masuk ke dalam kamar, ia kemudian membawa cowok itu masuk ke kamar mandi, dan segera menyuruh Barton untuk mencuci wajahnya.
Barton yang mendapatkan perintah itu dari sang pacar juga segera bertindak, ia tak ingin membuat Geisha marah kali ini.
Setelah Barton selesai mencuci wajahnya, Geisha segera mengeringkan bekas air di wajah Barton dengan handuk kering. Hal itu membuat Barton terpaku, ia kemudian mengangkat tubuh Geisha, mendudukkannya pada wastafel, dan menatap wajah manis pacarnya.
“Beb, nikah mau nggak?” tanya Barton, ia menahan tangan Geisha yang sedang mengeringkan wajahnya dengan handuk kering.
Geisha yang sedang dalam keadaan serius menatap Barton. “Lo kenapa sih? Dari kemaren yang lo omongin cuma hal-hal yang udah pasti nggak masuk akal.”
“Gue serius, Geges.”
Geisha merapikan rambut Barton, ia kembali terpaku saat Barton menahan tangannya. “Gue nggak mau kehilangan lo, dan gue mau buktiin kalo gue nggak cuma mau ama tubuh lo doang.”
“Kita belom bisa nikah, Barton. Lo ... gue ... kita masih di bawah umur, kita juga masih sekolah. Lo nggak usah ngaur lagi deh,” balas Geisha.
Barton mendekatkan wajahnya ke Geisha, ia kemudian tersenyum. “Apa sih yang nggak mungkin? Gue mau lo ama gue nikah, dan itu bakalan kejadian juga.”
Geisha tak sempat menjawab, Barton sudah melumat bibirnya. Cewek itu mau tak mau membalas lumatan bibir sang pacar, mereka kemudian saling bertukar saliva dan memeluk.
Barton memainkan lidahnya, dan Geisha juga melayaninya dengan baik. Barton membelai punggung Geisha, dan Geisha memejamkan mata semakin erat.
Mereka larut dalam suasa romantis, mereka juga seakan lupa dengan rencana awal untuk bermain di luar.
Tak berapa lama Barton menyudahi aksinya, ia menatap Geisha yang perlahan membuka mata. “Gue serius, Ges. Gue mau buktiin kalo gue cinta dan sayang ama lo.”
“Mustahil lo ngerasain hal itu cepet, lo sayang ama Natasha, dan lo cuma kecelakaan ama gue.”
“Gue nggak tau kenapa, semenjak gue tau siapa elo, semenjak kita sering rebut, lo udah punya ruangan tersendiri di hati gue,” balas Barton.
Geisha menatap ke arah lain, ia tak tahu harus mengatakan apa kepada cowok itu.
“Mau nikah ama gue?” tanya Barton.
“Serah lo deh,” jawab Geisha. Ia segera turun dari wastafel, dan berdiri berhadapan dengan Barton.
“Gue sayang lo,” ujar sang pacar.
Geisha yang mendengar hal itu mengangguk, ia kemudian keluar dari kamar mandi dan duduk pada sofa yang ada di dalam kamarnya. Cewek itu menunggu Barton keluar, dan mereka akan segera keluar untuk bermain.
Di saat Geisha sedang duduk dengan tenang, ponselnya bergetar. Cewek itu segera meraihnya, ia menatap pada nomor ponsel yang menghubunginya. Ada beberapa pesan masuk, dan ia tertarik untuk membukanya.
Dengan cepat Geisha membuka pesan itu, ia kemudian melihat foto Barton dan Natasha yang berada di sebuah kamar. Ada sedikit rasa kesal, tetapi Geisha sadar jika masa-masa kebersamaan keduanya sudah terlewatkan.
“Lo bengong kenapa, Beb?” tanya Barton.
Geisha segera menatap, ia kemudian memperlihatkan foto yang diterimanya dari nomor asing itu.
“Keknya Natasha,” ujar Geisha.
Barton segera merebut ponsel Geisha, ia kemudian memblokir nomor itu. “Lo nggak marah ama gue, kan?”
Geisha menggeleng. “Marah kenapa? Nggak penting juga buat gue. Gue nggak selabil itu, gue tau itu foto lama.”
Barton menarik tangan Geisha, ia kemudian memeluk cewek itu. “Maafin gue, lo harus ngeliat foto yang nggak seharusnya lo liat.”
Geisha yang mendengar hal itu hanya tertawa. “Lo pikir gue cewek labil apa? Gue tau itu masa lalu, dan gue juga nggak mandang masa lalu lo.”
Barton melepaskan pelukannya. “Lo nggak akan ngelabrak anak orang, kan?’
“Gue nggak akan buat masalah, kecuali mereka yang gangguin gue duluan.”
Barton mengacak gemas rambut Geisha, ia bisa merasa tenang karena cewek itu juga jauh berbeda dengan Natasha.
“Udah ah, gue mau main-main di luar. Tapi ntar malem temenin gue latian balet di lantai atas,” ujar Geisha.
“Iya, gue siap-siap dulu deh,” ujar Barton. Ia kemudian mencium kening Geisha dan segera mempersiapkan diri untuk keluar dari kamar.
“Beb, kita ke mall aja, mau nggak?” tanya Barton.
Geisha yang mendengar hal itu berpikir sejenak. “Terlalu rame. Ke Ancol ajalah, lama gue nggak main ke sana.”
“Oke deh, asal lo seneng aja.”
Geisha yang mendengar ucapan sang pacar menjadi sangat ceria. “Foto-foto yah, gue lama nggak spam foto.”
“Ya udah, ntar gue bawa kamera.”
Geisha yang mendengar ucapan Barton kegirangan, ia segera mencari pakaian yang pas digunakan untuk pergi ke tempat tersebut. Sedangkan Barton yang melihat kebahagiaan pacarnya juga merasa senang.