-Pria baik-baik tidak akan lari dari tanggung jawab-
***
Dara melangkah dengan harap-harap cemas melewati aktivitas para mahasiswa dan mahasiswi yang menghiasi setiap koridor kampus.
Di lorong kampus tujuan Dara dan terbilang sepi, Billy tengah bersama ketiga teman laki-lakinya dan usianya sebaya dengan Billy.
“Cewek, ya. Baru juga sekali, sudah ngebet minta dinikahi!” Billy yang duduk di anak tangga darurat memulai pembicaraan.
Merinding, Dara yang langsung mengenali suara Billy refleks berhenti melangkah. Kedua tangan Dara mengepal sangat kencang dan sampai gemetaran, sementara kedua matanya berkaca-kaca. Dara memberanikan diri untuk melongok ke sebelah. Di sana, Billy duduk membelakangi arah kedatangannya bersama ketiga laki-laki muda dan Dara kenali sebagai teman dekat Billy. Aron, Reza dan juga Keiri, mereka merupakan personil band yang menjadikan Billy sebagai vokalisnya.
“Ngebet karena takut hamil apa gara-gara ketagihan?” ucap Aron yang duduk persis di sebelah Billy dan mengakhirinya dengan tawa pecah yang turut diikuti oleh Reza dan juga Keiri.
Air mata Dara langsung berjatuhan membasahi pipi. Dara merasa harga dirinya telah diinjak-injak. Ingin rasanya Dara mengamuk, tapi apa daya posisinya sangat lemah. Baru Dara sadari, posisi maupun status wanita yang melakukan seks di luar pernikahan apalagi bila sampai hamil, akan selalu dipandang rendah bahkan hina.
“Yakin, mau bertahan pada laki-laki payah seperti Billy yang bahkan tega membuka aib kamu?” Hati kecil Dara menasihati.
“Sabar, Ra. Yang namanya manusia enggak ada yang sempurna. Tegur Billy secara baik-baik, arahkan Billy agar dia enggak begitu. Kamu yang memulai dan mau memberinya kesempatan, jadi kamu juga yang harus membereskan semua ini.” Sisi hati Dara yang lain juga menasihati.
“Namun ingat, Ra. Jangan mau memperjuangkan hubungan sendiri. Kamu tanpa Billy enggak akan bikin duniamu kiamat. Kamu bukan orang susah. Kalaupun nantinya kamu hamil di luar nikah, itu sudah jadi risiko. Sudah, mulai detik ini, biarkan saja si Billy. Jangan dikejar nanti dia makin menghindar bahkan gede rasa! Ingat, pria baik-baik enggak akan lari dari tanggung jawab! Hapus air matamu, jalani apa yang bisa membuatmu menjadi lebih baik. Mulailah belajar mengurus usaha keluargamu. Mulailah jadi wanita karier dan jadilah orang sukses agar orang-orang tidak sembarangan meremehkan kamu!” Hati kecil Dara kembali menasihati. “Kamu yang sudah punya segalanya saja diremehkan, apa kabar bila kamu dari kalangan miskin?”
Dara sungguh menghapus air matanya menggunakan kedua punggung tangannya. Seperti kata hatinya, mulai sekarang ia akan mengabaikan Billy. Ia tidak akan sibuk mengejar apalagi menuntut tanggung jawab lagi. Dara yakin, pria baik-baik tidak akan lari dari tanggung jawab.
***
Fean yang sampai memakai celemek warna hitam dan tengah mengamati suasana restorannya dari sebelah meja kasir, segera merogoh saku sisi celana levis panjang warna hitam yang menyempurnakan penampilannya. Terdengar dering pesan masuk lengkap dengan getar. Ternyata itu pesan dari Dara.
Dara : Pria baik-baik tidak akan lari dari tanggung jawab, kan, Om?
Membaca itu, Fean langsung mengernyit.
Akhir-akhir ini, Dara jadi aneh, pikir Fean yang segera menulis pesan balasan untuk Dara.
Om Fean : Ayo kita bertemu. Kita bahas semua yang ingin kamu tahu. Mau makan di restoran apa rumahmu? Bila di rumahmu, sepulang aku menjemputmu aku akan langsung masak untukmu.
Tak lama setelah pesan Fean terkirim dan langsung dibaca oleh Dara bersama tanda pesan yang dihiasi conteng dua warna biru menyala, Fean mendapati Dara tengah mengetik balasan pesan untuknya.
Dara : Makan di rumahku saja, Om. Nanti aku pulangnya sekitar pukul empat sore. Om bisa jemput?
Om Fean : Memangnya sejak kapan aku enggak bisa buat kamu?
Bukan lagi pesan. Karena balasan dari Dara berupa stiker guling-guling sambil memegangi perut.
“Anak ini ....” Fean tersipu dengan senyuman yang begitu manis. Sampai-sampai, kasir di sebelahnya panas dingin karena terlalu terpesona.
Begitupun dengan pengunjung di sana dan kebanyakan wanita. Dari semua kursi pengunjung di sana tidak ada yang kosong dan memang dipenuhi oleh wanita segala usia. Remaja hingga tante-tante memenuhi di sana. Mereka menatap terpesona sosok Fean yang kali ini mengenakan setelan hitam. Fean menjadikan kaos hem sebagai penyempurna penampilannya hingga otot-otot di lengan kekarnya tampak sangat sempurna. Meski begitu, Fean tidak pernah tahu bila alasan para wanita selalu memenuhi restorannya tak semata menu-menu di restoran. Sebab Fean juga menjadi salah satu alasan kuat mereka.
***
Dara mengabaikan Billy dan memilih fokus dengan belajarnya. Awalnya, Billy bahagia dan merasa lega karena Dara tak lagi merengek sekaligus marah-marah kepadanya dan itu karena masalah cinta satu malam mereka. Namun, melihat kedekatan Dara dengan Fean yang kembali menjemput Dara, Billy merasa sangat marah. Billy cemburu dan langsung mengirimi Dara pesan. Ia berdiri di anak tangga menuju kampus dan menyaksikan Dara dibawa pergi oleh Fean menggunakan mobil mewah. Kedua sejoli itu kembali menjadi fokus perhatian dan digadang-gadang sebagai pasangan super serasi.
Sementara itu, mendapati dering pesan di ponselnya membuat Dara segera memastikannya. Dara mengeluarkan gawai berwarna putih itu dari tas yang ada di pangkuannya. Pesan tersebut tidaklah lain dari Billy.
Billy : Kenapa kamu masih saja bersama pria tua itu?
Dara mendengkus kesal. Bukan karena Billy baru saja mengeluhkan kebersamaan Dara dengan Fean, tetapi karena pesan permohonan kejelasan pernikahan yang Dara minta juga masih belum juga Billy balas. Padahal, pesan-pesan tersebut Dara dari malam hingga pagi tadi. Billy benar-benar hanya membaca semua pesan Dara yang memenuhi layar tak ubahnya koran online. Dan kini, Dara sengaja menunggu Billy membahas itu, tapi tetap saja pesan dari Billy tidak membahasnya.
Billy : Sebenarnya kamu cinta aku enggak sih? Kamu serius jalin hubungan dengan aku, enggak sih?
Emosi, Dara refleks mendengkus kemudian menghela napas yang sampai membuatnya mendesah. Setelah mengacak asal kepalanya hingga rambut tebal indahnya yang tergerai menjadi berantakan, ia membalas pesan Billy.
Dara : Pikirkan dulu pesan-pesanku di atas. Jangan hanya bahas cinta cinta dan pembuktian cinta. Coba sekarang aku tanya ke kamu, bukti cinta kamu ke aku apa? Kamu bahkan sudah merenggut mahkotaku! Hanya laki-laki berengsek yang tega melakukannya di luar pernikahan meski itu pada kekasihnya!
Fean yang selalu bisa mengontrol perasaannya dengan terus diam, yakin bila sesuatu yang fatal telah menimpa Dara. Wanita muda di sebelahnya sedang perang melalui pesan WA. Sederet pesan terus Dara tulis di sela dering tanda pesan balasan.
“Dara, kapan kamu siap menikah?” tanya Fean dan sukses memecahkan keheningan dalam kebersamaan mereka.
Dara langsung terdiam dan refleks menoleh, membuatnya menatap Fean. Dara pikir, alasan Fean bertanya seperti tadi karena Fean sudah mengetahui kasus Dara dengan Billy. Namun, nyatanya Dara salah. Fean memiliki maksud lain. Dan hal yang Dara takutkan dalam hubungannya dengan Fean akhirnya meledak juga.
“Ayo kita menikah. Kapan pun kamu siap, ... aku siap. Sore ini juga, aku akan mengatakannya pada orang tuamu.” Tanpa mengurangi fokus kemudinya, Fean kerap menatap kedua manik mata Dara penuh keseriusan.
Om Fean, ... bahkan Om Fean langsung ngajak menikah. Urusan sama orang dewasa memang beda. Ujung-ujungnya pasti langsung menikah! Batin Dara ketar-ketir. Namun, hati kecil Dara berkata lain. “Bukan dewasa usia, tapi dewasa pikirannya, Ra. Percaya deh, usia seseorang enggak menjamin kedewasaan seseorang. Sementara tipikal seperti Om Fean yang siap ngajak kamu menikah kapan pun kamu siap, merupakan wujud dari laki-laki tanggung jawab. Tipikal Om Fean ini, kebalikannya tipikalnya Billy yang cuma hobi main-main.”
Dara benar-benar bingung. Pada kenyataannya, ia memang tidak mencintai Fean. Namun, Dara juga tidak bisa tanpa Fean. Fean yang terbaik dan sudah ia anggap sebagai teman baik. Sahabat. Belum lagi, Dara tak mungkin membiarkan dirinya menikah dengan laki-laki lain karena mahkota keperawanannya sudah hilang dan dimiliki Billy. Pastinya, Dara belum siap untuk memikirkan pernikahan. Dara ingin menjalani kehidupan normal dan baru akan menikah setah menjadi wanita karier.
Lantas, jawaban apa yang harus Dara berikan kepada Fean?
Bersambung ....