Bab 6 Sebuah Perjanjian

1366 Kata
Mengetahui status Gale sebagai paman Dandy, ide itu tiba-tiba muncul di kepalanya. Dia tidak akan menerima dengan pasrah perbuatan Dandy. Dia akan membalas dendam, dan dia sudah menemukan jalan untuk itu. Selain itu, dia akan merebut kembali perusahaan ayahnya dari tangan pamannya. Sang paman tidak berhak sebenarnya, karena perusahaan itu telah dibangun ayahnya dengan susah payah. Yang membingungkan, notaris ayahnya malah berpihak pada pamannya. Grizella yakin ada sesuatu yang tidak beres. Dan dia akan membongkar kejahatan mereka. Keberuntungan akhirnya mendatanginya. Gale membawa Grizella makan di sebuah restoran mewah. Grizella sebenarnya tidak perduli tempatnya, yang penting makanannya enak. Tapi Gale pasti sudah terbiasa menikmati layanan VIP, jadi wajar kalau dia memilih tempat ini. Mereka mendapat tempat sebuah ruang pribadi yang luas. Sejak mereka sampai, mulai dari tukang parkir hingga pelayan menyambut mereka dengan penuh hormat. Bahkan ada beberapa pengunjung menyapanya. Rupanya Gale Bahrany cukup populer. Yang cukup mengganggu, orang-orang itu menatap Grizella dengan pandangan ingin tahu saat Gale mengajaknya masuk sambil menggenggam tangannya. Untung saja Grizella memakai masker, jadi orang-orang itu tidak salfok dengan matanya yang bengkak. “Mana ponselmu?” Gale bertanya saat mereka menunggu pesanan makanan tiba. Grizella mengulurkan ponselnya heran. “Buka dulu kuncinya.” Grizella meletakkan jempol di permukaan benda pipih itu dan seketika layar terang benderang. “Ini.” Dia mengulurkan kembali. Gale mengambil benda itu dan terlihat menggerak-gerakkan jarinya, mengetik selama beberapa saat di sana. Setelahnya dia kembalikan pada Grizella. Grizella melihat apa yang telah Gale lakukan. Pria itu rupanya menyimpan nomor ponselnya di daftar kontak. Nama yang dia tulis My G. Hah! Grizella tidak dapat menahan tawa. Seperti ABG saja. Padahal mereka belum resmi pacaran. Mengabaikan tawa Grizella, Gale ganti menyodorkan ponselnya. “Masukkan nomormu di sini.” Katanya tenang. Grizella menurutinya tanpa protes. “Sudah.” Grizella menulis nama lengkapnya di sana. Sebenarnya dia ingin juga bermain-main, menuliskan nama yang mengesankan kedekatan mereka, tetapi dia urungkan niatnya. Dia tidak mau terlalu berlebihan sebelum mengetahui apa yang diinginkan pria ini darinya. Selesai makan mereka kembali naik mobil dan Gale mengemudikan mobilnya tanpa tujuan. “Jelaskan tentang tawaranmu! Apa sebenarnya yang kamu inginkan dariku?” Tanya Grizela tanpa menoleh. Matanya lurus menatap kendaraan di depan mereka. Mereka saat itu terjebak macet. “Seperti yang sudah aku katakan tadi pagi. Mari kita pacaran dan aku akan bertanggung jawab atas hidupmu.” "Aku kurang mengerti. Tolong perjelas." Gale memutar kemudi hingga mobil menepi lalu berhenti. Ini pembicaraan serius, tentang masa depan mereka, jadi dia tidak bisa membahasnya sambil mengemudi. Gale menatap Grizella. Tadi dia mendengar semua yang dikatakan gadis ini pada Dandy dan ibunya. Saat itu dia terlihat cerdas dan berani, sama sekali tidak terlihat gadis bingung yang tadi pagi hanya diam terpaku dan sulit bicara. Gadis ini terlihat lebih mengagumkan. "Begini, Zee. Aku ingin kita berpacaran. Dan seperti yang ku katakan tadi, aku akan bertanggung jawab atas hidupmu. Maksudnya aku akan memberikan semua fasilitas yang mampu ku berikan dan menjamin kamu hidup nyaman." Kata Gale perlahan, agar Grizela mengerti apa yang dia inginkan. Cukup menggiurkan. Pikir Grizella. Tapi dia belum menyatakan syarat-syaratnya. Dia tidak percaya kalau semua itu akan Gale berikan dengan cuma-cuma. Ini pasti sebuah kerjasama timbal balik yang saling menguntungkan "Dengan semua hal menggiurkan itu, lalu apa imbalan yang kamu harapkan dariku?" Grizella bertanya setelah Gale tidak menambahkan penjelasan lain. Dia tidak sabar ingin segera mengetahuinya. "Tetap di sampingku dan jangan berkhianat." "Hanya itu?" Grizella bertanya tidak yakin. "Memangnya apa lagi yang kamu inginkan, Zee?" Gale menatap Grizella sambil tersenyum menggoda. Grizella tidak terpengaruh. Dia tetap menatap pria itu serius saat berbicara, menjelaskan apa yang dia pikirkan. "Aku mendapat kesempatan ini karena apa yang terjadi semalam, kan? Lalu bagaimana ke depannya? Apakah kita akan melakukan hal itu juga? Menjalani kehidupan seperti halnya orang yang sudah menikah namun tanpa status?" Grizella bertanya blak-blakan. Dia sedang berhadapan dengan pria dewasa yang sudah sangat berpengalaman, jadi dia tidak perlu terlalu canggung. "Tidak. Selama kamu tidak menginginkannya." Apa? Grizella terbelalak kaget. Dia tidak salah dengar, kan? "Kamu serius?" Grizella bertanya sangsi. Gale menatapnya serius. "Aku serius. Aku bukan pria mesumm yang akan memaksa seorang perempuan berhubungan int1m. Itu namanya pemerkosaann. Yang semalam itu pengecualian. Kamu yang mengundangku." "Tapi aku tidak sengaja melakukannya. Dandy..." "Cukup, Zee. Tolong jangan dibahas lagi. Mari lupakan apa yang sudah terjadi." Gale meletakkan jari telunjuk di bibir Grizella. "Tetaplah bersamaku dan jangan khianati aku. Itu saja." Kata Gale pelan. Suaranya bergetar. Mengetahui Grizella sudah tidak berada di hotel dan meninggalkan kartu namanya begitu saja, Gale langsung ketakutan setengah mati. Itu berarti dia mengabaikan tawaran Gale dan pergi. Setelah apa yang mereka lakukan semalam, Grizella bisa pergi begitu saja. Gale terlalu percaya diri dengan tawarannya. Dia pikir Grizella sudah berada dalam genggamannya, namun yang terjadi justru sebaliknya, dia yang berada dalam genggaman gadis itu. Gale tidak bisa mengalihkan pikirannya dari sosok Grizella. Tarikan magnet yang dia rasakan di bar justru semakin kuat. Dia ingin Grizella terus bersamanya. Dia menginginkannya. Setiap detik Gale mendambakan Grizella. Ini aneh. Sebelumnya perasaan Gale tidak pernah terlibat dalam hubungannya dengan perempuan-perempuan yang berbagi ranjang dengannya. Padahal dia memilih mereka dengan selektif, tapi malah ada yang hanya bertahan semalam. Hanya dengan Grizella dia merasa berbeda. Gale pikir mereka tidak akan bertemu lagi dan dia merasa hampa. Jadi Gale memutuskan untuk berkompromi. Dia tidak ingin membuat Grizella merasa tidak nyaman dengan hubungan mereka lalu meninggalkannya. Dia harus mengutamakan kenyamanan gadis itu. Karena dia yang membutuhkan kehadiran Grizella di sisinya. Perasaan aneh yang cukup mengejutkan. "Apakah kamu sudah dijodohkan?" Grizella tidak bisa menahan diri untuk menanyakan ini. Sejak awal Gale tidak menyinggung soal pernikahan, itu artinya hubungan mereka tidak akan berakhir dengan pernikahan. Bisa jadi karena perempuan yang akan dia nikahi sudah ditetapkan oleh orang tuanya. Begitu umumnya yang terjadi dalam kehidupan keluarga kaya. "Ya." Gale menjawab jujur. Orang tuanya sudah memilih jodohnya, sesuai dengan yang mereka inginkan, sudah dipertimbangkan bobot bibit dan bebetnya. "Oh.. Tapi apa hubungan kita tidak mengganggu hubunganmu dengan dia?" Gale tertawa. "Tidak. Dia saat ini sedang mengambil dokter spesialis. Masih dua tahun lagi dia selesai." Mendengar kata-kata Gale, perasaan Grizella langsung tenggelam. Jadi ini hanya untuk pengisi waktu saja karena tunangannya sedang tidak berada di dekatnya. Betapa satu hubungan yang sangat rapuh. Lalu hubungan yang kuat seperti apa? Lihat saja waktu tujuh tahun yang sia-sia bersama Dandy. Apakah hubungan mereka kurang kuat? Tujuh tahun bukan waktu yang singkat. Tetapi Dandy tetap meninggalkannya juga, bahkan mengkhianatinya. Lalu hubungan seperti apa yang dia inginkan? Ini pun sudah cukup. Grizella segera mengingatkan dirinya akan tujuannya menerima tawaran Gale. Tidak ada kontribusi perasaan di sini. Ini hanya untuk memuluskan rencana balas dendam dan usaha merebut haknya kembali. Dua tahun sepertinya lebih dari cukup. Setelah beberapa saat diam, akhirnya terdengar suara ceria Grizella. "Oke. Aku mengerti. Jadi kita sudah menjadi sepasang kekasih sekarang?" "Ya!" Jawab Gale yakin. Dia menatap wajah cantik Grizella dan merasa kurang ajar karena membandingkannya dengan wajah Magie, jodoh pilihan keluarganya. "Adakah surat perjanjian yang perlu aku tanda tangani?" Grizella bertanya, wajahnya terlihat acuh tak acuh. "Aku akan membuat surat perjanjian kalau kamu menginginkannya." "Oh, tidak. Tidak perlu kalau begitu." Grizella langsung menolak. Dia tidak mau kalau Gale membuat surat perjanjian karena dia menginginkannya. Dia menyatakan diri sebagai pemburu harta dengan cara yang sangat frontal kalau begitu. "Aku percaya kamu pria baik-baik yang tidak mungkin mengingkari janji." Sambung Grizella tenang. "Kamu bisa memegang janjiku, Zee." "Okay, baiklah kalau begitu." Grizella tertawa. Bersama pria ini, rasa sakit yang dia rasakan setelah insiden tadi telah memudar. "Pulang sekarang?" Tanya Gale. "Iya, aku capek." Jawab Grizella. Dia jujur tentang hal itu. Hari ini sangat melelahkan. Dan dia harus segera beristirahat karena Prof Amin sudah menjadwalkan dirinya ikut dalam operasi besok. "Besok ada jadwal di ruang operasi. Jadi aku harus beristirahat cukup malam ini." Kata Grizella memberitahu Gale. "Operasi?" Gale bertanya tidak mengerti. "Iya. Aku sedang magang di rumah sakit. Tiga bulan lagi selesai." "Perawat?" Gale penasaran. "Dokter. Kalau hasil magang aku bagus, aku berpeluang mendapat beasiswa untuk mengambil spesialis." Grizella menjelaskan dengan sabar. Dia terhibur melihat Gale terkejut. Setidaknya dia juga punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Dia bukan gadis pengangguran tanpa dasar hidup. Mereka pulang. Sepanjang perjalanan, Grizella yang mulai mengantuk tidak memperhatikan pandangan Gale yang berkali-kali tertuju padanya. Ada senyum di bibirnya. Dia juga sudah menyusun rencana. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN