Bab 5 Bertemu Lagi

1342 Kata
Grizella berdiri sejauh-jauhnya dari jangkauan Dandy. Dia menatap pria itu tajam. Memergoki langsung pria itu sedang berhubungan intimm dengan Monik, gadis teman sekelasnya yang sejak dulu tergila-gila padanya membuat Grizella menyadari satu hal, Dandy sudah berubah dan dirinya sudah lama tersingkir dari hati Dandy. Grizella merasakan sengatan rasa sakit di dadanya. Hubungan mereka pasti sudah berlangsung lama dan adegan mesumm tadi pasti sudah mereka lakoni sejak lama pula. Berarti tadi malam Dandy hanya ingin mencari keuntungan darinya? Dasar cowok brengsekk. Seketika amarah memenuhi mata Grizella. Dia mengangkat tangannya dan menampar Dandy seperti kesetanan. Plak! Plak! Plak! "Zee! Stop!" Dandy berteriak sambil memegang kedua tangan Grizella. "Aku memang salah karena tidak memberitahu semua ini sejak awal. Aku hanya bingung dan tidak ingin menyakiti kamu, Zee." "Lalu apa maksud perbuatan kamu semalam? Kamu ingin mengambil keperawananku setelah itu membuangku? Begitu?" Dandy terkejut. Wajahnya memucat. "Zee.. Aku tidak... Tidak..." Dandy terbata-bata. Grizella tertawa sinis. "Tidak kusangka, ternyata aku telah berpacaran dengan iblis." "Maafkan aku, Zee.. Tapi kamu juga tidak bisa hanya menyalahkan aku. Waktu aku kembali kamu sudah tidak ada di sana. Kamu ke mana?" Tidak tahan Dandy bertanya. Tadi malam dia serasa mau pingsan karena tidak menemukan Grizella di sana. Dia ketakutan sesuatu yang buruk telah terjadi pada gadis itu. Bagaimana pun dia masih mencintai Grizella. Dia melakukan itu karena terpengaruh sepupunya yang terus mengejeknya, karena sudah sekian lama berpacaran dengan Grizella namun tidak pernah berhasil membawanya ke tempat tidur. Dia dibully, dikata-katai sebagai laki-laki cemen. Karena itu dia terpancing. Kesalahan yang membuatnya terus dicekik rasa bersalah sampai detik ini. “Aku minta maaf, Zee. Tapi kamu kemana malam itu?” Tanya Dandy seraya menatap Grizella kuatir. "Seorang malaikat menyelamatkanku!" Grizella menjawab tanpa emosi. Kejutan ini membuatnya kehilangan semua rasa yang pernah dia miliki untuk pria itu. Dia melangkah meninggalkan Dandy. "Zee!" Dandy mengejarnya. "Dandy!" Terdengar suara seseorang. Grizella berhenti dan melihat ke atas. Di puncak tangga Monik berdiri dengan pakaian asal dipakai dan rambut kusut. Grizella tertawa mengejek melihatnya. "Kalian pasangan serasi, Dandy. Pasangan paling mesumm dan menjijikkan abad ini. Selamat!" Ujarnya lalu dengan langkah cepat menuju pintu depan. Linda, ibu Dandy datang dan menahan langkah Grizella. "Dandy dan Monik bukan pasangan mesumm. Jaga bicaramu, Grizella! Mereka sudah ditakdirkan bersama." "Aah, tidak usah alay, Tante!" Potong Grizella sambil mengibaskan tangannya. "Semua karena uang, kan? Dandy berpaling ke Monik karena dia putri pemilik perusahaan besar yang tentu saja akan menjadi tambang uang bagi tante, bukan? Dulu tante sangat baik padaku karena kami masih kaya raya, sekarang ditendang karena sudah jatuh miskin. Biasa itu, Tante. Aku juga tidak apa-apa, karena sesungguhnya adalah suatu anugerah aku bisa terhindar dari keluarga gila harta ini. Selamat sore!" Grizella melangkah meninggalkan orang-orang yang membuat perutnya mual. Semua akhirnya terungkap tanpa perlu dia bertanya. Tiba-tiba matanya memanas, lalu air mata tidak terbendung mengalir di pipinya. Hatinya sangat sakit sekarang. Tadi dia hanya berusaha tampil kuat di depan orang-orang itu. Tapi sekarang, dia tidak bisa menahannya lagi. "Grizella!" Langkah Grizella terhenti. Mendekati pintu depan, seseorang menahan tangannya. Grizela mendongak, lewat pandangannya yang kabur oleh air mata, dia melihat bayangan samar seorang pria bertubuh tinggi. "Ayo!" Pria itu menarik tangannya keluar dan menyuruhnya naik ke mobil. Grizella yang tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan menurut saja. Mobil itu segera berlalu dari rumah Dandy. *** Hari sudah gelap setelah mobil itu akhirnya berhenti di dekat pantai. Sejak meninggalkan halaman rumah Dandy, mobil itu hanya berputar-putar saja. Pria yang mengemudi hanya diam melihat Grizella yang terus menangis. "Lapar?" Pria itu bertanya setelah Grizella mengusap air mata dan hidungnya dengan tissue untuk ke sekian kali. Grizella tersentak kaget. Pertanyaannya terdengar aneh. Dia menoleh dan terkejut, pria itu Gale. Sebelumnya dia hanya sibuk menangis, meluapkan emosinya dan tidak memperhatikan siapa orang yang bersamanya saat itu. Yang terpikir hanya dia ingin segera berlalu dari rumah cowok sialan itu. "Setelah mengeluarkan begitu banyak air mata, kamu pasti merasa lapar. Mau makan apa? Nanti aku pesan." Grizella terdiam. Sikap pria itu sangat biasa. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Grizella menggigit bibirnya. Apa seperti ini sikap para pria sekarang? Apakah keperawanan seorang gadis sudah sangat tidak berarti bagi mereka? Grizella waspada seketika. Dia harus menjauh dari pria ini. Dia masih ingat tawarannya tadi pagi. Dia tidak berminat. Biarpun harus menjalani hidup yang berat, Grizella tidak akan menjual diri. "Aku mau pulang." Ujar Grizella kemudian. Suaranya serak. Gale menatap gadis di sampingnya dengan perasaan gemas. Sejak tadi dia susah payah menahan keinginan mencium matanya yang sedang menangis. Dia tidak ingin melakukan kesalahan lagi. Tadi dia sudah frustrasi karena tidak bisa menemukan keberadaan gadis itu. Sebuah keajaiban telah membawa Grizella kembali kepadanya, lalu sekarang dia merengek minta pulang? Tidak! Gale tidak akan melepaskannya lagi. Dia harus membicarakan masa depan mereka sekarang. Grizella adalah keajaiban dalam hidupnya. “Aku akan mengantar kamu pulang. Tapi sebelumnya kita harus bicara. Kita belum menyelesaikan pembicaraan kita tadi pagi.” Kata Gale tegas. Grizella menatap pria itu malas. “Aku tidak tertarik dengan tawaranmu.” Ucap Grizella acuh tak acuh. Dalam suasana hati yang hancur seperti ini, pria itu masih mau mengajaknya bicara tentang sesuatu yang absurd seperti itu. Grizella memang lahir di zaman modern, tetapi dia masih cewek kuno. Dia tidak bisa menerima gaya hidup bebas seperti itu. Gale menatapnya sekilas, tidak menanggapi kalimat Grizella. Dia lalu asyik dengan ponselnya, entah sedang apa. Grizella memalingkan pandangannya ke luar jendela. Masih tidak bisa membebaskan diri dari rasa sakit akibat peristiwa tadi. Dia mengira pengkhianatan Dandy tidak akan berpengaruh terlalu besar bagi dirinya, tapi ternyata dia hancur. Rasanya dunia pun telah berbalik melawannya. Setelah hidupnya berubah drastis, sekarang Dandy menghancurkan hatinya. Grizella sangat mencintai pria itu. Dandy cinta pertamanya, seluruh harapannya ada padanya. Tapi Dandy menghancurkan semua harapannya dengan kejam, tanpa perasaan. Lalu sekarang dia berakhir dengan pria ini yang bahkan asal usulnya dia tidak ketahui. “Aku minta maaf, Grizella. Aku tidak tahu kalau kamu pacarnya Dandy. Dia ponakanku.” Ucap Gale tiba-tiba. Apa? Grizella sampai terlonjak dari tempat duduknya mendengar kata-kata Gale. “Kamu siapa sebenarnya?” Dia menatap pria di sampingnya dengan tatapan asing. “Kamu bekerja sama dengan Dandy untuk melakukan itu padaku?” Seketika Grizella diliputi perasaan curiga. “Sama sekali tidak. Waktu itu kita sama-sama berada di tempat yang salah pada waktu yang tidak tepat.” Gale menjawab tegas. Grizella melihat pria itu tidak berbohong. “Jadi siapa kamu sebenarnya?” “Namaku Gale Bahrany.” “Kenapa beda dengan..” “Ibunya Dandy kakakku.” Sela Gale. “Oh.” Bibir Grizella membulat sempurna. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Pria ini rupanya memang bukan orang sembarangan. Grizella melihat penampilannya yang memancarkan aura berkuasa dan mengintimidasi waktu di hotel pagi tadi. Dan sekarang, sekalipun pria itu lebih santai, aura berkuasa masih begitu terlihat dari penampilannya. “Apakah kamu bagian dari Bahrany yang itu?” Grizella akhirnya bertanya. Mendengar pertanyaan Grizella yang terdengar lucu di telinganya, Gale tertawa. Tapi dia tetap menjawab pertanyaannya. “Ya! Aku bagian dari Bahrany yang itu.” ‘Oh! Wow!’ Grizella berseru kagum dalam hati. Siapa yang tidak tahu keluarga Bahrany? Mereka adalah penguasa bisnis konstruksi dan Teknologi Informasi di wilayah Indonesia Timur. Ayahnya pernah mengungkapkan kekagumannya pada Bahrany Senior, mungkin kakek Gale. Berarti mereka bukan orang sembarangan. Tetapi kenapa Dandy tidak memiliki aura seperti pamannya? Aah! Grizella menggoyangkan kepalanya, menyadari pikirannya mulai tidak waras, karena lagi-lagi mengingat laki-laki tololl itu. “Grizella..” “Panggil aku, Zee.” “Oke. Zee!” Gale tidak dapat menyembunyikan senyum di matanya. “Kita makan malam, yuk. Aku lapar.” Katanya sambil memegang perutnya. Dia tidak berbohong. Sejak siang dia memang belum makan, disebabkan nafsu makannya hilang karena pusing mencari Grizella. “Ayo. Aku juga lapar.” Sambut Grizella. Dia akhirnya mengalah. Lagi pula, dia hanya makan sekedarnya tadi, sekarang perutnya sudah keroncongan lagi. Sebelum menjalankan mobil, Gale menatap Grizella sambil tersenyum. Terlepas dari apa yang telah mereka lakukan semalam, Gale secara alami merasa senang dan nyaman bersama gadis ini. Grizella bisa membuat dirinya tersenyum dan merasa santai, dan dia senang Grizella mulai bersikap penurut. Grizella menyandarkan punggungnya, merasakan kenyamanan kursi empuk itu. Dia sudah punya rencana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN